BERAWAL DARI NONTON FILM, BANGUN EKSTRAKURIKULER DI KAMPUS
YULISTYO PRATOMO
DUNIA sedang mengalami guncangan perubahan iklim dan peningkatan permukaan laut. Meski baru berjalan dua tahun, selama itu pula dia telah mendapatkan banyak dukungan dari mahasiswa dan pihak lainnya.
Jauh sebelumnya,dia sudah mengetahui bahaya kerusakan lingkungan akibat adanya perubahan iklim melalui televisi dan koran-koran yang dibacanya. Namun, dirinya belum terlalu serius menanggapinya karena itu pembentukan karakter untuk kepedulian bagi anak didiknya terhadap lingkungan belum terlalu besar. ""Baru sekarang ini kita yakin."" terangnya kepada INDOPOS, kemarin.
Kepedulian Prita terhadap lingkungan baru dimulai ketika bersama suami Kemal Effendi Gani menonton sebuah film karya Al Gore, Inconvenient Truth. Proses perubahan iklim akibat mencairnya es di kutub sampai perubahan struktur bumi membuatnya terpacu untuk menebarka pada anak didiknya. ""Saat itu saya pikir kalau tidak dimulai dari mahasiswa, siapa yang mau lakukan ini,"" tandasnya.
Karena alasan itulah. dia lantas ingin membangun sebuah kegiatan ekstrakurrikuler di dalam lingkungan kampus yang dipimpinnya. Dirinya sangat berharap dapat memberikan keteladanan atas pentingnya menjaga lingkungan sehingga dapat ditularkan melalui orang-orang terdekatnya. ""Apalagi itu semua (perubahan iklim. Red) akibat ulah manusia sendiri."" katanya lantas tersenyum.
Pendiri sekaligus direktur The London School of Public Relation (LSPR) itu memberi nama klub yang didirikannya dengan nama LSPR Climate Change Champion Club. Setelah berdiri, banyak mahasiswa yang tertarik untuk ikut serta dalam lembaga yang didirikannya itu dan menjadi bagian aktivis lingkungan hidup. ""Mereka punya keluarga. teman dan tetangganya juga kan."" ucapnya.
Pertama-tama dalam kegiatan yang diselenggarakan dilakukan dari dalam lingkungan kampus terlebih dahulu seperti membuang sampah dan penghematan air hingga listrik Temyata, dari program yang pertama kali dibentuknya itu telah mampu meningkatkan kepedulian mahasiswanya untuk lebih peduli terhadap lingkungan sekitar. ""Mereka terlihat senang sekali,"" sahutnya dengan ramah.
Selanjutnya, dia berusaha meningkatkan lebih dalam lagi keterlibatan peserta didiknya dalam memelihara lingkungan hidup. Sehingga tidak hanya dilakukan di sekitar kampus saja namun juga ikut terjun langsung guna dan ikut melakukan tindakan secara nyata. ""Karena itu, mereka kami ajak untuk menanam bakau sendiri dan mereka sangat bersemangat,"" jelas ibu tiga anak itu.
Hal itu juga telah terjadi di beberapa kegiatan yang pernah dilakukan oleh salah satu sekolah kehumasan yang terletak di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat itu. ""Sebelumnya mereka juga sempat kita kirim untuk mengikuti foresty reservation atau penanaman hutan lindung. Kita juga sering kali membuat video profile agar bisa ditelaah oleh mereka sendiri,"" ujarnya.
Setelah terbentuk, dia menyerahkan sepenuhnya kepengurusan pada mahasiswanya untuk membentuk agenda sendiri. Tidak berhenti di situ, wanita kelahiran 23 November 1961 itu juga mengundang ahli untuk memberikan masukan yang berharga. ""Ahli-ahli itu datang dari UNICEF, LSM, Sahabat Bakau, ada juga dari US Embassy dan British Council,"" tambahnya.
Kerja sama dengan Kedutaan Amerika Serikat dan organisasi kebudayaan Inggris itu menjadi salah satu nilai lebih terhadap lembaga bentukannya itu. Selain mampu menyerap ilmu tetang kerusakan ilmu, anak didiknya juga mendapatkan tambahan pelajaran bahasa asing. ""Kedatangan ahli-ahli itu juga merupakan kesempatan untuk belajar Bahasa Inggris,"" ungkapnya ketika ditemui di Muara Angke, Pluit, Jakut.
Sementara itu. The London School of Public Relationship (LSPR) bersama Kedutaan Besar Amerika Serikat, PT Naga Indah. Lembaga Pengkajian Bakau dan Penelitian Manggrove menggelar penanaman bibit bakau di Muara Angke, Pantai Indah Kapuk. Tidak hanya itu. sekitar 35 mahasiswanya juga ikut terjun langsung menanamnya.
Meski harus turun ke dalam lumpur, mereka tidak khawatir atau takut untuk mengotori tubuhnya sendiri. Bahkan sempat memasuki areal yang lebih dalam. ""Sebagai sekolah dengan konsep green campus, kami memiliki kemitmen untuk mengkampanyekan, melindungi dan menjaga lingkungan selalu hijau dan lestari,"" jelas Ketua STIKOM LSPR Jakarta Prita Kemal Gani.
Sekitar seratus tanaman bakau hasil sumbangan dari berbagai pihak termasuk Kedubes AS telah ditanam di pinggir pantai. ""Nantinya juga kami akan membangun tanggul pemecah ombak selebar 1,78 kilometer,"" ucap Direktur PT Kapuk Naga Indah dalam sambutannya.