MALINAU: POTRET KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN BUDAYA BUMI BORNEO
Oleh: Masayu Yulien Vinanda
Dalam rangka menumbuhkembangkan kesadartahuan publik terhadap keanekaragaman hayati di Malinau, sebagai Kabupaten Konservasi, serta keragaman seni budayanya, Pemda Malinau bekerja sama dengan WWF-Indonesia dan Departemen Kehutanan menyelenggarakan kampanye promosional Kabupaten Malinau berupa kunjungan ke Kecamatan Bahau Hulu selama 3 hari, sejak Senin (18/05/2009) sampai Rabu (20/05/2009).
Bahau Hulu menjadi pilihan kampanye karena kecamatan tersebut merupakan salah satu ekowisata di Kabupaten Malinau dalam kawasan Heart of Borneo (HoB). Selain untuk mempromosikan kecamatan Bahau Hulu itu sendiri, kunjungan tersebut juga merupakan upaya promosi konservasi di kawasan HoB yang terpadu dengan budaya Dayak dan tradisi adat setempat.
Ekspedisi Bahau Hulu dihadiri oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malinau, Johnson Wat Usat, Pemda Malinau, perwakilan dari Balai Taman Nasional Kayan Mentarang, WWF-Indonesia, Duta Lingkungan Kabupaten Malinau, Green Line (komunitas pecinta alam Malinau), dan musisi tanah air, Nugie, yang juga tergabung dalam Supporter Kehormatan WWF-Indonesia.
Selama tiga hari rombongan menginap di rumah kepala adat besar Bahau Hulu, di desa Long Alango. Kunjungan difokuskan di dua lokasi yaitu Stasiun Penelitian Hutan Tropis Lalut Birai dan desa Long Berini. SPHT Lalut Birai adalah pusat penelitian hutan tropis yang didirikan WWF bersama donatur lainnya pada 1991.
Perjalanan dari Desa Long Alango menuju Lalut Birai dilakukan dengan menggunakan ketinting (perahu kayu mini yang berkapasitas dua penumpang), dengan waktu tempuh sekitar 15 menit. Untuk menuju SPHT Lalut Birai, rombongan harus berjalan kaki menelusuri hutan tropis selama satu jam. Sepanjang perjalanan , rombongan dimanjakan dengan pesona rimba Borneo yang kaya akan ragam flora dan fauna khas Kalimantan.
Selain berwisata alam di Lalut Birai, rombongan juga berkesempatan untuk berwisata budaya di desa Long Berini. Dari Long Alango, desa Long Berini dapat ditempuh dengan menggunakan ketinting yang kurang lebih memakan waktu tiga jam. Di desa ini, rombongan disuguhkan dengan tarian, nyanyian, dan atraksi musik sampe’ khas Kalimantan dari penduduk setempat. Kerajinan ukiran dan anyaman juga menjadi daya tarik Long Berini.
Kampanye promosional diakhiri dengan bengkel musik yang diselenggarakan pada malam harinya di Balai Adat, Desa Long Alango. Beragam tarian khas Kalimantan ditampilkan penduduk setempat diantaranya tari Leleang oleh siswa-siswa SDN 01 Long Alango, tari Gerak Sama, tari Perang, dan tari Ponaleto (tarian yang menggambarkan dua orang pria yang memperebutkan seorang gadis). Acara di Balai Adat tersebut ditutup dengan penampilan dari Nugie, salah satu Supporter Kehormatan WWF-Indonesia.
Selain membawakan lagu-lagu populernya, Nugie juga mempertunjukkan spontanitas bermusiknya dengan menciptakan lagu dengan judul ”Long Alango.” Walau masih terdengar asing, penduduk setempat yang hadir ikut bersenandung bersama Nugie. ”Satu pengalaman yang luar biasa. Saya akan ceritakan betapa indahnya Long Alango pada teman-teman artis lain, dan saya janji saya pasti akan kembali lagi ke sini,” pungkas Nugie.