MENGENDALIKAN PREDATOR PENYU DI PANTAI JEEN SYUAB DEMI KELESTARIAN SI PENGEMBARA SAMUDRA
Oleh: Hadi Ferdinandus (Technical Leatherback Conservation Management Coordinator, WWF-Indonesia Program Papua)
Pantai Jeen Syuab (dulu disebut Pantai Warmon) merupakan satu dari dua pantai peneluran penyu di dalam Taman Pesisir (TP) Jeen Womom di Distrik Abun, Kabupaten Tambrauw, Papua Barat. Aktivitas peneluran penyu belimbing di pantai ini berlangsung sepanjang tahun dengan puncak pada bulan Desember-Januari. Populasi penyu belimbing di TP Jeen Womom berdasarkan hasil penelitian mengalami penurunan yang besar selama 27 tahun terakhir hingga mencapai 78,3% (Tapilatu et al 2013). Dari masalah inilah, WWF-Indonesia merasa perlu untuk melakukan pemantauan penyu dan pengendalian predator sebagai salah satu upaya untuk melindungi penyu.
Di Pantai Jeen Syuab terdapat beberapa jenis hewan yang secara alami memangsa (predator) penyu dan telurnya, di antaranya babi hutan, anjing (piaraan dan liar), biawak (Varanus), burung elang, kepiting, dan buaya muara. Biawak dan anjing memiliki indera penciuman yang sangat baik, mampu mendeteksi keberadaan telur penyu lekang dengan kedalaman sarang 30-40 cm. Mereka bahkan dapat mendeteksi keberadaan telur penyu belimbing dengan kedalaman sarang antara ± 80-100 cm. Pemantauan penyu oleh Tim monitoring WWF-Indonesia pada periode Januari-September 2016 menemukan ada 26 sarang yang rusak dimangsa oleh biawak, yaitu 15 sarang penyu lekang dan 11 sarang penyu belimbing. Sedangkan sarang yang rusak dimakan anjing sebanyak 23 sarang (7 sarang penyu lekang dan 16 sarang penyu belimbing).
“Waktu pemangsaan biawak biasanya pada pagi pukul 07.00 sampai 10.00 dan sore hari pada pukul 04.00 sampai 06.00. Beda lagi dengan anjing. Hewan tersebut bisa memangsa sepanjang waktu, tidak saja memangsa telur tapi juga tukik yang menetas. Sedangkan burung elang memangsa tukik pada siang hari. Selain itu, kebanyakan tukik yang mati karena dimakan kepiting berlangsung di malam hari. Nah dengan diketahuinya waktu pemangsaan, kita dapat melakukan pengawasan sehingga menghindari predasi yang lebih banyak,” jelas Efraim Kambu, Community Organizer Site Abun, WWF-Indonesia Program Papua yang aktif melakukan pemantauan penyu belimbing.
Buaya muara (Crocodolus porosus) juga merupakan predator penyu. Buaya banyak terdapat di muara Sungai Pantai Jeen Syuab. Seiring dengan semakin berkurangnya makanan alaminya seperti rusa dan kanguru pohon, keberadaan penyu di pantai merupakan makanan alternatif baginya. Tercatat pada tahun 2016, ditemukan 1 individu penyu belimbing dan 3 individu penyu lekang yang mati dimangsa buaya muara. Pemangsaan penyu oleh buaya dilakukan pada malam hari, tepatnya pada saat penyu mendarat di pantai untuk bertelur.
Upaya yang dilakukan untuk pengendalian predator oleh WWF-Indonesia dan masyarakat lokal di Pantai Jeen Syuab yaitu dengan pemasangan jerat dan pancing biawak, relokasi sarang penyu yang terancam oleh predator, dan pengawasan terhadap pelepasan tukik ke laut. Sedangkan untuk penanggulangan predasi oleh buaya, perlu dilakukan secara hati-hati mengingat buaya muara merupakan spesies yang dilindungi undang-undang.
Dari upaya penanggulangan predator tersebut, tercatat telah dilakukan relokasi sarang penyu yang terancam sebanyak 57 sarang telur penyu (14 sarang penyu lekang, 2 sarang penyu hijau, dan 23 sarang penyu belimbing). Pemasangan jerat untuk mengendalikan biawak dan babi hutan telah berhasil menangkap 5 ekor biawak dan 3 ekor babi hutan. Sedangkan untuk pengendalian buaya, belum dapat dilakukan mengingat perlu dilakukan koordinasi dengan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua Barat untuk mendapatkan izin penangkapan. Himbauan kepada masyarakat pemilik anjing agar tidak membawa anjing ke pantai peneluran penyu juga dilakukan.
Dengan adanya kegiatan pengendalian predator dan relokasi tempat peneluran penyu tersebut diharapkan populasi tukik yang bertahan hidup ke laut akan semakin bertambah. Jika kondisi ini tetap stabil, Pantai Jeen Syuab akan menjadi salah satu tempat utama untuk melihat keberadaan penyu