KARMILA PARAKKASI; KOORDINATOR SURVEI DAN MONITORING TIM RISET HARIMAU WWF
Oleh Annisa Ruzuar
Siapa yang menyangka jika Koordinator Tim Survei Harimau WWF adalah seorang wanita muda. Karmila Parakkasi, atau Mila, demikian wanita itu dipanggil, dengan lemah lembut memimpin timnya menelusuri jalan berbahaya rimba Sumatra mencari jejak harimau. Ketika ditanya perasaannya menjadi satu-satunya wanita dalam tim, ia mengaku, hal tersebut tidak terlalu mengganggunya. ""Pada mulanya memang tidak mudah, namun seiring berjalannya waktu, saya menjadi terbiasa. Justru hal itu memotivasi saya untuk memberikan yang terbaik dan memaksimalkan performa tim.""
Mila bergabung dalam tim sejak 2008, setelah dia mendapat gelar sarjana Konservasi Sumber Daya Alam dan Hutan. ""Saya suka binatang, bahkan saya makin menyayangi binatang setelah saya menjadi sukarelawan untuk bayi Siamang (Symphalangus syndactylus) dan orangutan (Pongo pygmaeus) sembari kuliah dulu.""
Saat masih duduk di bangku kuliah pula, Mila pertama kalinya melibatkan diri di WWF. Tesis terakhirnya mendapat sponsor dari program beasiswa WWF yang diberikan pada mahasiswa terpilih di Universitas Gajah Mada. Beasiswa tersebut meliputi 2 bulan penelitian harimau dan ekologi di Taman Nasional Tesso Nilo, Riau, Sumatra. Tesso Nilo telah menjadi rumah kedua Mila sejak saat itu. Tidak lama kemudian, Koodinator tim terdahulu, Sunarto, meminta Mila bergabung dalam timnya untuk menggantikan posisi Koordinator.
Kepemimpinannya terbukti berhasil bagi Tim Survei Harimau. Pada bulan Agustus 2009, kamera jebak yang dipasang di Rimbang Baling-Bukit Tigapuluh berhasil merekam gambar harimau dan anak-anaknya. ""Itu benar-benar salah satu momen paling berharga bagi saya, dan tentunya juga bagi seluruh tim. Setelah lima tahun penelitian, akhirnya kami mendapatkan gambar anak-anak harimau tersebut.""
Selang sebulan kemudian, pada September, tim kembali mendapatkan gambar-gambar lainnya dari anak harimau yang sama. ""Kita dapat mengidentifikasi harimau lewat belangnya. Seperti halnya sidik jari manusia, mereka unik. Biasanya saya mengambil sampel dua belang atau ciri lainnya yang mudah ditandai, lalu membandingkannya dengan gambar lainnya yang terekam dalam video jebak. Jika keduanya menunjukkan ciri yang sama, berarti mereka adalah harimau yang sama."" Berita baik serupa datang satu bulan kemudian. Video jebak di lokasi yang sama berhasil merekam induk harimau dan anak-anaknya di Logas, Provinsi Riau.
Sembari mengumpulkan tumbuhan kesukaannya, bunga Honje Hutan (ginger torch flower), Mila menuturkan harapannya untuk kampanye Harimau 2010. ""Saya berharap, kampanye harimau di tahun harimau mendatang akan mampu meraih lebih banyak dukungan dan komitmen terhadap upaya konservasi harimau. Kita sangat menginginkan adanya partisipasi aktif dari beragam pemangku penting, baik di dalam wilayah konservasi maupun di luar.""
Mila optimis bahwa upaya koordinatif mampu mengatasi permasalahan harimau misalnya praktik perburuan harimau dan pengrusakan habitat harimau. ""Kita akan mengerahkan segala daya upaya untuk memberikan kontribusi kita dalam isu ini yaitu dengan memberikan bukti-bukti eksistensi harimau Sumatra di hutan, dimana mereka membutuhkan ekosistem yang seimbang untuk bertahan hidup.""