2019, SULAWESI TENGGARA PERLU TINGKATKAN KELOLA DATA UNTUK PERBAIKAN PERIKANAN TUNA
Sebuah catatan dari gerakan perbaikan perikanan tuna tahun ini, datang dari Kendari, Sulawesi Tenggara. Tahun 2018, Kendari telah berhasil menyusun sebuah rencana kerja (20/01) untuk perbaikan perikanan tuna dengan alat tangkap pukat cincit (purse seine).
Richard Banks, Fisheries Management Assessor, memaparkan hasil pra-penilaian dan rencana perbaikan perikanan menuju sertifikasi Marine Stewardship Council (MSC), di depan seluruh stakeholders perikanan di Kendari (20/01).
Hasil dari pra penilaian ini berhasil mengidentifikasi target prioritas dalam perbaikan perikanan tuna, salah satunya adalah penguatan data dan informasi tentang komposisi armada dan spesies hasil tangkapan.
“Sistem pengumpulan data adalah hal penting dalam merintis jalan menuju sertifikasi ekolabel MSC,” buka ia. “Sumber data ada dari catatan tangkapan (logbook) nelayan, perusahaan, pengamat perikanan (observer), dan data sampling. Teknologi akan membantu dalam mengatasi ketersediaan data yang baik – dapat dibagikan dan terintegrasikan,” lanjut Banks.
Pencatatan tangkapan nelayan dalam bentuk e-logbook saat ini memang tengah berkembang. Teknologi yang berkembang pesat, kini memungkinkan nelayan mendata hasil tangkapan dengan lebih mudah melalui aplikasi di telepon pintar. Sebelum ini, nelayan masih melakukan pencatatan manual, yang tentunya membutuhkan waktu dan energi lebih untuk pengelolaannya.
“Selain kebutuhan transisi digital, kebutuhan pendampingan observer juga sangat besar. Observer yang mendampingi nelayan langsung, berperan penting dalam mendukung informasi terkait dampak pada ekosistem,” jelas Banks, menekankan pentingnya menambah kuantitas observer perikanan di kapal-kapal berukuran tak hanya di atas 30GT, tetapi juga di bawah 30GT.
Rencana Aksi dari Kendari, untuk Mengelola Tuna Lebih Baik Lagi
Provinsi Sulawesi Tenggara telah menyatakan dukungan pada program perbaikan perikanan tuna nasional. Salah satunya dilakukan oleh PT Pahala Bahari Nusantara (PT PBN), perusahaan eksportir tuna yang bergerak dalam bisnis pengolahan tuna sirip kuning (Thunnus albacares) dan cakalang (Katsuwonus pelamis) menjadi produk olahan.
PT PBN adalah anggota dari Seafood Savers, inisiatif WWF-Indonesia yang mewadahi pelaku industri perikanan untuk mewujudkan perikanan berkelanjutan melalui program perbaikan perikanan untuk mendapatkan sertifikasi ekolabel Marine Stewardship Council (MSC).
PT PBN bersama stakeholders telah menyusun dan mensosialisasikan rencana kerja program perbaikan perikanan tuna dengan pukat cincin dan dituangkan dalam nota kesepahaman bersama.
Seluruh pemangku kepentingan yang hadir dalam acara pertemuan ‘Penyusunan Rencana Kerja Fisheries Improvement Program (FIP) Purse Seine Tuna di Kendari’ sepakat untuk membentuk komite atau tim kolaborasi untuk mengawal program agar berjalan dengan baik.
Seluruh pemangku kepentingan sepakat untuk menjalankan Program FIP sesuai perannya masing-masing yang tertuang dalam Rencana Kerja FIP.
“Kini, kita telah mengetahui hal-hal apa yang perlu ditingkatkan dari praktik perikanan kita, untuk dapat memenuhi standar sertifikasi MSC,” ungkap Hary Christijanto, M.Sc dari Pengawas Perikanan Bidang Penangkapan Ikan Ahli Madya, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Kementerian Kelautan dan Perikanan RI.
“Pada program perbaikan ini, harus kita ingat, dalam pengeloaan suatu area, jika satu komponen hilang akan mempengaruhi komponen yang lainnya. Program perbaikan perikanan ini sesuatu yang perlu kita kawal bersama, untuk meningkatkan kondisi pengelolaan dan kapasitas pengelolaan kita,” tutup ia, di hadapan seluruh stakeholders perikanan tuna Kendari yang telah berkomitmen untuk perikanan tuna yang lestari.