CHINA "BAJAK" KOPENHAGEN
LONDON (SI) - Sikap China yang menghalangi munculnya traktat yang mengikat secara resmi dituding sebagai ""pembajakan"" konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Perubahan Iklim di Kopenhagen.
China memveto upaya memberikan kekuatan hukum pada kesepakatan yang dicapai dalam konferensi di ibu kota Denmark tersebut.
Menurut Menteri Lingkungan Inggris Ed Miliband kemarin, dalam tulisan di surat kabar Guardian, China juga menghalangi kesepakatan untuk pengurangan emisi global.
""Ini merupakan proses kacau yang diikuti permainan prosedur. Perdebatan prosedural itu, faktanya, menutupi berbagai poin serius, ketidaksepakatan sebenar-nya,""tulis Miliband.
Menurut Miliband, ""Mayoritas negara, baik negara maju dan berkembang, yakin bahwa kita hanya
dapat menyusun kesepakatan terbaru yang melindungi planet, jika semua negara berkomitmen dan bertindak dengan ikatan hukum.""
""Namun, beberapa pemimpin negara berkembang saat ini menolak untuk menyetujuinya. Itulah mengapa kami tidak dapat mengeluarkan kesepakatan di Kopenhagen yang memiliki ikatan hukum. Kami tidak memiliki kesepakatan pada pengurangan 50% emisi global pada 2050 atau pada pengurangan 80% emisi oleh negara-negara maju,"" tulis Miliband.
Miliband menegaskan, kedua kesepakatan itu diveto China, meskipun ada dukungan dari koalisi negara maju dan mayoritas negara berkembang. ""Dua pekan ter-
akhir hanya menunjukkan lelucon ke publik. Kami tidak dapat lagi membiarkan negosiasi pada beberapa poin nyata itu dibajak dehgan cara ini,"" ungkapnya.
Konferensi di Kopenhagen menetapkan komitmen untuk membatasi pemanasan global hingga dua derajat Celsius, tapi tidak menetapkan target pengurangan emisi global untuk 2020 atau 2050 yang merupakan kunci untuk menurunkan suhu. Konferensi itu menjanjikan dana USD100 miliar untuk negara-negara miskin yang mengalami dampak pemanasan global, tapi tidak menjelaskan rencana rinci pengucuran dananya.
Sementara di Beijing, Perdana Menteri (PM) China Wen Jiabao menyatakan negaranya telah berperan ""penting dan konstruktif"" dalam konferensi di Kopenhagen. Pernyataan Wen merupakan sanggahan terhadap tudingan miring Inggris terhadap Beijing.
China merupakan penyumbang emisi terbesar di dunia yang terus dikritik dalam konferensi perubahan iklim. ""China telah memainkan peran penting dan konstruktif dalam mendorong perundingan Kopenhagen ke hasil saat ini,"" papar Wen dalam wawancara dengan kantor berita Xinhua.
""Dalam perundingan Kopenhagen yang berakhir pekan lalu, China menunjukkan ketulusan sepenuhnya dan melakukan upaya maksimal. Kopenhagen Accord menetapkan tujuan jangka panjang untuk komunitas global dalam menghadapi perubahan iklim,"" ujarWen.
Menurut Wen, ""Ini merupakan hasil kerja keras semua pihak dan mendapat persetujuan luas. Hasil ini tidak muncul dengan mudah dan harus disambut.""
Wen membela sikap China dalam konferensi itu. ""China ingin bekerja sama dengan semua pihak,
menggunakan pertemuan Kopenhagen sebagai poin awal yang baru untuk memenuhi komitmen,"" katanya.
""Chinainginmendorongkelan-jutan proses kerja sama internasional dalam perubahan iklim dan membuat kontribusi berarti dalam upaya umat manusia menghadapi perubahan iklim,"" tu tur Wen.
China tampak khawatir traktat itu akan menghalangi pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat di negaranya.
""Perdebatan diplomatik dan politik mengenai perubahan iklim itu tetap terbuka untuk fokus pada hak untuk pembangunan dan ruang untuk maju,"" kata pejabat Kementerian Luar Negeri China Yi Xianliang dalam surat kabar Peoples Daily.
MenurutYi,negosiasidi Kopenhagen menunjukkan konflik yang semakin tajam yang melibatkan kepentingan utama semua negara. (AFP/Rtr/syarifudin)