KONFERENSI IKLIM DIBAJAK
KOPENHAGEN - Hasil Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa jauh dari memuaskan. Bahkan sekelompok besar negara berkembang menyebut draf kesepakatan iklim Kopenhagen sebagai ""yang terburuk dalam sejarah"" dan mengisyaratkan akan menentang kesepakatan itu.
Lumumba Stanislas Dia-ping dari Sudan, Ketua Grup 77 yang beranggotakan 130 negara miskin, menuduh Amerika Serikat dan tuan rumah Denmark menginjak-injak hak negara-negara miskin. ""Peristiwa hari ini benar-benar menunjukkan perkembangan terburuk dalam negosiasi perubahan iklim dalam sejarah,"" kata Dia-ping kepada para wartawan.
Kata dia lagi,""Kesepakatan itu mengunci negara berkembang dan kaum miskin di negara berkembang dalam siklus kemiskinan selamanya."" Namun, Presiden Amerika Serikat Barack Obama kemarin membela diri dengan mengatakan bahwa kesepakatan tak mengikat itu merupakan sebuah terobosan penting.
Adapun Menteri Luar Negeri Cina Yang Jeichi mengatakan, kesepakatan itu merupakan sebuah awal baru yang baik guna menciptakan hasil positif. Namun, Perdana Menteri Inggris Gordon Brown mengatakan bahwa konferensi ""dibajak"" oleh sekelompok kecil negara.
""Kejadian seperti ini tak boleh terulang,"" katanya. Maklumlah, sepanjang konferensi, Dia-ping mengeluhkan negara-negara besar yang mengungkapkan kesepakatan rinci di balik pintu tertutup, bukan lewat panel, yang didominasi oleh pidato para pemimpin dunia. Hal senada dikatakan Duta Besar Bolivia untuk PBB Pablo Solon.
""Bagaimana mungkin 25 atau 30 negara mengeluarkan kesepakatan yang mengesampingkan mayoritas dunia yang terdiri atas lebih 190 negara?"" kata Pablo. Di bawah ketentuan Kerangka Konvensi Perubahan Iklim PBB (UNFCCC), yang menjadi rujukan pertemuan Kopen-hagen, semua kesepakatan harus diterima secara konsensus. Untung Widyanto [Kopenhagen | DRE