KONSESI KEBUN UNTUK ORANGUTAN
Pontianak, Kompas - Sekitar 10.000 hektar kawasan hutan yang berada di lahan konsesi perkebunan kelapa sawit milik empat perusahaan di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, dijadikan kawasan konservasi orangutan. Langkah ini ditempuh setelah beberapa LSM peduli orangutan melakukan pendekatan terhadap perusahaan terkait.
”Ini merupakan langkah maju,” kata Koordinator Program World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia Program Kalimantan Barat M Hermayani Putera, Minggu (25/4) di Pontianak. Dia menambahkan, keputusan itu ditetapkan dalam Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat di Pontianak, akhir pekan lalu.
Dengan mengalokasikan sebagian lahan menjadi kawasan konservasi, lahan itu secara otomatis tak akan dipakai oleh perusahaan terkait untuk kegiatan perkebunan.
”Sekarang masih dalam proses integrasi antara konsep konservasi dan manajemen perusahaan. Anggota LSM (lembaga swadaya masyarakat) di Ketapang sedang intens memberikan pelatihan terkait penanganan orangutan,” papar Hermayani.
Pelatihan itu, lanjutnya, antara lain, tentang cara memperlakukan orangutan yang keluar dari habitat dan masuk ke kawasan perkebunan. ”Pelatihan semacam ini penting karena lokasi habitat pasti berdampingan dengan lokasi perkebunan,” ujar Hermayani.
Habitat orangutan di Kalimantan belakangan ini makin terdesak oleh alih fungsi hutan, antara lain menjadi perkebunan kelapa sawit. Dalam pertemuan konservasi yang diikuti dinas-dinas terkait pekan lalu itu, muncul komitmen bersama untuk melindungi orangutan dari ancaman kepunahan.
Kepala Dinas Kehutanan Ketapang Setio Harnowo juga mengatakan, saat ini proses alih fungsi lahan konsesi milik perkebunan- perkebunan kelapa sawit ke kawasan konservasi orangutan masih berlangsung. ”Kendalanya hanya pada siapa instansi yang berwenang melakukan alih fungsi, apakah pemerintah pusat, provinsi, atau kabupaten,” ujarnya.
Tertekan
Terkait perkebunan kelapa sawit, dari Jambi dilaporkan, pelemahan mata uang dollar AS telah ikut menekan harga jual tandan buah segar (TBS) sawit petani. Harga TBS akhir pekan lalu turun dari Rp 1.363 per kilogram menjadi Rp 1.355.
Sekretaris demisioner Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Jambi Kimpun mengatakan, harga sawit dalam negeri sangat terpengaruh oleh naik turunnya mata uang dollar AS dan ringgit Malaysia. ”Ketika nilai dollar melemah, harga sawit ikut turun,” ujarnya.
Kimpun menampik bahwa penurunan harga TBS ini disebabkan faktor pemboikotan sejumlah perusahaan multinasional terhadap produk sawit asal Indonesia. Menurut dia, sebagian besar sawit produksi Jambi yang mencapai 1,3 juta ton tahun lalu tidak diekspor ataupun dipasok ke perusahaan-perusahaan multinasional, tetapi didistribusikan antardaerah. (ITA/AHA)