KOMUNITAS NELAYAN TOMIA RAIH “EQUATOR PRIZE” 2010
Oleh: Masayu Yulien Vinanda
Jakarta (27/07)- KOMUNTO (Komunitas Nelayan Tomia), salah satu forum masyarakat pengguna sumberdaya di Wakatobi, terpilih sebagai satu dari 25 pemenang Equator Prize 2010. Informasi mengenai penghargaan berskala internasional tersebut disampaikan langsung oleh Equator Initiative kepada KOMUNTO melalui email.
Direncanakan, salah seorang perwakilan KOMUNTO akan menghadiri malam penganugerahan sekaligus mengikuti pertemuan masyarakat internasional sebagai bagian perhelatan PBB di tahun 2010, September mendatang di New York, Amerika Serikat.
Pencapaian KOMUNTO mendapat apresiasi WWF-Indonesia Program Wakatobi. Di bawah program WWF-TNC Program Wakatobi, KOMUNTO menjadi salah satu mitra utama mengupayakan pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan.
“Hal ini tentunya merupakan kebanggaan kita semua yang selama ini saling membantu, baik langsung maupun tidak, bersama mendorong kemajuan masyarakat Wakatobi dalam meningkatkan kapasitas mengelola sumberdaya alamnya secara lebih baik,” jelas Project Leader WWF-Indonesia Kantor Wakatobi, Veda Santiadji.
Veda menambahkan, KOMUNTO sebagai bagian masyarakat pulau-pulau kecil di Wakatobi telah menunjukkan pada dunia bahwa masyarakat lokal akan mampu bersaing secara positif untuk berbuat dan berkarya mengelola sumber daya alamnya secara lestari dan mandiri melalui pendampingan yang baik dan konsisten.
Dalam website resminya, Equator Initiative menyatakan bahwa organisasi swadaya masyarakat tersebut telah berhasil memobilisasi dan mengelola nelayan-nelayan yang dulunya tersebar dan terisolasi, mengeliminir pemutihan karang, menstabilkan harga ikan di pasaran, pengadaan dana untuk kemajuan usaha perikanan Wakatobi serta mengembangkan kerjasama dengan pemerintah daerah.
Inovasi lain yang dilakukan KOMUNTO adalah membuat “bank-bank ikan” di wilayah penangkapan Tomia. Bank Ikan tersebut ditetapkan sebagai kawasan yang tidak boleh dieksploitasi dan diperuntukkan bagi regenerasi stok ikan.
Strategi Bank Ikan ditempuh untuk mengatasi pemanfaatan sumber daya dengan cara bius dan bom yang merupakan musuh bersama KOMUNTO yang hingga kini masih mempertahankan dayung dan sampan. Model ini pun telah diadopsi oleh sejumlah komunitas nelayan lokal lainnya.
Pada level kebijakan, KOMUNTO juga berperan memberikan masukan zonasi spasial Taman Nasional Wakatobi yang disepakati dan ditetapkan oleh pemerintah pada 2007 lalu.
“ Semoga pencapaian ini juga dapat menjadi tambahan energi bagi kita semua untuk tetap meyakini bahwa apa yang telah kita lakukan perlu terus diperjuangkan agar tercipta KOMUNTO-KOMUNTO yang lain di bumi nusantara ini,” pungkas Veda.