INDONESIA MENAWARKAN MODEL KEMITRAAN UNTUK KESIAPAN REDD
Siaran Pers
Indonesia Side Event
REDD di Indonesia: Bersama Menuju Tindakan Nasional dan Internasional
11 Desember 2009 - Liva Weel, Bella Center, Copenhagen
Indonesia melihat REDD sebagai sebuah kesempatan bagi hutan untuk memberikan kontribusinya terhadap mitigasi perubahan iklim dan adaptasi, sekaligus juga mendorong upaya pengelolaan hutan lestari. Oleh karena itu, sebuah Strategi Kesiapan REDD telah disarankan untuk mengantisipasi implementasi REDD.
Mengingat kondisi negara Indonesia yang memiliki lebih dari 16 ribu kepulauan di 33 propinsi dan 300 kabupaten, maka strategi yang diterapkan mengadopsi pendekatan nasional dengan pendekatan implementasi sub-nasional. Ada tiga lapisan tindakan, yaitu nasional, provinsi, dan kabupaten.
Strategi meliputi lima kategori: (i) menindak pelaku deforestasi dan degradasi hutan, (ii) peraturan REDD, (iii) metodologi, (iv) lembaga, dan (v) analisis bekerja.
Memang sudah ada harapan tinggi bahwa REDD dapat membantu negara mengatasi para pelaku deforestasi dan degradasi hutan. Untuk menjawab isu tersebut, strategi yang diterapkan adalah meningkatkan pengelolaan kawasan lindung, hutan produksi, lahan gambut, lahan untuk sektor perkebunan minyak sawit, dan kapasitas masyarakat lokal.
""Hutan memegang peranan sentral dalam upaya memerangi perubahan iklim,"" kata Wandojo Siswanto dari Departemen kehutanan. ""Mengingat kekayaan geografis dan hutan kita, Indonesia menyambut baik dukungan dari masyarakat dan mitra swasta, baik domestik maupun internasional, untuk memastikan hutan kita dapat mengoptimalkan kontribusinya dalam memerangi perubahan iklim global dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar hutan. ""
Sebagai tanggapan dari Bali Action Plan, strategi sedang diuji melalui sejumlah kegiatan demonstrasi REDD. Di antaranya adalah kegiatan yang difokuskan di Kalimantan, bekerja sama dengan Australia, Jerman, WWF-Indonesia, dan The Nature Conservancy.
Proyek REDD Indonesia-Australia adalah salah satu proyek percontohan REDD berskala besar pertama. Proyek ini menitikberatkan pada hutan gambut, yang telah menarik banyak perhatian karena kemampuannya dalam menyimpan karbon. Aktivitas yang dilakukan meliputi perbaikan pengelolaan hutan gambut, percobaan distribusi pembayaran pada tingkat, dan pengukuran gas rumah kaca dalam rangka mendukung Indonesia National Carbon Accounting System.
Dengan Pemerintah Jerman, aktivitas demonstrasi meliputi pengembangan kebijakan yang baik, strategi pengelolaan hutan dan perubahan iklim, serta implementasinya di tingkat kabupaten. Proyek ini juga melibatkan kolaborasi dengan Heart of Borneo (HOB) Initiative, yang difasilitasi oleh WWF-Indonesia. Proyek HoB menerapkan aktivitas demonstrasi di 4 Kabupaten, yang meliputi pengembangan metodologi, penataan institusi, dan keterlibatan dengan masyarakat.
Yang juga dilakukan di tingkat kabupaten adalah kerjasama dengan The Nature Conservancy (TNC) dengan menerapkan Strategi Kesiapan REDD di Kabupaten Berau, yang meliputi lima unsur (i) mengatasi pelaku deforestasi dan degradasi hutan, (ii ) peraturan, (iii) metodologi, (iv) kelembagaan, dan (v) studi analisis.
Di Indonesia kegiatan demonstrasi REDD tidak hanya di Kalimantan. Kegiatan serupa juga dilakukan di pulau-pulau lain, seperti kerjasama dengan Republik Korea di Lombok, dengan International Tropical Timber Organization (ITTO) di Jawa Timur, dan PBB-proyek REDD di Sulawesi, serta Forest Carbon Partnership Facility (FCPF) dari Bank Dunia, yang baru-baru ini diresmikan.
""Sejumlah kegiatan demonstrasi tersebut akan mampu memberikan kontribusi pembelajaran yang paling berharga untuk mekanisme REDD yang ideal, tidak hanya bagi Indonesia tetapi secara global,"" tambah Wandojo Siswanto dengan penuh optimisme dan kepercayaan diri.