MENTERI KEHUTANAN RI MEMINTA PELAKU PEMBUNUHAN GAJAH DITANGKAP
Pekanbaru, (8 Feb 2013). Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan meminta penegak hukum terkait untuk mengusut, menangkap dan menghukum seberat-beratnya pelaku pembunuhan gajah Sumatera. Hal ini disampaikan pada kegiatan peletakan batu pertama pembangunan Pusat Konservasi Gajah di Taman Nasional Tesso Nilo, Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan pada 7 Februari 2013. Kegiatan ini mengawali kerjasama Kementrian Kehutanan dan Taman Safari untuk mendukung terwujudnya Tesso Nilo sebagai Pusat Konservasi Gajah.
Sepanjang tahun 2012, sebanyak 12 ekor gajah mati di blok hutan Tesso Nilo. Angka yang paling tinggi dibanding kematian gajah di tahun-tahun sebelumnya, namun hingga kini tidak satu kasus pun yang diproses hukum kecuali satu kasus kematian gajah jantan yang terjadi di Taman Nasional Tesso Nilo pada 31 Mei 2012. Upaya penyidikan telah dilakukan oleh Balai Taman Nasional Tesso Nilo namun hingga kini belum tuntas.
Tingginya kematian gajah di Riau sangat memprihatinkan ditengah-tengah status kelangkaannya di alam yang telah masuk dalam kategori kritis oleh IUCN (lembaga konservasi dunia) sejak awal tahun lalu. “Zero tolerance bagi pelaku pembunuhan gajah,jika ada yang punya fakta dan data, tolong disampaikan dan kita akan sikat” ujar Menteri Kehutanan. Lebih lanjut ia menyatakan, “Jika perlu kita akan sayembarakan bahwa bagi yang menemukan pembunuh gajah akan diapresiasi.
Tingginya kematian gajah di Tesso Nilo disebabkan karena tingginya aktifitas perambahan di kawasan taman nasional dan hutan tersisa di sekitarnya yang dirubah menjadi kebun sawit dan pemukiman. Menurut survei WWF dan Balai Taman Nasional Tesso Nilo, sekitar 1.600 KK menetap di dalam kawasan taman nasional tersebut.
Bupati Pelalawan, Abdul Harris dalam kesempatan peletakan batu pertama Pusat konservasi Gajah tersebut menyatakan,” Sebagian Tesso Nilo telah dirambah dan hal ini harus dipikirkan secara bersama bagaimana menyelesaikannya yang mengutamakan kepentingan semua pihak.” Beberapa alternatif penanganan sebenarnya telah didiskusikan bersama seperti mencari lahan pengganti bagi masyarakat yang sudah terlanjur merambah ke dalam TNTN.”
Menanggapi perambahan di Tesso Nilo, Menteri Kehutanan menyatakan bahwa perambahan itu terjadi karena ada yang serakah namun kita akan selesaikan dengan pendekatan kesejahteraan. “Kita lihat ada tidak hutan di sekitar yang bukan TNTN, nanti kita bangunkan HTR, masyarakat yang merambah kita pindahkan ke sana bekerjasama dengan Departemen Transmigrasi,” lanjutnya.
CEO WWF-Indonesia, Dr. Enfransjah pada kesempatan yang sama menyampaikan;”Perlu ketegasan Menteri Kehutanan untuk menyelesaikan perambahan di Tesso Nilo karena ini merupakan permasalahan terbesar yang akan mengancam keberadaan masyarakat yang hidup di sekitarnya dan yang lebih luas. Ia menambahkan,”WWF siap membantu upaya yang dilakukan kementrian kehutanan baik dari penanganan perambahan, penanganan gangguan gajah dan peningkatan ekonomi masyarakat dan kegiatan lainnya yang telah berjalan.”
Menteri Kehutanan berjanji akan menyelesaikan permasalahan perambahan di TNTN dalam waktu 3 bulan ini ketika ditanya media mengenai target penanganan perambahan di TNTN. Tahun 2014 tata batas akan diselesaikan.
Di akhir kunjungan Menteri Kehutanan RI di TNTN, perwakilan mahasisa dan pecinta alam Pekanbaru yang bernaung pada Aliansi Anti Perburuan Liar menyampaikan aspirasi mendukung Menteri Kehutanan untuk menegakkan hukum terhadap kematian gajah di Riau. Pada kesempatan itu, perwakilan aliansi ini menyerahkan dukungan tertulis dari publik yang dikumpulkan secara on line kepada Menteri Kehutanan. Menhut menyambut positif dukungan itu dan mendorong komunitas-komuniatas untuk tetap menyuarakan penegakan hukum terhadap kematian gajah Sumatera.