MASYARAKAT KELOLA LAHAN RESTORASI DI DAS KRUENG SABEE
Oleh: Chik Rini
Calang(13/03) – Forum Daerah Aliran Sungai (DAS) Krueng Sabee dan masyarakat Desa Panggong Kecamatan Krueng Sabee, Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Aceh, membangun kesepakatan bersama untuk mengelola 181 hektar lahan restorasi sebagai hutan kemasyarakatan. Kawasan restorasi ini merupakan kawasan stretagis gampong yang ada di sekitar Sungai Krueng Sabee yang akan dilindungi oleh masyarakat setempat sebagai kawasan perlindungan daerah tangkapan air atau green belt.
Kesepakatan antara Forum DAS Krueng Sabee dan masyarakat Desa Panggong ditandatangani pada tanggal 25 Februari 2011, disaksikan ketua adat dan perwakilan muspika setempat.
Masyarakat Panggong dan Forum DAS Krueng Sabee akan mengelola kawasan ini secara bersama dengan mengedepankan prinsip ekologi dan prinsip ekonomi yang berkelanjutan. Sebagian lahan tersebut merupakan lahan kritis yang terletak di sisi Sungai Krueng Sabee, Dusun Bate Musyara. Dusun ini dulunya memiliki penduduk, tapi banyak lahan yang kosong karena ditinggalkan warganya mengungsi waktu kondisi Aceh tidak aman.
Kedua pihak dengan difasilitasi WWF-Indonesia akan mendesain kawasan ini menjadi lahan yang akan ditanami oleh tanaman yang bernilai ekologi seperti mahoni, sengon dan sentang tanaman yang bernilai ekonomi seperti durian, karet, dan kelapa. Keuntungan yang didapat dari hasil hutan tersebut nantinya akan dibagi dengan perbandingan 80 persen untuk Forum DAS Krueng Sabee dan 20 persen untuk Gampong Panggong.
Forum DAS Krueng Sabee adalah organisasi yang dibentuk pada Juni 2008 yang diinisiasi oleh masyarakat lokal di Krueng Sabee sebagai upaya bersama untuk mengelola DAS Krueng Sabee secara lestari dan partisipatif. Forum ini beranggotakan perwakilan 10 gampong yang ada di DAS Krueng Sabee dan para pemangku kepentingan di Kabupaten Aceh Jaya. Forum DAS Krueng Sabee telah dikukuhkan dalam Surat Keputusan Bupati Aceh Jaya tahun 2009.
Program restorasi adalah salah satu program Forum DAS Krueng Sabee. Selain itu, forum juga mengelola pusat pembibitan bantuan pemerintah. Menurut Ketua Forum DAS Krueng Sabee, Abdullah Rajab, keberadaan Forum berdampak positif dalam mendorong perlindungan DAS Krueng Sabee. Masyarakat sudah mulai banyak yang sadar akan pentingnya kawasan ini sebagai daerah tangkapan air yang harus dilindungi dari kehancuran. Bersama masyarakat, Forum DAS Krueng Sabee juga sempat melakukan penanaman pohon di sepanjang sungai.
WWF-Indonesia sangat berharap Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya dapat mengalokasikan lebih banyak dana dari anggaran belanja tahunannya untuk program restorasi lahan kritis yang ada di kabupaten itu. Restorasi di DAS Krueng Sabee diharapkan menjadi contoh bagus bagaimana mengedepankan peran serta masyarakat dalam pengelolaan kawasan restorasi.
Aceh Jaya memiliki 35 ribu hektar lahan kritis yang tersebar di 5 kecamatan, terluas ada di Kecamatan Jaya yakni 7.476 hektar. Berdasarkan perhitungan citra landsat tahun 2006-2009 tercatat Aceh Jaya kehilangan hutan rata-rata 1.372 hektar per tahun. Saat ini luas hutan yang tersisa sekitar 255.334 ribu hektar.
Menurut Project Leader WWF-Indonesia Kantor Program Aceh, Dede Suhendra, Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Aceh Jaya harus menganggarkan dana restorasi secara khusus dalam APBK tahunan guna merestorasi lahan kritis. Dana restorasi yang yang dikelola oleh Dinas Kehutanan belum mampu mendanai seluruh upaya erstorasi di Aceh Jaya. “Harusnya setiap tahun ada budget restorasi khusus dalam APBK berdasarkan jumlah lahan kritis yang harus direstorasi. Selama ini sebagian dana juga masih tergantung dari anggaran pusat dan provinsi,”kata Dede Suhendra.
WWF-Indonesia menyambut gembira adanya komitmen dari pimpinan DPRK Aceh Jaya untuk menyediakan dana restorasi lahan kritis secara khusus dalam APBK, seperti yang pernah disampaikan dalam pertemuan WWF dengan sejumlah pimpinan dewan beberapa waktu lalu. Diharapkan mulai tahun 2011 Aceh Jaya telah memiliki dana restorasi dalam APBK yang akan disahkan dalam waktu dekat.
WWF-Indonesia menyarankan Aceh Jaya memiliki manajemen restorasi lahan kritis yang terencana dengan baik dengan mengedepankan keterlibatan masyarakat. Kegiatan restorasi harus melibatkan banyak pihak agar didapat hasil maksimal.
Kontak :
Chik Rini (Communication Officer, 08116803191, chikrini72@yahoo.co.id