CDV MENJANGKIT, HARIMAU TERHIMPIT
"Beberapa tahun belakangan ini, populasi manusia tengah dihebohkan oleh adanya wabah virus Zika yang tersebar melalui gigitan nyamuk. Penyebaran penyakit melalui nyamuk tak hanya terjadi kepada manusia, tapi terjadi juga pada harimau, namun melalui anjing yang terjangkit virus penyakit. Anjing sakit dapat menularkan penyakit Canine Distemper Virus (CDV) kepada harimau.
Apakah CDV itu? Penyakit ini biasanya menjangkiti anjing saja. Namun dilansir dari nationalgeographic.com, studi mengungkapkan bahwa ternyata CDV tidak hanya menjangkiti anjing saja, karena pada tahun 2000 dilaporkan virus ini menyerang seluruh keluarga karnivora, termasuk juga Harimau Sumatera.
Hewan yang terinfeksi oleh CDV akan telihat lesu, nafsu makannya menurun, matanya kotor, muntah, diare, dan jika virus menyerang saluran pernafasan, anjing akan batuk-batuk. Saat CDV menyerang sistem saraf, akan terjadi kedutan pada kelopak mata, bibir, terasa sakit bila disentuh (hyperesthesia), dan anjing akan mengalami kejang. Jika menyerang sistem pernafasan atau sistem pencernaan, peluang hewan yang terserang CDV untuk sembuh adalah 50 persen. Sedangkan jika menyerang sistem saraf, peluang hidupnya kurang dari 10 persen, itu artinya tingkat kematian yang disebabkan oleh penyakit ini sangatlah tinggi.
Virus yang masih berkerabat dengan virus campak ini dipandang sebagai penyebab kepunahan harimau Tasmania (Thylacinus cynocephalus), karnivora berkantung dan corak rambut mirip harimau yang berada di pulau Tasmania, Australia Selatan. Adanya serangan virus CDV terhadap harimau dikemukakan oleh John Lewis, Direktur Wildlife Vets International. CDV bisa mengakibatkan kerusakan pada otak harimau dan membuat kucing besar berloreng ini kehilangan rasa takut alamiah terhadap manusia.
Oleh karena itu, penyakit ini menambah jenis ancaman bagi harimau dan membuat potensi konflik yang terjadi antara harimau dan manusia menjadi meningkat. Hilangnya insting takut pada manusia juga memungkinkan harimau memasuki pemukiman masyarakat dan gagal melarikan diri dari para pemburu gelap. Akhirnya, hidup mereka akan berakhir oleh timah panas para pemburu.
Perilaku harimau yang tak kenal takut dengan manusia ini pun dikemukakan oleh Sunarto, ahli Harimau Sumatera WWF-Indonesia. Padahal biasanya harimau cenderung menghindar bila bertemu manusia. Sunarto menambahkan, di Sumatera, telah terdapat gejala penyebaran CDV di wilayah Bengkulu, Jambi, dan Riau.
Terdapat beberapa faktor yang disinyalir menyebabkan harimau Sumatera tertular CDV. Salah satunya yakni adanya peningkatan intensitas interaksi antara manusia, hewan peliharaan, dan satwa liar yang disebabkan oleh aktivitas perambahan hutan. Pelibatan anjing peliharaan masyarakat ketika berburu juga menambah potensi penularan virus CDV ini.
Tidak sedikit hewan yang meninggal akibat terinfeksi virus ini. Bahkan, Journal of Zoo and Wildlife Medicine menulis bahwa tingkat kematian hewan akibat virus ini menempati urutan kedua setelah rabies. Ancaman yang dihadapi Harimau Sumatera kini tidak hanya penyusutan habitat dan perburuan. Kehadiran CDV menjadi ancaman besar bagi kelestarian Harimau Sumatera di dunia. Dikutip dari nationalgeographic.co.id, berdasarkan studi dalam Journal of Veterinary Diagnostic Investigation mencatat bahwa CDV telah menewaskan 17 singa, harimau dan macan tutul. Kucing-kucing besar ini terinfeksi setelah memakan rakun yang terinfeksi oleh CDV.
Persoalan CDV juga perlu menjadi perhatian kita semua, karena ternyata potensi penularannya juga bisa berasal dari hewan yang kita pelihara. Jika sebelumnya kerusakan habitat dan perburuan yang disuarakan para pemerhati konservasi Harimau Sumatera sebagai ancaman, maka kini penyakit CDV juga dapat memusnahkan kucing besar berloreng terakhir yang kita punya ini.