MENGGALI POTENSI TAMAN NASIONAL KOMODO DENGAN DATA EKOLOGI
Oleh Irvan Ahmad Fikri dan Reffa Pythaloka
Tim Conservation and Science WWF Indonesia mengadakan kegiatan “Pelatihan Database Ekologi” di Balai Taman Nasional Komodo, Labuan Bajo, NTT. Pelatihan yang dilaksanakan pada tanggal13 dan14 Mei lalu ini diikuti oleh 18 staf Balai Taman Nasional Komodo (BTNK).Pelatihan ini bertujuan meningkatkan kemampuan staf BTNK terkait aspek monitoring ekologi perairan seperti, pemantauan pemanfaatan sumber daya (resource use monitoring) dan pemantauan insidental spesies (occasional observation).
Sejak tahun 2008, Taman Nasional Komodo hanya melakukan monitoringpemanfaatan sumber daya saja. Padahal, dengan wilayah seluas 173.300 ha yang meliputi 70% perairan dan masuk ke dalam kawasan segitiga terumbu karang dunia (Coral Triangle) yang memiliki lebih dari 1000 jenis ikan, 260 jenis karang dan 70 jenis sponge TN Komodo memiliki potensi yang tinggi untuk digali melalui monitoring.Perairan di Taman Nasional Komodo juga merupakan jalur migrasi spesies-spesies unik seperti paus, lumba-lumba, dan dugong.Namun sayangnya, potensi tersebut belum terpetakan dengan baik. Pelatihan database ekologi yang diadakan WWF-Indonesia akan membantu tergalinya potensi di TN Komodo.
Antusias peserta terlihat sekali dari pemahaman tata cara melakukan monitoringpemanfaatan sumberdaya dan insidental spesies di lapangan, kemampuan menyusun basis data dengan baik,dan dapat melakukan analisis sederhana dari data yang dikumpulkan. Tim WWF-Indonesia dan para peserta menyusun formulir survei yang akan diaplikasikan dalam sebuah sistem pengumpulan data berbasis Android untuk memudahkan kegiatan monitoring di lapangan.
Melalui pelatihan monitoring ini diharapkan BTNK dapat melakukan kegiatan monitoring pemanfaatan sumberdaya dan pemantauan insidental spesies secara rutin di lapangan,sehingga potensi sumberdaya perairan di kawasan dapat lebih tergali, dan potensi kemunculan dan migrasi spesies-spesies unik dapat terpetakan dengan baik. Data yang telah dikumpulkan oleh tim monitoring dari balai dapat dijadikan sebagai salah satu referensi dalam pengelolaan Kawasan Taman Nasional Komodo.