HARI 3-5: MELENGKAPI SAMPEL KONTROL DARI PESISIR TIMUR DAN SELATAN ALOR
Pada hari ke 3, lokasi survei berada tidak jauh dari tempat kami melewati malam. Lokasi untuk Tim A kemungkinan adalah lokasi SPAG (Spawning Aggregation) dimana banyak ditemukan ikan dari berbagai macam ukuran, arus yang kencang, dan tutupan karang yang bisa dikatakan baik walaupun didominasi oleh karang lunak. Berlawanan dengan kondisi lokasi survey untuk Tim B yang hanya memiliki tutupan karang yang tergolong kecil – medium, dan ikan yang ditemukan didominasi oleh ukuran kecil dan ikan yang umurnya masih termasuk anakan. Tim B juga mengalami arus yang kuat. Keadaan ini menunjukkan bahwa kondisi alam bisa sangat berbeda meski pun hanya terpisah 1 atau 2 km saja.
Sore harinya, kami sampai di sebuah teluk yang bersebelahan dengan sebuah pangkalan Angkatan Laut. Dari sini, saya bisa melihat siluet Timor Timur. Pak Yopie, salah satu anggota DKP daerah, memperingatkan saya kalau sinyal di tenggara Alor bisa jadi adalah sinyal dari Timor Timur. Air di sini sangat bening dan penuh dengan ikan semua ukuran. Kami bahkan sempat melihat seekor hiu di bawah Menami sebelum ia melanjutkan perjalanannya keperairan yang lebih dalam. Para anggota tim sudah menyiapkan perlengkapan untuk penyelaman berikutnya sebelum matahari terbenam. Tim A memulai duluan, tapi ternyata Tim B tidak punya waktu cukup untuk menyelam sehingga mereka menggagalkan rencana penyelaman tersebut. Saya pun merasa kecewa karena sebenarnya saya tadinya akan bergabung dengan Tim B untuk melakukan refresher dive. Jadi, akhirnya pun saya memutuskan untuk snorkel saja. Airnya jernih sekali dan banyak ikannya. Tutupan karangnya pun sangat bagus. Saya bahkan melihat dome coral yang besar.
Malam harinya, ketika kapal mengisi cadangan air tawar, kami berdiskusi tentang masalah yang sedang kami hadapi mengenai database software dan sesudah berkonsultasi dengan tim WWF Jakarta dan WWF US kami memutuskan untuk membuat back up dari semua data excel yang sudah dibuat. Untung ada sinyal handphone untuk itu dan kami pun juga sempat berkomunikasi dengan kerabat dekat kami di rumah.
Hari berikutnya kami melanjutkan trip menuju pesisir selatan Alor. Sisi tenggara dari Alor merupakan tanjung yang dibatasi bukit kapur. Arus terasa bertambah kuat dan saya pun melihat beberapa gyre dekat kapal. Hari ini, Tim A hanya akan menyelam 2x dikarenakan arus yang kencang tersebut, tapi tim B berhasil menyelam 3x. Kami berhasil melakukan penyelaman pertama kami di sisi selatan di mana arusnya tetap kuat dan karang tampak bersebaran. Anggota tim penyelam melaporkan tidak ada karang di 3 m, jadi kami hanya mengambil data dari 10 m. Malam harinya kami beristirahat di desa salah satu anggota DKP (Pak Yansen) yang baru saja menerima kabar bahwa salah satu anggota keluarnya baru meninggal dunia. Angin pun bertambah kencang dan hujan mulai turun dengan derasnya saat kami bersiap-siap untuk tidur. Ini hujan pertama yang kami alami selama berada di Menami.
Hari ke 5 adalah hari terakhir di pesisir selatan Alor. Tim menyelam 1x dekat daerah dimana kami berlabuh pada malam harinya. Daerah ini adalah lokasi terakhir untuk control site di Alor dan sorenya kami menuju ke barat dan kembali memasuki daerah MPA Alor.
Beberapa hari terakhir, kegiatan saya terasa membosankan saat menunggu para penyelam kembali ke kapal. Ini karena arus sangat kuat jadi hanya yang sangat berpengalaman yang bisa menyelam.Jadi, saya hanya menulis sambil menikmati pemandangan sekitar. Tempat menulis favorit saya berada di kanan-belakang di tingkat atas kapal. Saya juga menghabiskan waktu membaca buku (tim membawa buku identifikasi karang dan ikan jadi saya bisa belajar), mengambil foto, dan mengobrol dengan kru kapal. Oh, saya juga berusaha keras untuk tidak mengemil terlalu sering. Dalam perjalanan ke barat, kami melihat 2 grup lumba-lumba dari kejauhan. Grup yang lebih dekat dengan kapal adalah spinner dolphin (Stenella longirostris) yang mudah dikenal dengan keterampilan mereka berakrobat dan berputar. Grup yang di kejauhan kemungkinan besar adalah Indopacific bottlenose dolphin (Tursiops aduncus) dilihat dari ukurannya yang cukup besar dan bentuk dari dorsal fin-nya.
Penyelaman ke-2 hari itu dilakukan di dalam MPA, lebih tepatnya di dalam zona inti. Sambil menunggu kembalinya para anggota tim dari ‘pemanjatan horizontal’ (arusnya sangat kencang jadi mereka mengaku tidak kuat berenang dan akhirnya memanjat transek), saya bisa mendengar suara mesin chain saw dari daratan dan melihat pohon berjatuhan. Saya takut sedang terjadi penebangan illegal. Malamnya, Menami berlabuh di sebuah tanjung kecil, tapi sayangnya tanjung tersebut tidak bisa membantu banyak karena arus air saat itu amat kuat yang akhirnya merusak jangkar kapal kami: satu patah dan satunya lagi jadi bengkok. Jadi, esok harinya kami harus ke Kalabahi.