EMERGENCY CALLS: MARI BANTU HIDUPKAN MESIN PENELITIAN KELAUTAN WWF-INDONESIA!
Oleh: Ciptanti Putri
Hutan merupakan sumber kehidupan bagi makhluk yang berada di darat. Sementara di kedalaman laut, terumbu karanglah penyedia kehidupan itu. Bagi ikan, terumbu karang menjadi tempat berlindung, memijahkan telur, hingga tempat yang nyaman untuk beristirahat. Semakin banyak ikan herbivora di sekitar terumbu karang berarti makin banyak ikan pemangsa, dan akan ada ikan pemangsa dari kelas yang lebih tinggi. Dalam kondisi yang demikian, tercipta rantai makanan yang seimbang dan ekosistem yang sehat. Bagi manusia, hal tersebut mengindikasikan persediaan ikan yang cukup untuk pasokan makanan laut serta jaminan atas sumber daya yang menjadi ladang penghidupan bagi mereka yang berprofesi di bidang perikanan.
Demi ekosistem yang sehat tersebut, tim ahli kelautan WWF-Indonesia bekerja tanpa lelah menjaga kondisi terumbu karang sebagai 'rumah' bagi ikan dan biota laut lainnya. Dengan wilayah kerja konservasi di sepanjang Bentang Laut Sunda Banda (Sunda Banda Seascape) tim ahli ini juga berupaya melestarikan kawasan Segitiga Terumbu Karang (Coral Triangle) yang menyimpan keaneragaman hayati bawah laut yang luar biasa.
Salah satu tugas penting dalam kerja konservasi tim ahli kelautan WWF-Indonesia tersebut adalah pemantauan dan riset terhadap biota laut (ikan) dan terumbu karang. Dalam kegiatan itu, diambil sampel ikan serta dilakukan analisis terhadap kondisi terumbu karang di beberapa tingkatan kedalaman laut. Pemantauan dan riset ini berlangsung intensif dan membutuhkan dukungan peralatan serta logistik yang memadai. Hasil dari aktivitas tersebut akan menjadi landasan untuk langkah-langkah penting dalam berbagai upaya penyelamatan spesies ikan tertentu serta terumbu karang.
Sayangnya sebuah alat kerja vital yang senantiasa diandalkan dalam kegiatan ilmiah ini dalam keadaan rusak parah. Mesin Floating Ranger Station “Menami” melemah dan kehilangan daya dukungnya setelah digunakan dalam sejumlah ekspedisi penelitian evaluasi dampak ekologis. Menami merupakan sebuah kapal motor milik WWF-Indonesia yang digunakan untuk serangkaian pemantauan dan riset terhadap terumbu karang dan biota laut. Terdengar unik, nama Menami diambil dari ikan Napoleon (Cheilinus undulatus) dalam bahasa Wakatobi, kawasan di mana kapal ini sehari-hari beroperasi.
Kini saatnya Anda bertindak nyata mendukung kerja keras tim peneliti kelautan WWF-Indonesia dalam menyelamatkan dan melestarikan kekayaan hayati di lautan Nusantara.
Sebuah program ""Emergency Calls"" diinisiasi dalam rangka mengumpulkan dana guna menghidupkan mesin kapal motor Floating Ranger Station Menami yang sedianya harus segera beroperasi kembali. Untuk tahap pertama, kami menargetkan 500 juta Rupiah untuk pembelian mesin yang baru, biaya pemasangan, pembersihan kapal, serta untuk melengkapi kekurangan peralatan monitoring di dalam kapal. Harapannya, Menami dapat beroperasi kembali di Wakatobi dan wilayah sekitarnya dalam waktu 2 bulan ke depan.
Dukungan Anda dapat disalurkan melalui rekening:
Bank Mandiri 124-00-0520-697-5, atas nama World Wide Fund
Bank Central Asia 217-3012870, atas nama YAY WWF INDONESIA
* Mohon tambahkan angka 1 di belakang donasi untuk memudahkan rekapitulasi donasi Anda untuk Menami (sebagai contoh: Rp 100.001).
Untuk informasi lebih lanjut, atau jika Anda ingin dihubungi oleh tim Telemarketing WWF-Indonesia, silakan mengirimkan surel ke supporter-service@wwf.or.id (tulis ""Help Menami"" sebagai judul surel Anda).
Tentang Menami
Kapal motor Floating Ranger Station Menami memiliki panjang 22 meter dengan lebar enam meter dan bobot mati 63 ton, sudah dioperasikan untuk membawa para ahli kelautan WWF-Indonesia sejak 2004. Menami awalnya digunakan untuk mengangkut barang sebelum dibeli WWF-Indonesia, dan dalam operasionalnya saat ini dikomandoi seorang nakhoda serta 16 kru yang terdiri dari mualim, masinis, juru mudi, hingga koki. Menami disebut ""Floating Ranger Station"" karena merupakan markas terapung bagi kegiatan penelitian kelautan WWF-Indonesia yang durasinya bisa berbulan-bulan.
Tentang Segitiga Terumbu Karang
Membentang seluas enam juta kilometer persegi di enam negara--salah satunya Indonesia, tercatat 76% spesies terumbu karang dunia, 6 dari 7 spesies penyu laut, dan sekitar 2.228 spesies ikan karang menjadikan kawasan Segitiga Terumbu Karang sebagai rumah mereka. Rusaknya ekosistem di kawasan ini jelas berdampak buruk bagi lingkungan dan bumi secara umum.