MENGENAL LEBIH JAUH PEMANFAATAN PANAS BUMI DI FILIPINA
Oleh: Noverica Widjojo
Indonesia memiliki potensi energi panas bumi terbesar di dunia, dengan setidaknya 29 Giga Watt total potensi panas bumi. Dari jumlah tersebut, baru dimanfaatkan sekitar 1,2 Giga Watt. Kebijakan Energi Nasional telah menargetkan agar panas bumi dapat menyokong 5% bauran energi nasional pada 2025. Namun hingga saat ini, panas bumi Indonesia baru berkontribusi 1% dengan perkembangan yang lambat. Beragam kendala dan tantangan dihadapi dalam pengembangan panas bumi, baik dari sisi kebijakan dan regulasi, pengaturan institusi, isu koordinasi lintas sektor, otonomi daerah, sumber daya manusia, isu tata kelola (good governance), dan hal-hal teknis (seperti akurasi data, proses tender, pelibatan masyarakat dalam proses pembangunan, negosiasi harga, perijinan, dan lainnya). Sementara itu, sejak tahun 2011, Filipina telah berhasil memanfaatkan lebih dari 10,000 Giga Watt atau sekitar 14.4% dari jumlah total potensi panas bumi yang dimiliki negara tersebut.
Dalam rangka mempromosikan pemanfaatan panas bumi yang berkelanjutan serta memperkenalkan teknologi panas bumi yang berkembang di Indonesia dan Filipina, Program Cincin Api (Ring of Fire) WWF-Indonesia bekerja sama dengan WWF-Filipina, mengadakan kegiatan kunjungan ke lapangan bagi para jurnalis dan perwakilan Pemerintah Indonesia ke salah satu lokasi pengembangan panas bumi di Filipina, yaitu pembangkit listrik panas bumi di Mount Apo. Kunjungan ini berlangsung pada tanggal 28-31 Oktober 2013 lalu, dan diikuti oleh 16 peserta dari Indonesia, yang terdiri dari perwakilan Kementerian ESDM (2 orang), Kementerian Kehutanan (2 orang) dan jurnalis dari 11 media (12 orang).
Sumber panas bumi mayoritas berada di dalam/dekat kawasan taman nasional dan area yang dilindungi. Jumlah kapasitas panas bumi yang dimiliki oleh Filipina masih lebih sedikit dari yang dimiliki Indonesia. Namun selama lebih dari 30 tahun, Filipina dapat mengembangkan panas buminya secara maksimal tanpa harus merusak hutan. Pengembangan tersebut juga memberikan manfaat yang sangat besar tidak hanya bagi masyarakat yang tinggal di sekitar area panas bumi, tetapi juga masyarakat yang tinggal di area perkotaan. Hingga kini, pembangkit listrik panas bumi di Mount Apo telah mampu menyalurkan energi listrik kepada hampir seluruh penduduk Pulau Mindanao. Selain karena penegakan UU yang jelas, keberhasilan Filipina dalam memanfaatkan panas buminya tidak lepas dari kemitraan yang terjalin antara Pemerintah Filipina, sektor bisnis, organisasi masyarakat madani (civil society) dan masyarakat lokal/etnis.
Melalui kegiatan ini, para peserta belajar dan berbagi mengenai sinergi pengembangan panas bumi dan konservasi hutan – termasuk program restorasi hutan dan pengembangan jasa lingkungan bagi masyarakat lokal. Ilmu baru yang diperoleh para peserta diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih luas mengenai pentingnya pengembangan panas bumi kepada publik.