BERLIBUR DAN BELAJAR DENGAN ALAM DI TN. TESSO NILO
Oleh: Syamsidar
Sebanyak 18 orang siswa-siswi SLTA dari tiga kabupaten dan Kota Pekanbaru mengikuti Program Berlibur dan Belajar dengan Alam di Taman Nasional Tesso Nilo pada 24-26 Juni 2010. Peserta merupakan siswa yang diseleksi dari karya tulis yang telah dikirim ke panitia sebagai persyaratan untuk kegiatan.
Kegiatan ini diselenggarakan oleh WWF-Indonesia Program Riau bersama dengan Balai Taman Nasional Tesso Nilo dalam rangka memperkenalkan potensi keanekaragaman hayati dan ekowisata di taman nasional tersebut. Kegiatan ini dibuka langsung oleh Kepala Balai Taman Nasional Tesso Nilo, Drh. Hayani Suprahman, MSc di Taman Nasional Tesso Nilo, Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan-Riau.
Kepala Balai TNTN mengatakan dalam pembukaan kegiatan tersebut:” Suhu bumi sudah semakin panas oleh karena itu perlu kepedulian semua pihak untuk berbuat lebih nyata dalam mencintai dan melindungi alam, termasuk partisipasi para siswa sebagai generasi penerus.” Ia menambahkan,”Siswa-siswi terpilih dalam kegiatan ini merupakan siswa yang beruntung karena dapat menikmati keindahan alam TNTN dan belajar langsung dengan alam.” Dengan pengalaman ini Hayani, sehingga diharapkan semakin tumbuh kesadaran untuk mencintai lingkungan”.
Delapan belas peserta terpilih tersebut berasal dari Kabupaten Pelalawan, Indragiri Hulu, Kampar dan Kotamadya Pekanbaru. Peserta ini mengikuti berbagai kegiatan dalam Program Berlibur dan Belajar dengan Alam di TNTN antara lain: mengenal lebih dekat karakteristik gajah sumatera, penelitian harimau sumatera dengan metode camera trap, spesies tumbuhan langka dan madu sialang. Peserta juga diperkenalkan pembuatan herbarium dan bokasih atau pupuk dari kotoran gajah yang banyak terdapat di Taman Nasional Tesso Nilo.
Taman Nasional Tesso Nilo terkenal dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia dan juga merupakan habitat gajah dan harimau sumatera yang terancam punah. Kawasan ini merupakan habitat gajah yang cukup baik dibandingkan dengan habitat gajah lainnya yang tersisa di Riau. “Penunjukkan sebagian hutan Tesso Nilo menjadi taman nasional diharapkan suatu hari nanti akan menjadi solusi terhadap permasalahan konflik manusia-gajah di Riau,” terang kepala Balai TNTN di sela-sela pembukaan kegiatan Berlibur dan Belajar dengan Alam di TNTN tersebut.
Nadia Corrina Raissa dari SMA I Bangkinang-Kampar menyatakan sangat senang mengikuti kegiatan ini karena banyak pengalaman yang didapat di antaranya mengenal spesies tumbuhan langka yang banyak terdapat di TNTN. Ia mengatakan,”Ia mengharapkan bahwa perlu adanya fasilitas untuk pendukung ekowisata agar lebih menarik pengunjung, misalnya membangun flying fox di daerah-daerah yang bukan merupakan perlintasan satwa liar.” Dengan tersedianya berbagai fasilitas dia yakin akan lebih menarika banyak orang untuk datang ke Taman Nasional Tesso Nilo.
Peserta dapat mengenal gajah sumatera melalui interaksi langsung dengan gajah latih dari Tim Flying Squad (Tim Pengusir Gajah Liar). Dan yang lebih menarik lagi adalah peserta dapat mencoba langsung menjadi pawang gajah dalam kegiatan yang dinamai “Andai Aku Menjadi Pawang.” Setelah Syamsuardi, Flying Squad Officer dari WWF menerangkan cara memberikan instruksi kepada gajah, peserta dapat mencoba sendiri berinteraksi dengan gajah. Nella, seekor anak gajah dari salah satu gajah Flying Squad yang kini berumur 3,5 tahun pun ikut serta dalam kegiatan ini. Awalnya peserta mengalami kesulitan karena gajah tidak mengikuti apa yang mereka instruksikan tetapi setelah dicoba lagi, mereka pun berhasil memerintahkan Nella untuk mengangkat kaki kanan depannya sehingga para peserta pun dapat menaiki Nella.
“ Wah senangnya, siapa mengira badan ku yang kecil ini bisa memerintahkan gajah yang sebesar itu,” kata Dwi Monica peserta dari SMA 12 Pekanbaru. Dia berkata bahwa ini akan menjadi pengalaman yang tidak terlupakan baginya dan ia pun berjanji akan menceritakan pengalaman selama di Taman Nasional Tesso Nilo kepada teman-temannya.
Sementara itu, Ari Perdana Corrades dari SMK 1 Bangkinang dengan antusias menceritakan pengalamannya mengikuti simulasi pemasangan camera trap dalam riset harimau. Apalagi pada kesempatan tersebut para peserta dapat melihat langsung jejak beruang madu dan tapir yang masih baru.
Kegiatan ini juga dimaksudkan untuk mengenalkan potensi ekowisata di TNTN yang kini tengah dikembangkan Balai Taman Nasional Tesso Nilo dan WWF-Indonesia Program Riau. Diharapkan kegiatan ekowisata di TNTN akan dapat berkembang dengan baik sehingga dapat menggerakkan pendapatan alternatif bagi masyarakat di sekitar TNTN. Untuk itu perlu kerjasama semua pihak untuk mengembangkan potensi ekowisata Taman Nasional Tesso Nilo hingga suatu saat nanti kawasan ini akan dapat menjadi salah satu daerah kunjungan wisata favorit di Riau.