CATATAN #XPDCMBD: DESA WONRELI DAN DUSUN YAMURU
Penulis: Nara Wisesa (WWF-Indonesia)
Desa Wonreli sangat besar dan merupakan pusat kecamatan. Tim Darat melapor ke kantor kecamatan, namun saya kepala camat dan kepala desa sedang dinas ke Tiakur. Setelah melapor di kantor kecamatan, ada tiga orang karyawati kecamatan, termasuk staf Unit Pelaksana Teknis Daerah/UPTD Perikanan Kisar, yang menemani Tim Darat untuk melakukan survei ke pasar ikan agar dapat menemui beberapa nelayan. Wawancara informan penting (Key Informant Interview/KII) pun berlangsung saat survei perikanan berlangsung di pasar ikan tersebut. Setelah selesai, Tim Darat yang bertanggung jawab untuk survei perikanan pun memisahkan diri menuju pelabuhan untuk menunggu para nelayan pulang melaut.
Sementara Tim Darat untuk survei sosial tadinya harus kembali ke kapal karena menurut para karyawati kecamatan, desa/dusun di Pulau Kisar sangat jauh dan akan memakan banyak waktu perjalanan. Namun Tim Darat sangat beruntung, Hellen (Unpatti) berhasil meyakinkan ketiga karyawati UPTD Perikanan Kisar agar Tim Darat bisa mendatangi salah satu dusun yang lokasinya paling dekat dengan Desa Wonreli, yaitu Dusun Yamuru. Kebetulan juga, salah satu KII yang kami temui di pasar ikan juga berasal dari dusun tersebut. Dusun Yamuru terletak sekitar tujuh kilometer ke arah utara pusat Desa Wonreli, yang mayoritas penduduknya berkebun dan mencari ikan, bila memungkinkan.
Ketika tiba di Dusun Yamuru, terdapat sedikit sekali warga yang mau mendatangi Balai Desa untuk berpartisipasi sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan diskusi kelompok terarah total. Oleh karena itu, Tim Darat memutuskan untuk melakukan diskusi kelompok kecil yang dipimpin oleh Hellen dan diskusi pemetaan oleh Novi (WWF-Indonesia). Sementara Nara (WWF-Indonesia) melakukan wawancara profil desa dengan Kepala Dusun (Kadus) Yamuru, dan Hakim (KKP) melakukan KII. Sedangkan Damora (WWF-Indonesia) dan Budi (KKP) memisahkan diri menggunakan ojek untuk mendatangi kelompok nelayan di dekat pelabuhan.
Setelah kegiatan selesai, Tim Darat menyusul anggota yang sedang mengambil data perikanan di pelabuhan. Namun mereka sangat terkejut ketika Igna (KKP) dan Niar (IPB) memberi kabar bahwa belum ada satu pun nelayan yang pulang melaut membawa ikan sepanjang hari. Sebagian anggota tim pun kemudian memutuskan untuk kembali terlebih dahulu ke kapal, sementara yang lain masih tinggal di pelabuhan lebih lama untuk menunggu kapal nelayan yang masuk. Berdasarkan hasil wawancara, survei pasar, dan pelabuhan, komoditas utama perikanan di Pulau Kisar adalah ikan pelagis kecil seperti momar; terbang; julung-julung, maupun ikan pelagis besar seperti tuna dan cakalang.
Ada beberapa fakta menarik baik terkait Desa Wonreli maupun Dusun Yamuru. Salah satunya adalah informasi yang didapatkan oleh Hellen. Ternyata masih ada pembagian kawasan adat berdasarkan petuanan, sehingga bagi masyarakat yang melanggar, akan menerima sanksi adat. Nelayan yang melaut pun hanya pria, sedangkan para wanita menunggu di para nelayan tersebut kembali dari melaut.
Namun ada juga beberapa fakta yang sangat disayangkan, seperti ditemukannya penambangan pasir di pesisir barat Pulau Kisar, sekitar pelabuhan. Walaupun untuk tujuan pembangunan desa, penambangan ini mengakibatkan abrasi. Tetapi karena pulau ini merupakan pulau karang, batu karang yang digunakan untuk pembangunan ini adalah batuan kapur darat dan tidak mengambil karang dari laut. Ada juga informasi bahwa sekitar tahun 1980-an, pernah terjadi sasi terhadap lola (sejenis kerang laut) dan batulaga (sejenis siput laut) di Kisar, namun sekarang sudah tidak diberlakukan. Oleh karena itu, lola dan batulaga yang masih ada di sekitar Kisar pun sekarang diperkirakan berjumlah sangat sedikit.