CARI KESEPAKATAN SEPAKATKAN GLOBAL
Ketika gletser di Gunung Everest sebagai puncak tertinggi di dunia mencair, pemanasan global menjadi kenyataan yang tidak terelakkan dan menjadi persoalan serius yang perlu dicarikan penyelesaian bersama, termasuk di tengah maraknya pertumbuhan regionalisme menghasilkan kerjasama ekonomi dan perdagangan.
Bagaimana pun juga, iklim memberikan dampak nyata pada sistem ekonomi regional. Berdasarkan pengalaman proses industrialisasi, iklim tidak pernah bisa diabaikan sebagai faktor penting berbagai sektor ekonomi. Sektor-sektor seperti sumber air, pertanian, transportasi, kehutanan, wilayah pantai, energi, kesehatan manusia, turisme, asuransi, maupun jasa keuangan lain teridentifikasi sangat rawan terhadap perubahan iklim.
Bahkan, ketika dampak iklim berkembang ke kondisi ekstrem seperti kekeringan, keterkaitan alam terhadap sistem ekonomi juga berarti bahwa sektor-sektor sensitif yang tidak berhubungan dengan perubahan iklim bisa memiliki dampak lingkaran lebih luas, seperti yang terjadi pada perekonomian Australia selama musim kekeringan tahun 1982-83.
Para ilmuwan percaya pemanasan global menyebabkan terjadinya perubahan iklim merupakan ancaman serius, para politisi yang berkumpul di Kopenhagen, Denmark, membahas perubahan iklim global pekan ini, masih mencari-cari bentuk sesuai kepentingan politik dan ekonomi masing-masing.
Protokol Kyoto 1997 menunjukkan sulitnya mencari kesepakatan diplomatik diselaraskan dengan tesis ilmuwan tentang ancaman pemanasan global. Pengurangan gas emisi rumah kaca yang berdampak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi dan perdagangan, ternyata tidak mudah dicarikan kesepakatan.
Kita harus percaya kalau pemanasan global adalah ancaman serius, dan merupakan sebuah kepastian kerusakan yang harus diambil langkah penyelesaiannya. Dalam konteks regionalisme yang tumbuh subur di kawasan Asia, tidak banyak negara yang memberikan perhatian serius dan mencoba untuk melihatnya juga dalam konteks regional.
Faktor China dan India sebagai kekuatan ekonomi dan perdagangan baru berskala global di kawasan Asia seharusnya cukup menyadarkan kita, berbagai kerjasama dalam nuansa regionalisme juga harus menghadirkan isu-isu pemanasan global berskala regional untuk mencari model negosiasi yang tidak melulu mengikuti pola negara maju-berkembang tapi demi kepentingan dan kelangsungan kawasan.
Kita tidak ingin, misalnya, China sebagai negara penghasil emisi karbon terbesar di dunia, yang juga secara bersamaan tumbuh sebagai kekuatan global, memiliki perilaku yang tidak menguntungkan negara-negara kawasan menyelesaikan persoalan-persoalan global seperti krisis ekonomi, proliferasi nuklir, dan perubahan iklim dalam konteks negara-negara besar.
Dua faktor penting yang perlu dicermati melihat fenomena China sebagai kekuatan global dalam konteks perubahan iklim dan pertumbuhan regionalisme. Pertama, persoalan keamanan energi China akan memaksa negara dengan penduduk terbesar di dunia ini mencari alternatif mengembangkan energi bersih menggantikan penggunaan batubara secara masif dan minyak yang tidak menentu harganya.
Kedua, secara ekonomi Protokol Kyoto telah memberikan China insentif untuk membersihkan aktivitas perekonomiannya dan menerima aliran dana sebesar dua milyar dollar AS untuk membersihkan proses industrialisasinya dan membangun kapasitas energi bersih melalui Clean Development Mechanism (CDM), dan jumlah ini diperkirakan akan meningkat 8 milyar dollar AS pada tahun 2012.
Kedua faktor ini dalam konteks regionalisme dan isu perubahan iklim, bisa diprediksi RRC akan menjadi pasaran besar bagi energi terbarukan, bioenergi, tenaga nuklir, teknologi lingkungan, dan sejenisnya yang secara bersamaan menghadirkan potensi kemampuan memproduksi produk ekonomi karbon rendah serta inovator teknologi karbon rendah.
Bagi negara-negara kawasan Asia, perlu dipersiapkan pilihan kebijakan-kebijakan mitigasi berskala regional, jangan sampai langkah-langkah skala global memperlambat dampak rumah kaca menghadirkan ketimpang ekonomi dan perdagangan baru yang merugikan negara-negara kawasan yang berjuang menjaga pertumbuhan ekonomi dan perdagangan.