INDONESIA KAJI PROPOSAL DENMARK
COPENHAGEN (Suara Karya)-Delegasi Indonesia akan mengkaji lebih lanjut proposal yang diajukan oleh Denmark sebagai naskah keputusan KTT ke-15 (COP) Konvensi Badan Dunia untuk Perubahan
Iklim di Kopenhagen, Denmark.
""Kita akan mengkaji lebih lanjut proposal yang akan ditawarkan Denmark,"" kata Ketua Delegasi RI (Delri) Rachmat Witoelar dalam jumpa pers di sela sela konferensi di Kopenhagen, Denmark, Rabu. Rachmat yang juga Ketua Harian Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) mengatakan, Indonesia akan mengikuti proposal Denmark tersebut apabila sesuai dengan keinginan dan kemauan Indonesia dan negara G-77.
Sekretaris Jenderal Konvensi Badan Dunia untuk Perubabahan Iklim (UNFCCC) Yvo de Boer mengatakan, naskah keputusan KTT ke-15 Perubahan Iklim yang diajukan Denmark bukan merupakan usulan resmi.
""Ini merupakan sebuah naskah informal yang diberikan di awal konferensi kepada beberapa orang untuk tujuan konsultasi,"" kata Yvo de Boer melalui siaran pers yang diterima Antara di Kopenhagen, Denmark.
Yvo mengatakan, proposal resmi Denmark kepada PBB adalah proposal yang diberikan oleh pimpinan konferensi KTT ke-15 di Kopenhagen sebagai bagian dari pemerintah negara-negara peserta konferensi.
Sebelumnya, pemerintah Denmark menawarkan satu proposal naskah keputusan KTT ke-15 Perubahan Iklim kepada UNFCCCC. Proposal tersebut ditentang oleh berbagai LSM internasional karena dianggap menguntungkan negara-negara industri dan mengesampingkan negara-negara berkembang dan negara miskin yang rentan terhadap dampak perubahan iklim.
""Ini taktik negosiasi di balik layar yang diatur oleh Kepresidenan Denmark, yang memfokuskan untuk menyenangkan negara kaya dan kuat dibandingkan melayani semua negara yang menginginkan solusi yang jujur dan ambisius,"" kata Pemimpin Inisiatif Global Iklim WWF, Kim Carstensen di Kopenhagen, Selasa,
""Teks proposal Perdana Menteri Denmark lemah dan merefleksikan hal yang terlalu elit, selektif dan tidak transparanya pendekatan oleh pihak Kepresidenan Denmark,"" kata Kim. ""Kami mengerti dan frustasi terhadap negara-negara miskin dan rentan. Kami mendesak kepada pihak Kepresidenan Denmark untuk mengganti cara dan gerakannya untuk lebih bekerja sama dan lebih mendengar. Kami juga percaya bahwa ini merupakan sebuah sinyal politik dari Presiden COP Connie Hede-gaard dalam pidato pembukaannya kemarin,"" katanya.
WWF melihat proposal Denmark memecah perhatian negosiasi yang sedang berjalan di Kopenhagen.
Pembicaraan harus difokuskan pada teks yang sebelumnya telah dinegosiasikan dan bukan pada teks baru yang dinegosiasikan oleh sekelompok kecil grup.
Senada dengan WWF, Oxfam Internasional melihat proposal Denmark mengacaukan negosiasi COP-15 yang baru berjalan. ""Proposal Denmark menjauhkan dari kebutuhan menurunkan emisi dan menyamarkan pembiayaan iklim,"" kata Penasehat Iklim Oxfam International Climate Advisor Antonio.