MENGENANG SOSOK PEJUANG KONSERVASI DARI WWF BUKIT BARISAN SELATAN
Oleh: Dyah Eka Rini
Lampung (20/01)-Afrizal Khaidir adalah salah satu orang yang jatuh cinta dengan konservasi. Afrizal atau biasa dipanggil Af, mengawali karirnya di WWF sebagai asisten analis sosial ekonomi di WWF Sungai Penuh Jambi. Pada tahun 1997, Af menjadi koordinator distrik dan bekerja bersama 15 orang fasilitator yang keluar masuk desa di Kabupaten Curup dan Kabupaten Bengkulu Utara yang menjadi target kegiatan ICDP yang dibiayai Bank Dunia di Provinsi Bengkulu. Proyek bersama ICDP ini berlangsung hingga tahun 2002. Setelah itu Afrizal melanglang bekerja di organisasi lain seperti Greenomic dan WALHI dengan ruang lingkup kerja di Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Pada tahun 2004, Af kembali lagi ke WWF di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS).
Di WWF-TNBBS, Af bekerja sebagai Koordinator Penggunaan Lahan Yang Berkelanjutan (Sustainable Land Use Coordinator). Bersama tim WWF-TNBBS, Af mendorong penghentian pembangunan jalan baru dalam kawasan konservasi BBS dan mendorong pengelolaan jalan yang telah ada dalam kawasan yang mengakomodasi kepentingan Taman Nasional sebagai habitat satwa, Mendorong ditetapkannya kawasan habitat satwa badak, harimau dan gajah di luar kawasan konservasi untuk menjadi kawasan lindung khusus habitat, membantun jaringan komunitas konservasi di buffer zone TNBBS untuk memberikan dukungan kegiatan konservasi dan pengamanan TNBBS dalam jangka panjang, serta mendorong sinkronisasi tata ruang wilayah dengan rencana pengelolaan kawasan konservasi TNBBS.
Hal-hal mengenai konservasi baru ia pelajari setelah Af bergabung dengan WWF. Setelah bertahun-tahun berkecimpung dan menikmati suka-duka bekerja di lapangan dan memahami misi konservasi, Af mulai mencintai dunia konservasi . Belum lagi Af juga mencintai keindahan alam terutama pohon-pohon besar. Af juga beruntung dapat terlibat bersama masyarakat yang hidup di desa-desa terpencil di pinggir-pinggir hutan sampai dengan level pemerintahan di provinsi, tingkat pusat serta Bank Dunia.
""Diusir dari pertemuan desa, difitnah, dihujat, itu sudah menjadi makanan sehari-hari saat di lapangan,"" terangnya suatu hari saat penulis menemuinya di kantor WWF-BBS di Bandar Lampung. ""Saya ingat waktu peluncuran kampanye Coffee & Conservation di Lampung, kami didemo oleh teman-teman dari LSM dan Ormas. Kata-kata kasar dan ancaman terang-terangan ditujukan kepada kami. Tapi lucunya, pada akhirnya mereka minta maaf karena terlalu kasar dan tidak mengerti duduk permasalahan sebenarnya.""

Membangun kepercayaan dari masyarakat dan mendorong masyarakat untuk ikut dalam proses kegiatan konservasi merupakan kerja konservasi yang sesungguhnya. ""Intinya, mereka harus memahami keuntungan dan kerugian dari kegiatan yang dikembangkan,"" ujar Af lagi.
Nurchalis Fadhli, pemimpin proyek WWF-BBS mengakui hal tersebut. ""Saya telah bekerja bersama Afrizal selama 14 tahun. Dia orang yang sangat sabar dan penuh semangat untuk konservasi. Salah satunya adalah bagaimana saudara AF dengan sabar dan bersemangat mengulirkan issue pentingnya pengelolaan jalan Sanggi-Bengkunat yang menembus kawasan TNBBS. Banyak pihak yang pesimis terhadap pelaksanaan ide ini. Tapi setelah 1,5 tahun, sekarang banyak pihak yang memandang pengelolaan jalan yang menembus kawasan konservasi sangat penting, bahkan Departemen Kehutanan merencanakan issu ini menjadi program 100 hari Menteri Kehutanan yang baru.
Afrizal menikmati waktu-waktunya di WWF-Indonesia dan dia terus bekerja keras sampai ia betul-betul harus menyerah pada kondisi kesehatannya. Pada hari Sabtu, 16 Januari 2010, yang lalu Afrizal Khaidir menutup mata. Almarhum meninggalkan seorang isteri dan dua orang puteri yang menginjak remaja, serta mewariskan sebuah semangat dari pengabdi konservasi untuk alam yang sangat dicintainya. Selamat jalan, Bang Af.