TAJAM, PERBEDAAN NEGARA MAJU DAN BERKEMBANG
KOPENHAGEN (Suara Karya): Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-15 (COP) Konvensi Badan Dunia untuk Perubahan Iklim di Kopenhagen mulai memanas setelah muncul perbedaan besar antara negara maju dan negara sedang berkembang. Perbedaan pendapat itu terjadi antara Kelompok 15 (COP 15) negara yang telah bekerja untuk PBB dalam mempersiapkan United Nations Framework Climate Change Convention (UNFCCC) di Kopenhagen, Denmark, sebagai negara anggota Uni Eropa dan China sebagai anggota kelompok dagang Grup 77 dalam berbagi tanggung jawab.
Perdebatan itu makin panas ketika Prancis dan Brasil ingin ikut andil dalam kerangka kerja tersebut, termasuk memberikan bantuan finansial kepada negara sedang berkembang di Afrika dalam menghadapi perubahan iklim. Menurut mereka, ""Kami siap untuk bekerja sama dengan Pemerintah Nigeria demi keinginan besar kami mendapatkan kesepakatan yang terbaik di Kopenhagen. ""Sebuah kesepakatan bersama juga ditandatangani oleh kedua negara melalui kedubes kedua negara di Abuja dan dukungan finansial itu bahkan sudah bisa diterima mereka hari ini juga.
Mereka juga menyatakan bahwa masing-masing negara memahami benar bahwa efek dari perubahan iklim ini sangat mendesak sehingga ""semuanya harus direncanakan dengan matang dan harus ada keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi yang kuat dan memerangi kemiskinan. ""Pada hari pertama konferensi. Uni Eropa (UE) sempat menuduh negara berkembang tidak serius dalam menjalankan kesepakatan baru dalam menghadapi perubahan iklim. UE juga mengusulkan agar China dan India, yang dianggap lebih maju ketimbang negara berkembang lainnya, seharusnya lebih banyak ambil bagian dalam mengatasi perubahan iklim ini serta meringankan utang di negara berkembang lainnya.
Disebutkan pula negara-negara berkembang membutuhkan sedikitnya 100 miliar euro setiap tahunnya untuk bisa menghadapi perubahan iklim ini hingga tahun 2020. UE juga menantang China dan India untuk ikut menanggung biaya sebesar 22 hingga 50 miliar euro yang dipersiapkan negara maju untuk membantu negara berkembang. Komisi itu juga menjelaskan, setidaknya mereka mampu menyumbang 2 hingga 15 miliar euro yang bisa mereka ambil dari simpanan devisa mereka atau hasil piutang di negara berkembang.
Tidak hanya itu, UE juga menyebutkan bahwa kedua negara berkembang itu belum lama ini mengeluarkan pernyataan bahwa mereka berhasil meningkatkan perekonomian mereka (China, India, dan Afrika Selatan) karena berhasil membatasi perkembangan tingkat emisi mereka dalam sebuah aksi nyata dan siap ke meja perundingan untuk membicarakan keberhasilan mereka. Namun, kepala tim negosiator dari China yang hadir bersama kepala delegasi China untuk COP 15, Su Wei, membantah semua tuduhan itu.