BERSAMA-SAMA MENYELAMATKAN SUMBER MATA AIR
Oleh Natalia Trita Agnika
Sebanyak 70% permukaan bumi terdiri dari air. Namun saat ini diperkirakan hanya 0,3% dari air bersih dunia tersedia untuk menyuplai kebutuhan manusia dan 60% dari jumlah tersebut berasal dari 9 negara: Brasil, Rusia, Cina, Kanada, Indonesia, India, Kolumbia, Republik Demokratik Kongo, serta Amerika (sumber: laporan WWF “Water Conflict – Myth or Reality” tahun 2012). Dalam satu abad terakhir, penggunaan air bersih di dunia melonjak tajam karena pertambahan jumlah penduduk. Meningkatnya kebutuhan pertanian, energi, industri, sektor bisnis, dan rumah tangga memberikan tekanan yang mengancam ketersediaan air bersih.
Per hari, setiap orang membutuhkan 2-4 liter air untuk keseimbangan tubuh. Namun, setiap hari, diperkirakan 2 juta ton sampah rumah tangga dibuang ke air (sungai). Sampah rumah tangga ini menyebabkan sumber air bersih berkurang.
Krisis air bersih juga merupakan dampak dari perubahan iklim. Bila iklim di dunia tidak berjalan normal, kemarau panjang atau musim hujan yang tak kunjung usai akan menyebabkan aturan ekosistem tidak berjalan dengan baik. Sumber mata air bisa menjadi kering dan tercemar. Akibatnya kita akan kesulitan menemukan air bersih.
Warga dunia kembali diingatkan akan pentingnya air bagi kehidupan dalam momen World Water Day (Hari Air Sedunia) yang dirayakan setiap 22 Maret. Perlindungan dan pengelolaan sumber daya air yang dilakukan secara berkelanjutan menjadi hal utama yang dikampanyekan kepada masyarakat luas.
Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menjaga ketersediaan sumber air. Mulai dari hal-hal kecil yang bisa dilakukan sehari-hari, misalnya mematikan kran saat menggosok gigi, memilih mandi menggunakan shower dibanding gayung, atau memastikan telah menutup kran air dengan rapat. Tidak membuang sampah ke saluran air dan sungai juga salah satu cara menjaga sumber air.
Selain hal-hal kecil yang mudah dilakukan sebagai individu, ada pula aksi nyata secara kolektif yang bisa dilakukan untuk menjaga ketersediaan sumber air. Salah satu contohnya adalah aksi nyata yang dilakukan oleh komunitas EARTH HOUR Kota Batu pada tahun ini. Kota Batu merupakan salah satu kunci pelestarian sumber mata air karena letaknya yang berada di lereng pegunungan. Sumber mata air di Kota Batu merupakan penyangga kehidupan bagi 2/3 penduduk di Jawa Timur. Namun, dalam 10 tahun terakhir, Kota Batu kehilangan setengah dari sumber mata air semula. Sumber mata air yang tersisa pun mengalami penurunan debit.
EARTH HOUR Kota Batu tidak tinggal diam melihat kenyataan tersebut. Melalui sebuah program bertajuk “Konservasi Sumber Air Dok Junrejo”, EARTH HOUR Kota Batu mengajak publik untuk menyelamatkan sumber mata air di Dok Junrejo, salah satu daerah sumber mata air di Kota Batu. Mereka menggalang dana melalui earthhour.kitabisa.com untuk melakukan penanaman pohon di sekitar kawasan sumber mata air yang akan dilakukan pada 23 April 2016 mendatang. Keberadaan pohon di kawasan sumber mata air sangat penting karena berfungsi sebagai penyerap air dan penyangga tanah. Dengan demikian, perlindungan sumber daya air dapat dilakukan secara berkelanjutan.
Menjaga kelestarian air berarti menjaga kehidupan kita. Mari kita beraksi mulai dari sekarang untuk menjaga sumber mata air. Jangan sampai krisis mata air mendatangkan air mata bagi kita.