BELAJAR LINGKUNGAN HIDUP DAN BAHASA INGGRIS BERSAMA PANDA MOBILE DAN AIESEC PRESIDENT UNIVERSITY
Oleh: Natalia Trita Agnika
Jocelyn, seorang mahasiswi dari Australia bercerita tentang satwa yang populer di negara asalnya. Sambil memperlihatkan foto-foto satwa tersebut, perempuan berkacamata itu menjelaskan tentang ciri-ciri dan populasinya. Sebelumnya, Almut dari Jerman, dan Luca dari Hungaria memutarkan film animasi tentang perilaku manusia yang mengeksploitasi sumber daya alam tanpa menjaganya hingga mengakibatkan bumi menjadi rusak. Ketiga mahasiswi tersebut bercerita dalam Bahasa Inggris di hadapan sejumlah siswa kelas X SMA 50 di kawasan Cipinang, Jakarta Timur pada (18/01) silam.
Jocelyn, Almut, dan Luca merupakan perwakilan dari Exchange Participants (EPs) AIESEC President University. Mereka dan sembilan EPs lainnya mendapat tugas untuk melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah dan melakukan presentasi tentang pentingnya menjaga lingkungan hidup. Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara AIESEC President University dengan Panda Mobile WWF-Indonesia. Beberapa hari sebelumnya, mereka sudah mendapat pembekalan dari tim Panda Mobile tentang berbagai satwa payung yang menjadi fokus kerja WWF-Indonesia serta aneka permainan dan aktivitas sebagai media untuk belajar lingkungan hidup.
Kunjungan yang dilakukan di SMA 50 Jakarta Timur tersebut merupakan kegiatan perdana dari serangkaian kunjungan sekolah yang akan dilakukan oleh Panda Mobile WWF-Indonesia dan AIESEC President University selama sepekan. Pada kunjungan itu, para siswa tak hanya dapat belajar dan menambah wawasan tentang lingkungan hidup. Secara tak langsung, mereka juga mengasah kemampuan berbahasa Inggris dengan cara mendengarkan presentasi para mahasiswa dari mancanegara dan melatih keberanian untuk bertanya kepada para mahasiswa tersebut dalam Bahasa Inggris.
Berbagai pertanyaan bermunculan, misalnya pertanyaan tentang apa peran WWF-Indonesia dalam pelestarian alam Indonesia, bagaimana cara membantu program-program konservasi yang dilakukan WWF-Indonesia, hingga tentang kondisi lingkungan di masing-masing negara para mahasiswa. Selain Almut, Luca, dan Jocelyn, pada hari itu ada pula Marina dari Brasil dan Alan dari Meksiko. Dengan gaya yang santai, Marina dan Alan mengajak para siswa melakukan permainan. Mereka menyebutkan ciri-ciri satwa sambil melakukan gerakan, sedangkan para siswa menebak jenis satwa yang dimaksud. Gelak tawa terdengar ketika mereka mencoba menirukan ciri-ciri satwa.
Meski sebelumnya merasa gugup karena belum pernah mengajar anak sekolah, mereka merasa senang karena dapat berbagi informasi seputar lingkungan hidup. Ekspresi lega dan bahagia terpancar dari wajah mereka saat usai melakukan presentasi. Pihak sekolah pun sangat antusias dengan program ini. Bahkan, mereka meminta untuk menambah satu sesi lagi sehingga ada tiga sesi presentasi yang sedianya hanya dua presentasi. Marina menutup presentasi terakhir dengan ajakan kepada para siswa untuk menjaga kelestarian berbagai satwa di Indonesia, terutama yang hampir punah.