BUMI PANDA AJAK SISWA SMA BERDISKUSI TENTANG SAMPAH DAN PENGELOLAANNYA
Oleh: Kesia Amelia (Voluntir Bumi Panda) dan Natalia T. Agnika
Permasalahan sampah bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau sekelompok orang saja. Setiap orang, termasuk para pelajar harus peduli dengan permasalahan sampah dan bagaimana cara mengatasinya. Karena itulah, dalam kunjungannya ke SMAN 12 Bandung pada Rabu (20/01) yang lalu, tim Bumi Panda WWF-Indonesia mengajak para pelajar di sekolah itu berdiskusi tentang sampah.
Tepat pukul 10.00 WIB, sebanyak 220 siswa dari kelas X sampai XII memenuhi ruangan laboratorium untuk mengikuti kegiatan yang diisi oleh tim Bumi Panda WWF-Indonesia. Seusai perkenalan, para siswa dari jurusan IPA dan IPS tersebut diajak melakukan diskusi. Mereka dibagi dalam kelompok-kelompok. Masing-masing kelompok diberi waktu selama 30 menit untuk berdiskusi tentang sampah. Mereka menuangkan hasil diskusi pada selembar kertas A3 dengan membuat artikel, diagram, dan gambar tentang sampah. Hasil diskusi tersebut dipresentasikan di depan kelas secara begantian.
Setiap kelompok yang maju ke depan memberikan paparan-paparan yang mereka ketahui mengenai sampah, mulai dari pengertian, jenis, cara penanggulangan, dan bagaimana cara mendaur ulang sampah. “Sampah dapat mengganggu semua yang ada di dunia ini, termasuk habitat hewan. Penanggulangan sampah sebaiknya dimulai dari diri kita sendiri dan lingkungan kita terlebih dahulu. Caranya dengan memulai memilah sampah organik dan anorganik. Sampah organik dimanfaatkan menjadi pupuk, sedangkan sampah anorganik didaur ulang dan dimanfaatkan kembali. Dunia membutuhkan kita semua untuk mengatasi masalah sampah,” ujar Daffa, siswa kelas XI yang mempresentasikan hasil diskusinya.
Aktivitas diskusi dilanjutkan dengan perkenalan tentang WWF-Indonesia oleh Sani Firmansyah dari Bumi Panda WWF-Indonesia. Sani menjelaskan tentang sejarah WWF-Indonesia, lokasi kerja, dan berbagai satwa yang menjadi fokus kerja konservasi WWF-Indonesia. “Sampah memengaruhi habitat satwa atau ekosistemnya, salah satunya adalah penyu. Saat ini salah satu penyebab penurunan populasi penyu adalah sampah-sampah plastik yang bertebaran di laut. Penyu sering salah mengira plastik sebagai makanannya. Penyu dapat mati ketika memakan kantong plastik tersebut. Jadi solusinya adalah kita harus meminimalisir penggunaan kantong plastik,” ujar Sani dalam presentasinya.
Para siswa juga berkesempatan untuk menerapkan kegiatan daur ulang secara langsung. Mereka diajari oleh tim Bumi Panda WWF-Indonesia untuk mengubah kaus bekas menjadi tas serbaguna. Bahan-bahan untuk membuat tas sudah dipersiapkan dari rumah masing-masing. Para siswa terlihat sangat antusias mempraktekkan cara membuat tas. Hasil karya mereka sangat bagus dan menarik.
Suasana makin hangat ketika para siswa melakukan games seputar materi-materi yang sudah disampaikan sebelumnya. Mereka sangat antusias ingin menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan oleh tim Bumi Panda WWF-Indonesia. Dari games tersebut terlihat bahwa informasi mengenai konservasi dapat terserap dengan baik oleh para siswa di SMAN 12 Bandung. “Terima kasih kepada kakak-kakak dari Bumi Panda WWF-Indonesia yang telah berkunjung ke sekolah kami. Banyak informasi yang kami dapatkan dengan cara penyampaian yang menyenangkan. Semoga siswa-siswa kami dapat membantu menjaga lingkungan, dimulai dari sekolahnya terlebih dahulu,” ungkap Euis, Wakil Kepala Sekolah Kesiswaan SMAN 12 Bandung.