INISIASI WWF UNTUK PRODUK “HIJAU” YANG BERKEADILAN
Oleh: Masayu Yulien Vinanda
Jakarta (27/07)-Besarnya potensi alam di sekitar kawasan konservasi serta tingginya tingkat ketergantungan masyarakat sekitar kawasan dengan sumber daya alam telah mendorong WWF untuk memberikan pendampingan kepada petani dan masyarakat lokal. Pendampingan ini dilakukan untuk mendorong dan memastikan pengeloaan dan pemasaran sumber daya alam secara lestari.
Upaya ini telah menghasilkan beberapa produk unggulan diantaranya kopi, madu, beras, dan lain sebagainya. Sebagai strategi dalam rangka mensinergikan kegiatan pemberdayaan masyarakat tersebut, memberikan semangat ekstra kepada kelompok tani atau kelmpok masyarakat, serta mengkaitkan produk-produk ramah lingkungan yang dihasilkan masyarakat sekitar kawasan konservasi, maka WWF mengembangkan inisiatif “Green and Fair Products.”
Menurut Social Development Senior Adviser WWF-Indonesia Christina Eghenter, inisiatif Green and Fair Products berupaya untuk melestarikan kawasan konservasi dan sumber daya alam yang dikandungnya sekaligus juga membantu masyarakat yang selayaknya mendapat manfaat dari kawasan konservasi dimana ia tinggal.
“Aspek green saja tidak mampu menjawab tantangn konservasi yang semakin kompleks, terutama bagaimana kondisi kehidupan masyarakat yang ada di sekitar kawasan konservasi yang notabene masih menghadapi kesulitan dalam mencari atau memenuhi kebutuhan hidupnya. Jadi unsur fair atau adil sebagai dimensi sosial masyarakat menjadi dimensi yang juga penting. Kita coba untuk menggabungkan dua dimensi yang sebenarnya satu, pentingnya lingkungan, tapi juga pentingnya manusia yang hidup dan tergantung pada lingkungan itu,” imbuhnya.
Melalui inisiatif lestari tersebut, WWF membantu dalam melakukan inovasi dan pengembangan produksi, melakukan promosi produk-produk masayrakat yang ramah lingkungan, serta menghubungkan produsen dengan perusahaan atau retailer.
Produsen yang merupakan kelompok masyarakat memiliki tanggung jawab untuk memastikan produk yang dihasilkannya telah memenuhi kriteria Green and Fair, kriteria yang telah disepakati WWF dengan kelompok masyarakat produsen.
“Kalau kopi misalnya, harus diupayakan organik dan tidak menggunakan pestisida atau bahan kimia, begitu pula dengan beras. Kemudian produk juga bukan produk yang berasal dari daerah konservasi tetapi dari daeerah penyangga, jadi nilai “hijau” disini jelas. Kemudian aspek adil atau fair itu diantaranya harga yang produsen dapatkan harus sesuai dengan harga pasar. Artinya dengan mempertimbangkan costnya atau biaya untuk memproduksi produk tersebut, kemudian harus juga dibagi secara adil terhadap kelompoknya , jadi tidak dipotong middle man atau middle person, jadi rantai pemasarannya dipersingkat,” jelas Christina.
Dimensi sosial pada inisiatif tersebut juga terlihat dari adanya upaya untuk menggerakkan kelompok yang lebih “rentan” seperti kelompok ibu-ibu. Walaupun banyak ibu-ibu yang menjadi pengusaha, menurut Christina, kesempatan atau peluang mereka untuk memperkenalkan produknya masih terbatas. Melalui inisiatif Green and Fair, kelompok ini difasilitasi dan didampingi untuk mengembangkan kemampuan entrepreneurship mereka. Peran kelompok ini terlihat pada produksi kopi bubuk Kuyungarang di Desa Sekar Sedayu, Lampung, kerajinan tikar dan manik-manik oleh kelompok ibu-ibu di sekitar Taman Nasional Betung Kerihun, Kalimantan Barat, serta minyak kayu putih di Taman Nasional Wasur, Merauke.
Menurut rencana, pada 29 Juli 2010, WWF-Indonesia akan meluncurkan kampanye Green and Fair Products. Melalui kampanye edukasi publik tersebut, WWF berharap dapat membentuk perilaku konsumsi ramah lingkungan yang berkeadilan.
“Berapa kilo beras yang terjual atau berapa liter madu yang sudah dihasilkan bukanlah target utama kampanye ini. Yang lebih penting adalah bagaimana publik memilih produk. Bagaimana kita mengedukasi mereka untuk mulai memperhatikan darimana produk itu berasal, dibuat seperti apa, siapa yang menjualnya, kalau saya beli produk itu apa implikasinya, siapa yang saya bantu. Apabila saya beli produk itu apakah merusak alamnya atau tidak. Hal-hal seperti itu yang kami ingin sentuh melalui kampanye ini, “pungkas Christina.