MIGRASI PENGUSAHA PERIKANAN MENUJU PERIKANAN LESTARI
Oleh: Aulia Rahman
Para peserta pertemuan bisnis sektor perikanan yang digelar dari tanggal 14-15 Februari 2012, di Hotel Shangri-La, Jakarta, disambut oleh WWF-Indonesia sebagai tuan rumah dalam acara makan malam pembukaan, Senin, 13 Februari 2012. Dalam pidato pembukaan tersebut, Direktur Eksekutif WWF-Indonesia, Dr. Efransjah, menyampaikan kepada belasan perwakilan perusahaan yang hadir mengenai ketahanan pangan di sektor perikanan sebagai tumpuan masa depan. Pertemuan pleno selama dua hari tersebut diharapkan dapat menangkap komitmen pelaku usaha agar mulai mengadopsi praktik-praktik pengelolaan perikanan yang berkelanjutan sebagai salah satu upaya menegaskan kelautan sebagai salah satu sumber ketahanan pangan bagi generasi yang akan datang.
Sebagaimana diperkirakan oleh para ahli perikanan dunia bahwasannya pada pertengahan abad ini dunia akan kehilangan seluruh isi laut dan menyisakan hanya ubur-ubur dan plankton sebagai akibat dari dampak perikanan yang destruktif serta berlebihan. Perkiraan tersebut didasarkan pada asumsi hanya jika praktik perikanan yang merusak dan berlebihan terus dilakukan semata-mata untuk mencapai keuntungan sebesar-besarnya tanpa memikirkan keberlangsungan lingkungan.
T. Uchida, seorang perwakilan perusahaan importir udang windu dari hasil pengelolaan tambak tradisional di Tarakan, Kalimantan Timur, yang berbasis di Jepang menyebutkan pihaknya sangat menyetujui upaya pengelolaan perikanan tangkap maupun budidaya yang berkelanjutan karena terbukti selama 10 tahun pihaknya mendapatkan suplai yang stabil karena ketahanan udang windu dari tambak tradisional lebih tahan penyakit daripada pertambakan intensif (modern). Selama ini pasar Jepang dikenal sangat ketat dalam memastikan kualitas produk yang diimpor negaranya dan mereka dapat memastikan bahwa udang windu dari tarakan mampu memenuhi kriteria-kriteria tersebut. Sementara itu PT Mustika Minanusa Auorora, perusahaan pengelolaan udang windu yang berbasis di Tarakan, mampu menghasilkan 10.000 – 15.000 ton udang windu per tahunnya dari total tambak sebesar 150.000 hektar.
Peserta pertemuan pleno selama dua hari tersebut dihadiri oleh importir, eksportir, pengusaha ritel, pengusaha restoran, dan institusi penanam modal, serta pengamat perikanan sekitar 40 orang. Selama dua hari mereka akan terlibat aktif untuk mengadopsi skema “Seafood Savers” , sebuah forum yang menjadi fasilitator bagi penjual dan pembeli produk-produk kelautan yang didapatkan dari aktivitas yang legal, terlaporkan, serta memenuhi aturan hukum positif untuk memenuhi permintaan pasar yang sedang berkembang akan produk-produk perikanan yang berkelanjutan.
Kontak: Aulia Rahman (arahman@wwf.or.id) Staf Kampanye Publik Program Kelautan
Twitter: @8AD