MEMBANGUN KAPASITAS AUDITOR LOKAL DEMI PERIKANAN BERKELANJUTAN INDONESIA
Penulis: Novita Eka Syaputri (Seafood Savers Communication Assistant)
Perikanan tangkap Indonesia sedang berbenah diri menuju perikanan yang berkelanjutan (sustainable fisheries). Salah satu indikasinya adalah semakin bertambahnya pelaku industri perikanan yang melakukan Fisheries Improvement Program (FIP) dengan dampingan Seafood Savers. Para pelaku industri perikanan ini bergabung dengan Seafood Savers demi tujuan akhir meraih sertifikasi ekolabel Marine Stewardship Council (MSC).
WWF-Indonesia bersama WWF-Coral Triangle dan dibantu oleh Yayasan TAKA menggelar technical training untuk para auditor lokal FIP di Indonesia. Technical training ini merupakan bagian dari pendekatan WWF untuk mengembangkan program pelatihan peningkatan kapasitas FIP di Indonesia. WWF dan MSC mengidentifikasi adanya kebutuhan pelatihan auditor lokal kegiatan FIP perbaikan perikanan tangkap/FIP untuk mempercepat laju perikanan di Indonesia mencapai sertifikasi MSC. Pelatihan diadakan selama empat hari dan dihadiri oleh akademisi perwakilan dari perguruan tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), jaringan kerja WWF, seperti WWF-Philippines, serta pemateri dari Poseidon dan Marine Stewardship Council (MSC).
Untuk mengembangkan kegiatan FIP menuju sertifikasi MSC, sebuah perikanan harus melalui pre-assesment dari MSC. Dalam proses pre-assesment, perikanan tersebut akan diidentifikasi apa saja rencana perbaikan yang diperlukan baru kemudian rencana aksi (action plan) FIP dikembangkan. Rencana aksi ini akan dimonitor setiap tahun untuk dilihat kemajuannya hingga perikanan tersebut siap untuk full-assesment MSC.
Ada beberapa topik yang dibahas dalam pelatihan teknis tersebut, seperti Ecosystem Approach to Fisheries Management (EAFM), tata kelola perikanan, strategi panen, Unit of Assessment vs Unit of Certification, dan Productivity Susceptibility Analysis (PSA). Kegiatan pelatihan sendiri dilaksanakan cukup interaktif dengan latihan menyelesaikan permasalahan suatu perikanan, presentasi, dan diskusi. Dengan diadakannya pelatihan ini diharapkan para peserta mendapat pemahaman lebih terhadap standar MSC, proses scoring, assesment, dan establishment dari FIP, serta mendapat gambaran industri perikanan di Indonesia. Semua ini dilakukan demi mempercepat perbaikan perikanan tangkap di Indonesia mendapatkan sertifikasi MSC dan siap bersaing di pasar dunia, seperti India, Tiongkok, dan Maladewa yang telah lebih dulu mendapatkan sertifikasi MSC untuk beberapa unit perikanannya.
Sertifikasi ekolabel MSC sendiri penting tak hanya bagi terjaganya stok ikan di laut tapi juga bagi industri perikanan. Mengapa? Berdasarkan WWF Smart Fishing Initiative dalam laporannya Comparison of Wild-Catch Capture Fisheries Certification Schemes pada tahun 2012, MSC memiliki skor yang paling tinggi dibandingkan dengan sertifikasi ekolabel sejenis. MSC memiliki tiga prinsip utamanya, yaitu stok ikan yang berkelanjutan (sustainable fish stock), dampak lingkungan yang minim (minimising environmental impact), dan pengelolaan yang efektif (effective management). Dengan tiga prinsip ini, MSC berusaha menjembatani kebutuhan pasar akan produk seafood yang berkelanjutan. Hingga saat ini, MSC pun menjadi ekolabel untuk produk perikanan tangkap yang paling banyak dicari di seluruh dunia.