KELOMPOK PEREMPUAN SRIKANDI, PENGGERAK EKONOMI MASYARAKAT DESA NGARIP
Oleh: Hijrah Nasir
Peran perempuan sebagai penggerak pemberdayaan masyarakat desa saat ini telah banyak dilakukan seiring dengan semakin menguatnya partisipasi mereka dalam berbagai bidang kehidupan. Perempuan mampu menjadi motor penggerak yang kuat jika diberikan peran untuk mengambil bagian dalam proses pembangunan masyarakat. Hal inilah yang ditunjukkan oleh kelompok perempuan Srikandi di Desa Ngarip, Kecamatan Ulubelu, Kabupaten Tanggamus, Lampung.
Bermula dari keinginan kelompok wanita tani (KWT) yang merupakan lulusan Sekolah Lapang Pertanian Kopi Organik yang diadakan oleh WWF Indonesia di tahun 2012 ini untuk memproduksi kopi bubuk yang selama ini mereka beli dari daerah lain.
“Hampir semua petani di Desa Ngarip adalah petani kopi, namun selama ini kami selalu membeli kopi dari daerah lain. Oleh karena itu gagasan ini yang membuat kami sepakat untuk membentuk Kelompok Simpan Usaha yang kami namai Srikandi. Srikandi adalah salah satu tokoh dalam pewayangan yang melambangkan perempuan yang kuat. Harapan kami untuk kelompok ini tercermin dalam nama itu.” Ungkap Sri Wahyuni yang merupakan Ketua KSU Srikandi.
Kelompok ini berdiri sejak 2 Agustus 2015 dengan jumlah anggota sebanyak 18 orang. Saat ini KSU Srikandi telah beranggotakan 160 orang yang terdiri dari 140 perempuan dan 20 laki-laki. Kelompok ini memiliki visi untuk mewujudkan lembaga sosial ekonomi yang mandiri dan berdaya saing sebagai penggerak ekonomi pedesaan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Saat ini kelompok Srikandi telah memiliki badan hukum koperasi dengan nama Koperasi Produsen Srikandi Maju Bersama.
Kelompok ini bergerak di bidang usaha simpan pinjam dengan jumlah simpanan mencapai 256.312.000 Rupiah dan pinjaman sejak berdiri telah mencapai 1.132.000.000 Rupiah. Selain itu, kelompok ini memiliki unit usaha kopi bubuk Srikandi yang telah mampu memproduksi 1.382 kilogram kopi bubuk pertahun yang diharapkan di tahun 2018 bisa meningkat menjadi 1.800 kilogram.
Berbekal pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh melalui serangkaian pelatihan yang difasilitasi oleh WWF dan mitra lainnya, antara lain: Pelatihan Barista di Bandar Lampung, Pameran Kemah Konservasi Lampung, Workshop GEMASKOP di Kabupaten Tanggamus, Worskop Sosialisasi Lembaga Keuangan Mikro di Tanggamus, Pelatihan Kewirausahaan Perempuan Pedesaan di Yogyakarta, Pameran Pekan Raya Nusantara (PARARA) di Jakarta, Pelatihan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) di Provinsi Lampung, dan Pelatihan Pengelolaan Dana Hibah di Bandar Lampung, saat ini Srikandi telah mampu berbagi pengalaman dengan menjadi fasilitator bagi kelompok usaha di desa sekitarnya. Saat ini di Kecamatan Ulubelu telah terbentuk 4 KSU perempuan, antara lain KSU Sumatra Sukamaju (jumlah anggota sebanyak 64 orang dan jumlah simpanan 62 juta), KSU Sumber Rezeki Datarajan (jumlah anggota 45 orang dan jumlah simpanan 124.320.000), dan KSU Mekar Sari Air Abang (jumlah anggota 23 orang dan jumlah simpanan 9,5 juta). Ini tentu menjadi hal yang menarik karena kelompok perempuan di Ngarip telah mampu memberikan efek domino bagi perempuan dari desa lain untuk turut membangun kelompok usaha dalam rangka pembangunan ekonomi masyarakat pedesaan.
Pada hari Sabtu, 27 Januari 2018 lalu, KSU Srikandi mengadakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) di Balai Desa Ngarip yang dihadiri oleh pemerintah desa, pengurus, WWF, Rumah Kolaborasi (RUKO), anggota kelompok, dan pengurus dari KSU desa lain. RAT ini dirangkaikan dengan pembagian SHU anggota.
“Kami selaku aparat merasa bangga dengan adanya KSU Srikandi karena telah mengangkat citra Desa Ngarip. Kami berupaya terus memberikan dukungan untuk pencapaian tujuan KSU Srikandi dan berharap kreativitas masyarakat bisa dikembangkan dan dikelola secara berkelanjutan dan diharapkan bisa meningkatkan daya saing desa. Pemerintah selalu siap memfasilitasi. Adapun untuk perencanaan desa di Tahun 2018 akan dibentuk Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Ngarip yang diharapkan bisa bekerjasama dengan KSU Srikandi.” Ucap Rio Setiajid selaku Kepala Desa Ngarip dalam pidato sambutannya.
Usaha kelompok perempuan ini bukan berarti berjalan tanpa masalah. Mereka masih menghadapi beberapa kendala seperti kurangnya modal untuk membeli bahan baku, kurang tersedianya tenaga profesional dalam hal pemasaran, produksi, kualitas kopi, pengepakan, pembukuan, keuangan, serta kelembagaan yang belum tertata. Namun mereka merasa punya peluang yang besar dalam pengembangan usaha ke depan karena ketersediaan bahan baku yang baik dalam hal ini biji kopi serta banyaknya mitra yang membantu pemasaran dan membeli, seperti WWF, RUKO, PGE, RA, dan instansi pemerintahan. Selain itu, mereka juga mengakui bahwa salah satu keunggulan kelompok adalah cita rasa bubuk kopi Srikandi yang sudah dikenal di masyarakat Ulubelu, sehingga mereka mengajak toko-toko untuk menjadi agen pemasaran kopi ini di Kecamatan Ulubelu.
Melalui RAT ini, pengurus mengajak anggota kelompok dan mitra untuk meningkatkan perannya dalam pemasaran unit kopi Srikandi untuk memperbesar skala promosi. Salah satu anggota bahkan mengusulkan jika setiap anggota membeli bubuk kopi dari Srikandi sehingga bisa mendukung target peningkatan produksi kopi kelompok. Dalam forum ini pula, kehadiran dari Kelompok usaha desa lain bisa membangun kerjasama dan upaya untuk saling berbagi pengetahuan demi kemajuan bersama.
Jargon KSU Srikandi yang berharap kelompok sebagai Ikatan pemersatu masyarakat Desa Ngarip merupakan bukti bahwa modal sosial masih kuat dan masih terjaga di desa ini. Serangkaian pelatihan dan pendampingan yang diadakan oleh WWF Indonesia dan mitra diharapkan bisa semakin menguatkan hal itu untuk membangun cita-cita bersama dalam upaya menjaga kelestarian hutan di sekitar desa dan mewujudkan prinsip-prinsip pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Kelompok usaha ini berupaya untuk meningkatkan nilai-nilai kearifan lokal dan menggunakan sistem pertanian yang berkelanjutan untuk menunjang produktivitas kopi yang lestari, serta memanfaatkan sumber daya alam yang mempunyai nilai ekonomi yang berkelanjutan. Hal ini sejalan dengan upaya WWF Indonesia dalam mendukung upaya pembangunan berkelanjutan masyarakat di desa-desa penyangga Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.