CATATAN KESEPAKATAN KOPENHAGEN
KOPENHAGEN - Konferensi Perubahan Iklim di Kopenhagen kemarin berakhir dengan tidak memuaskan setelah membuat kesepakatan yang tidak mengikat untuk mencegah pemanasan global. ""Tipis jaraknya dari kegagalan,"" kata Direktur Program Iklim dan Energi, WWF-Indo-nesia, Fitrian Ardiansyah, Direktur Program Iklim dan Energi, WWF-Indonesia di Kopenhagen.
Konferensi ditutup dengan Kesepakatan Kopenhagen (Copenhagen Accord) yang menghasilkan program bantuan iklim untuk negara-negara miskin. Meski tak ada ikatan kewajiban, lewat kesepakatan ini, negara-negara maju bersedia memotong emisi gas karbon dioksida dan gas lainnya lebih besar lagi.
Kesepakatan ini terjalin setelah Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan pemimpin Cina melakukan diplomasi berjam-jam pada Jumat dan Sabtu pekan lalu untuk menghasilkan kesepakatan program bantuan iklim untuk negara-negara miskin. Para kepala negara yang hadir bersepakat bahwa perlu upaya agar suhu tetap berada di bawah 2 derajat Celsius.
Copenhagen Accord juga mendukung penyediaan pembiayaan program inisiasi sekitar Rp 300 triliun pada 2010-2012 dari negara-negara maju. Dana ini untuk mendukung negara-negara berkembang dalam melakukan tindakan adaptasi dan mitigasi, termasuk dari kehutanan (REDD-plus).
Keputusan ini merupakan klimaks dari pertentangan yang keras antara pihak yang mendukung Copenhagen Accord dan yang menolaknya. Kelompok ALBA (Venezuela, Bolivia, Nicaragua, dan Kuba) keras menentang. Beberapa jam lalu, kata juru bicara Kuba, Barrack Obama mengumumkan sebuah kesepakatan.
""Dia bersikap seperti seorang kaisar,"" katanya. Kuba menolak konsensus untuk menyepakati draf dokumen. Juru bicara Nikaragua memotong utusan Amerika Serikat yang ingin berbicara. ""Ada preseden saat kami kami tidak diberi hak untuk berpidato,"" katanya. Situasi ini memanaskan persidangan.
Adapun dukungan terhadap Copenhagen Accord datang dari 26 negara yang diundang khusus tuan rumah untuk merancang dokumen tersebut. Dukungan lain juga dari negara-negara kepulauan kecil. Juru bicara dukungan lain juga dari negara-negara kepulauan kecil. Juru bicara Maladewa (Maldives) angkat suara.
Mereka mengajukan permohonan kepada negara-negara ALBA untuk menerima dokumen.""Ini memang tidak sempurna, tapi ini langkah maju daripada tidak mendapat apa-apa di Kopenhagen,"" katanya. Suara senada bermunculan sehingga melunakkan negara yang menentang.
Acting President Conference of the Parties (COP) 15 dari negara Bahama COP mengetuk palu sidang dan memutuskan Copenhagen Accord sebagai catatan COP 15. Ketua Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Iklim, Yvo de Boer, menyatakan kesepakatan ini menakjubkan.(Untung Widyanto/Kopenhagen)