KELAS BERKELANJUTAN 4: HUTAN ADALAH NAFASKU, AIR ADALAH KEHIDUPANKU, PANGKALAN INDARUNG ADALAH RUMAHKU
SMPN 6 Singingi berlokasi di Desa Pangkalan Indarung, Kabupaten kuantan singingi, Provinsi Riau, dikelilingi oleh Hutan Adat, Hutan Produksi Terbatas (HPT), Hutan Suaka Margasatwa, dan Hutan Lindung Rimba Baling. Keberadaan berbagai jenis hutan ini memberikan lingkungan yang asri dan sejuk bagi para siswa serta menjadi sumber pembelajaran yang kaya akan nilai ekologi dan konservasi. Sebagai bagian dari implementasi Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (ESD), maka diadakan kegiatan pembelajaran kontekstual “Kenali pohon, Jaga keberlanjutan” yang melibatkan siswa, guru, pengawas sekolah dan ninik mamak dalam eksplorasi hutan. Program ini bertujuan menciptakan generasi yang berpikir kritis, kreatif, dan solutif dalam menjaga keberlanjutan lingkungan. Kegiatan ini diawali dengan perjalanan menuju Hutan Adat Desa Pangkalan Indarung, para siswa sangat antusias dan semangat mengikuti pembelajaran ini.
Kegiatan ini diawali dengan pemaparan singkat mengenai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 15 yang menyoroti peran pohon dalam menjaga keseimbangan ekosistem darat, yang disampaikan oleh perwakilan WWF, Gianni Sonevil. Melalui pendekatan pembelajaran kontekstual, siswa diajak untuk menghubungkan teori yang dipelajari di kelas dengan kondisi nyata di lingkungan sekitar mereka.
Setelah sesi pengantar, siswa melakukan observasi dan identifikasi berbagai jenis pohon yang terdapat di hutan adat menggunakan lembar kerja yang telah disiapkan. Kegiatan ini dilakukan secara berkelompok dan dipandu oleh ninik mamak setempat serta para guru, sehingga siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan ilmiah tetapi juga memahami kearifan lokal dalam pengelolaan hutan.
Selama proses identifikasi, siswa mempelajari berbagai aspek pohon, termasuk jenis dan nama lokalnya, karakteristik daun, batang, serta buahnya, kondisi tanah tempat tumbuhnya, serta vegetasi lain di sekitarnya. Dengan metode ini, siswa tidak hanya mengenal keanekaragaman hayati secara langsung, tetapi juga menyadari pentingnya konservasi ekosistem darat dalam mendukung kehidupan makhluk hidup.
Para siswa juga mendapatkan kesempatan berharga untuk memahami sejarah hutan di sekitar Desa Pangkalan Indarung melalui sesi diskusi yang dipandu oleh Datuk Kepala Adat, Bapak Rafles. Dalam sesi ini, mereka mendalami berbagai isu perubahan lingkungan, termasuk dampak deforestasi dan upaya konservasi keanekaragaman hayati yang telah dilakukan oleh masyarakat setempat. Dengan penuh antusias, para siswa menyimak cerita yang disampaikan, mencatat informasi penting, dan aktif mengajukan pertanyaan untuk memperdalam pemahaman mereka.
Menjelang akhir sesi, Difa, seorang siswi dari SMPN 6 Singingi, mengangkat tangan dan bertanya dengan penuh rasa ingin tahu, “Datuk, apa makna dari ungkapan ‘Hutan adalah nafasku, air adalah kehidupanku’?”. Bapak Rafles lalu dengan penuh kebijaksanaan menjelaskan bahwa tanpa hutan, manusia kehilangan udara bersih, dan tanpa air, kehidupan tidak akan bisa berlangsung. Jawaban itu membuat para siswa merenung, semakin menyadari betapa pentingnya menjaga alam untuk masa depan mereka.
Guna memperkaya pengalaman belajar yang lebih interaktif, kegiatan berlanjut dengan pembuatan leaf rubbing atau cetakan daun menggunakan cat akrilik. Dipandu oleh guru Seni Budaya, Ibu Ria Amelia, siswa mengenali karakteristik morfologi daun secara langsung melalui teknik sederhana namun bermakna. Mereka mengoleskan cat akrilik pada permukaan daun, lalu menekannya ke kertas untuk menghasilkan cetakan yang menampilkan pola unik—urat-urat halus, bentuk tepi, hingga tekstur permukaannya terlihat jelas dalam berbagai warna cerah.
Kegiatan ini tidak hanya memperdalam pemahaman tentang keanekaragaman tumbuhan, tetapi juga menumbuhkan rasa apresiasi terhadap detail dan keunikan setiap spesies yang ditemukan di hutan. Wajah-wajah penuh antusiasme terlihat di antara para siswa, tangan-tangan kecil sibuk memilih daun terbaik dan mencampur warna, sementara tawa riang terdengar saat mereka membandingkan hasil cetakan masing-masing.
Setelah sesi observasi dan diskusi, kegiatan dilanjutkan dengan refleksi mengenai manfaat pohon serta temuan hasil observasi mereka. Dalam sesi ini, siswa bekerja dalam kelompok untuk menyusun mini-poster atau handout yang berisi informasi tentang spesies pohon yang ditemukan serta langkah-langkah sederhana dalam menjaga keberlanjutan ekosistem. Kegiatan ini ditutup dengan presentasi hasil diskusi, pemberian penghargaan kepada peserta yang aktif, serta sesi foto bersama sebagai dokumentasi.
Kegiatan eksplorasi lingkungan ini bukan sekadar memberikan wawasan baru bagi siswa, tetapi juga menjadi inspirasi bagi para guru dalam mengembangkan pembelajaran berbasis lingkungan yang lebih kontekstual. Dengan memanfaatkan hutan lindung, kebun, dan ekosistem sekitar, guru dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih nyata dan bermakna bagi siswa. Lebih dari itu, kegiatan ini membuka peluang kolaborasi antara sekolah, masyarakat, dan pemerintah desa dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan.
Melalui pendekatan ini, siswa tidak hanya memahami konsep keberlanjutan secara teori, tetapi juga berperan langsung dalam aksi nyata untuk menjaga ekosistem desa mereka. Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan yang berbasis eksplorasi lingkungan menjadi langkah penting dalam membentuk generasi yang peduli, kritis, dan berkontribusi aktif terhadap kelestarian alam.
Ibu Silvia, salah satu guru pendamping, mengungkapkan kesannya, “Selama kegiatan ‘Kenali Pohon, Jaga Keberlanjutan’ berlangsung, saya melihat siswa begitu antusias dan aktif belajar. Mereka berdiskusi langsung dengan pemangku adat dan mengenali berbagai jenis pohon di sekitar pemukiman. Kegiatan ini juga menjadi jembatan yang menghubungkan hubungan antara Datuk dengan kemenakan dan cucunya. Saya senang mendengar respons positif dari siswa. Mereka bahkan berharap pembelajaran di kelas bisa dilakukan dengan metode seperti ini.”
Salah satu siswa, Dadang, juga berbagi pengalamannya dengan penuh semangat, “Kegiatan ini seru banget! Saya belum pernah belajar di luar kelas seperti ini sebelumnya. Rasanya jadi lebih menyenangkan dan nggak membosankan.” Dengan semangat yang tinggi dari siswa dan dukungan dari para guru, kegiatan berbasis eksplorasi lingkungan seperti ini menjadi langkah nyata dalam membangun kesadaran dan kepedulian generasi muda terhadap kelestarian alam.