MAKHLUK BERDARAH DINGIN YANG MEMERLUKAN DONASI
Reptil seringkali dijadikan sebagai sosok binatang pemangsa manusia yang mengerikan di film genre thriller dan fiksi ilmiah. Namun seringnya keberingasan mereka dilebih-lebihkan karena pada kenyataannya, beberapa spesies justru terancam punah akibat kebuasan manusia.
Termasuk dalam bangsa reptil adalah buaya, ular, kadal, penyu, dan kura-kura. Di seluruh dunia ini terdapat 6.500-10.000 spesies reptil yang dapat ditemukan di semua benua kecuali Antartika. Mereka memiliki ciri khas, yaitu berdarah dingin, bersisik, dan bertelur.
Dari semua spesies reptil, Buaya Siam atau Siamese Crocodile, Ular Antigua atau Antiguan Racer Snake, dan Penyu Hijau atau Green Turtle merupakan spesies yang paling terancam punah dan upaya-upaya konservasi telah dilakukan untuk melindungi mereka dari kepunahan.
Buaya Siam
Buaya Siam yang berasal dari Asia Tenggara kini berada di ambang kepunahan. Mereka adalah spesies buaya yang unik karena tinggal bersama dalam kelompok. Tahun 1992, spesies ini sempat diperkirakan punah. Namun kemudian ditemukan kebenaran baru, bahwa Buaya Siam masih hidup di sungai Mekong dan Kamboja, walaupun jumlahnya terus berkurang. Perburuan dan gangguan terhadap habitat mereka menjadi penyebab menurunnya jumlah populasi Buaya Siam. Buaya-buaya ini kini hidup di wilayah-wilayah yang sulit diakses manusia.
Ular Antigua
Tahun 1930 dan 2009, Ular Antigua pernah dinyatakan punah, namun kedua perkiraan ini salah. Mereka ternyata masih terlihat di Great Bird Island. Tahun 1995, Ular Antigua dinyatakan sebagai ular terlangka di dunia. Jumlah yang tersisa hanya sebanyak 50 ekor. Sejak itu upaya konservasi dilakukan dengan cara mengurangi jumlah spesies asing seperti Garangan Jawa atau Asian Mongooses yang keberadaannya mengancam kehidupan ular-ular ini. Kini jumlah Ular Antigua sudah terus bertambah. Tahun 2013 tercatat jumlah mereka mencapai 1.000 ekor. Namun habitat nya masih tetap terancam oleh gangguan turis yang banyak berdatangan ke Antigua dan Barbuda, negara kepulauan yang menjadi tempat konservasi mereka.
Penyu Hijau
Populasi penyu hijau umumnya dapat ditemukan dekat dengan pesisir. Mereka dapat ditemukan di Afrika, Asia Tenggara, Australia, dan Kepulauan Pasifik Selatan, walaupun juga dapat ditemukan di perairan Mediterania dan terkadang di perairan Utara hingga ke pesisir Inggris. Penyu Hijau merupakan kelompok hewan yang terancam punah. Setiap tahun sekitar 100.000 ekor penyu hijau dibunuh di kepulauan Indo-Australia. Sebanyak 30.000 penyu hijau ditangkap di Baja, California dan lebih dari 50.000 penyu dibunuh di kawasan Asia Tenggara dan di Pasifik Selatan. Di banyak negara, anak-anak penyu laut ditangkap, diawetkan, dan dijual sebagai cendera mata kepada wisatawan. Penyu juga sering terperangkap di jaring nelayan dan tenggelam. Selain itu, habitat mereka juga sudah banyak yang rusak akibat ulah manusia, sehingga sulit bagi mereka untuk bertelur dan mencari makan. Tak heran populasi mereka kian menyusut.
Ngetwit Menggunakan Emoji WWF
Masyarakat kini telah terbiasa berkomunikasi menggunakan aplikasi ponsel dan mengungkapkan ekspresi melalui berbagai tipe emoji, termasuk emoji binatang. Ternyata dari emoji-emoji binatang yang bisa digunakan di ponsel, 17 di antaranya merepresentasikan kategori hewan yang berada di ambang kepunahan seperti Buaya Siam, Ular Antigua, dan Penyu Hijau.
WWF merespon kebiasaan masyarakat ini dengan meluncurkan kampanye #EndangeredEmoji, sebagai sebuah metode penggalangan dana yang juga bertujuan mengedukasi masyarakat tentang binatang-binatang yang terancam punah. Sejak diluncurkan, kampanye #EndangeredEmoji telah terbukti efektif sebagai medium bagi masyarakat awam untuk berpartisipasi melindungi satwa langka.
Setiap kali seseorang mengunggah status baru di Twitter menggunakan emoji hewan reptile yang dilindungi, dia memberikan donasi senilai 0.10 Euro. Anda juga ingin ikut berdonasi? Pelajari skema donasi melalui www.endangeredemoji.com.
Sumber artikel:
http://www.crocodilesoftheworld.co.uk/animals/crocodylus-siamensis.html