BANGKITKAN KEJAYAAN UDANG WINDU, SEJUMLAH PEMBUDIDAYA DI BREBES MENJADI PERCONTOHAN BUDIDAYA UDANG YANG BAIK
Sejumlah petambak menjadi pionir dalam program Demo Pond (Tambak Percontohan) untuk membangkitkan popularitas udang windu di Kabupaten Brebes. Program ini diusung oleh Yayasan WWF Indonesia dan anggota Seafood Savers, PT Misaja Mitra, serta didampingi oleh Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau-Kementerian Kelautan dan Perikanan (BBPBAP-KKP) Jepara, Jawa Tengah. Hasil sampling udang windu yang dibudidayakan dengan praktik-praktik budidaya yang baik selama 104 hari menunjukkan udang mencapai ukuran yang diinginkan pasar, yakni 35-40 ekor per kilogram.
Komoditas udang windu merupakan spesies asli Indonesia dan sempat menjadi komoditas udang unggulan negara. Udang windu juga masih banyak dicari di pasaran, terutama di pasar ekspor. Kini, popularitasnya tergeserkan oleh jenis udang lain di kalangan pembudidaya Kabupaten Brebes karena udang windu dinilai kurang menguntungkan dan kurang produktif. Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan rendahnya produktivitas udang windu, di antaranya persiapan dan pengelolaan tambak yang tidak, menurunnya kualitas air dan tanah untuk berbudidaya, sesuai standar serta rendahnya kualitas dan kuantitas benih.
Guna meningkatkan popularitas udang windu di kalangan petambak, Yayasan WWF Indonesia bersama PT Misaja Mitra dan BBPBAP-KKP Jepara mendampingi 10 hektar tambak udang windu sebagai percontohan di Kabupaten Brebes. Pembudidaya terpilih kemudian mengikuti penyuluhan dalam Sekolah Lapang Tambak untuk mempelajari dan menguatkan pengetahuan standar dan prosedur praktik-praktik budidaya yang baik. Kini, mereka melakukan demonstrasi budidaya udang windu yang baik dalam program Demo Pond. Ada pun praktik-praktik yang dilakukan petambak di antaranya melakukan pengeringan tambak tanpa bahan kimia, menggunakan benih berkualitas bebas penyakit yang asal-usulnya jelas, dan menggunakan bahan-bahan alami untuk meningkatkan pakan alami bagi udang.
“Hasil sampling terakhir, udang windu mencapai ukuran rata-rata 28,57 gram per ekor. Itu sudah masuk ke dalam ukuran 35-40. Harapannya praktik budidaya yang baik juga dapat meminimalisir dampak budidaya terhadap lingkungan, seperti penurunan stok udang windu di alam. Selama ini, benih dihasilkan dari indukan alam, sehingga kita perlu meningkatkan produktivitas budidaya udang windu agar penggunaan benih menjadi efisien" ujar Dandy Eko Prasetiyo dari Yayasan WWF Indonesia.
Program Demo Pond diharapkan dapat memberikan contoh panen udang windu yang bagus sehingga meningkatkan animo masyarakat untuk kembali mempopulerkan budidaya udang windu. Penerapan praktik-prakitk budidaya baik dapat meningkatkan produktivitas udang windu yang optimal.
"Kami menargetkan adanya peningkatan angka kelangsungan hidup dan hasil panen, sehingga kebutuhan pasar akan udang windu dapat terpenuhi. Diharapkan produksi udang windu yang ramah lingkungan dapat menarik perusahaan ekspor untuk membeli komoditas asli Brebes," ujar Budhi dari PT Misaja Mitra.