DARI 120 GAJAH SUMATERA MATI DI RIAU SEJAK 2004, BARU SATU KASUS DIBAWA KE PENGADILAN
Pekanbaru – Kerangka tujuh Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) ditemukan pada tanggal 21 Februari 2014 lalu di kawasan PT. RAPP Sektor Baserah, Desa Lubuk Kembang Bunga, Kecamatan Ukui, Kab. Pelalawan -- yang berbatasan dengan Taman Nasional Tesso Nilo, Riau. Ketujuh kerangka tersebut terdiri dari satu gajah induk betina, lima anakan jantan dan satu gajah jantan dewasa. Saat ditemukan, keenam pasang gading gajah hilang, diduga dicabut menggunakan benda tajam. Pengambilan gading dengan cara dicabut mengindikasikan pengambil gading adalah orang yang mengerti perdagangan bagian tubuh satwa liar.
Tujuh kerangka gajah yang ditemukan pada satu lokasi berdekatan ini diduga mati karena memakan makanan yang mengandung racun. Pada beberapa kasus peracunan gajah, bahan beracun biasanya dicampur dengan sabun atau buah seperti nangka dan nanas yang disukai oleh gajah. Pestisida yang mengandung bahan beracun banyak disalah gunakan pihak-pihak tertentu untuk meracun gajah. Hasil penelusuran WWF di beberapa lokasi di sekitar Tesso Nilo menemukan bahan pestisida yang mengandung racun sangat mudah didapat. “Kematian gajah yang berulang dan sistematis seperti ini menunjukkan lemahnya penegakan hukum pada satwa dilindungi di Riau. Aparat penegak hukum harus segera mengusut tuntas kasus ini dan semua kasus kematian gajah, sehingga menimbulkan efek jera bagi pelaku,” kata Anwar Purwoto, Direktur Program Sumatera dan Kalimantan WWF-Indonesia.
Menurut data WWF-Indonesia, sejak tahun 2004 setidaknya 128 gajah mati di Riau. Mirisnya, baru satu kasus yang berhasil dibawa hingga meja hijau, yaitu kasus perburuan gading di Mahato- Kabupaten Rokan Hulu pada tahun 2005. Dalam tiga tahun terakhir, dari 38 gajah mati di Riau tidak satu pun yang dibawa ke meja hijau padahal sebagian bukti telah ditemukan di lapangan, misalnya adanya racun yang dibuktikan melalui tes laboratorium. Di Blok Hutan Tesso Nilo sendiri dalam kurun waktu dua tahun terakhir (2012-2013) tercatat 26 individu gajah mati dan sebagian besar karena diracun.
“Kasus kriminal khusus untuk satwa liar yang terjadi di Riau diindikasikan bukan saja dilakukan atas dasar konflik lahan dalam kawasan Taman Nasional Tesso Nilo, namun juga sudah menjadi kasus yang luar biasa karena dilakukan berulang-ulang dan sistematis, yang diduga melibatkan jaringan perdagangan gading nasional maupun internasional, “ kata Suhandri, Regional Leader Sumatra WWF Indonesia. ”Balai Taman Nasional Tesso Nilo dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Riau sudah seharusnya berkoordinasi dengan Kepolisian Daerah Riau untuk mengungkap dan menegakkan hukum atas kematian gajah di Riau, sehingga kasus seperti ini tidak berulang , “ tambah Suhandri.
Untuk meminimalkan kematian gajah di Tesso Nilo WWF-Indonesia mendorong pihak berwenang menyelesaikan proses penanganan tumpang tindih penggunaan kawasan di TNTN. WWF-Indonesia juga meminta agar para pemegang konsesi di sekitar TNTN membenahi manajemen kawasan dan mendukung upaya penyelesaian kasus kematian gajah yang terjadi di kawasan produksinya.
Hasil riset WWF-Indonesia menunjukkan bahwa saat ini populasi gajah Sumatera kian hari makin memprihatinkan, dalam satu generasi (25 tahun), gajah Sumatera telah kehilangan sekitar 70% habitatnya, serta populasinya menyusut hingga lebih dari separuh.
Catatan Editor:
- Peta lokasi gajah mati dapat diunduh di http://bit.ly/MnqTuI
- Untuk mengurangi konflik gajah dengan manusia, WWF-Indonesia bersama dengan Kementrian Kehutanan telah melakukan mitigasi konflik gajah dengan mendirikan Flying Squad, yaitu sekelompok gajah terlatih untuk mengusir gajah liar yang keluar dari kawasan TNTN, yang ditempatkan di Desa Lubuk Kembang Bunga, Kecamatan Ukui, Pelalawan yakni salah satu desa yang berbatasan langsung dengan TNTN. Dengan dioperasikannya Flying Squad, sekitar 70%kerugian masyarakat sekitar dibanding sebelum pengoperasian berhasil ditekan.
- Selain dari upaya langsung mitigasi konflik gajah seperti halnya dengan Flying Squad, perlu upaya pemerintah untuk mengontrol secara ketat perdagangan bahan beracun yang dapat mengakibatkan kematian Gajah. Mengusut tuntas keberadaan gading yang hilang juga akan bermuara pada ada tidaknya jaringan perdagangan nasional maupun internasinal dibalik kematian gajah Sumatra.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
- Suhandri, Program Koordinator Sumatera-WWF-Indonesia, suhandri@wwf.or.id, +628127522745
- Anwar Purwoto, Program Direktur Sumatera dan Kalimantan apurwoto@wwf.or.id, +628121108654