MENGINTIP UPAYA WISATA BERKELANJUTAN DI KAWASAN KONSERVASI KEPULAUAN DERAWAN
Zaman kiwari, masyarakat lebih suka “bercengkerama” dengan gawai hampir setiap waktu. Berbagai konten dan istilah-istilah yang dulunya asing di telinga pun menjadi akrab. Istilah healing, kini bukan hanya memiliki arti penyembuhan atau pengobatan saja, tetapi juga memiliki makna beragam pada konteks yang beragam pula. Biasanya, lebih sering digunakan dalam konteks mengembalikan kesehatan mental dengan berkunjung ke destinasi wisata. Namun, apakah masyarakat yang lebih sering berwisata untuk healing ini sudah menjadi wisatawan yang bertanggung jawab? Apa saja program pemerintah daerah dan lembaga-lembaga non-pemerintah pendamping kampung untuk mendukung pariwisata berkelanjutan di Kawasan Konservasi Kepulauan Derawan?
Kampanye Program Signing Blue pada Maratua Jazz and Dive Fiesta di Pulau Maratua
Yayasan Berau Lestari (Bestari) dan Wartajazz berkolaborasi bersama Yayasan WWF Indonesia dan Program Signing Blue dalam acara Maratua Jazz dan Dive Fiesta di Pulau Maratua pada 4-6 November 2022. Sebagai salah satu kepulauan di Kalimantan Timur dan masih berada dalam gugusan Kepulauan Derawan, Pulau Maratua juga memiliki potensi wisata bahari terkenal dan didorong untuk melaksanakan pariwisata berkelanjutan.
Berbagai rangkaian kegiatan yang digelar dalam acara tersebut, diantaranya pertunjukan musik, menyelam menikmati keindahan bawah laut Pulau Maratua, pameran produk UMKM Kabupaten Berau, dan sesi gelar wicara. Acara ini dihadiri oleh Bupati Kabupaten Berau, Wakil Bupati Kabupaten Berau, Ketua Percepatan Pulau Maratua, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sekretaris Dinas Pariwisata Provinsi Kalimantan Timur, Camat Pulau Maratua dan Yayasan WWF Indonesia.
Yayasan WWF Indonesia yang diwakili oleh I Gede Dananjaya Bagaskara, menyampaikan program rehabilitasi terumbu karang dengan metode rock pile pada sesi gelar wicara. Selain itu, juga berkesempatan untuk menyampaikan praktik pariwisata bahari berkelanjutan melalui program Signing Blue (www.signingblue.com). Program ini bertujuan mengajak sektor industri untuk turut aktif dalam pengembangan wisata berkelanjutan, yaitu dengan cara bergabung sebagai Blue Allies, Blue Partner atau Blue Traveller.
Bupati Berau, Sri Juniarsih Mas, M. Pd, menyampaikan akan mendukung kegiatan Maratua Jazz and Dive Fiesta pada tahun 2023 mendatang. Ia juga berharap, kedatangan Menteri Pariwisata Ekonomi Kreatif untuk mengunjungi Pulau Maratua ini dapat memberikan penambahan alat pencacahan dan press sampah plastik.
“Saya berharap, dengan adanya alat tersebut, nantinya akan dapat mengubah perilaku masyarakat Maratua agar tidak membuang sampah sembarangan dan bisa mendorong terbentuknya bank sampah juga”, tuturnya.
Wakil Bupati Berau, H. Gamalis, juga mengungkapkan dukungannya dalam program pengurangan plastik tersebut. Ia memberikan gagasan agar setiap orang yang berkunjung ke Pulau Maratua harus membawa botol air minum sendiri.
“Para pelaku UMKM Maratua juga harapannya dapat menjual botol air minum, selain bisa mengurangi timbulan sampah, botol tersebut juga bisa menjadi salah satu kenang-kenangan bagi wisatawan yang berkunjung ke Maratua”, imbuhnya.
Selain menjadi salah satu pembicara pada sesi gelar wicara, Yayasan WWF Indonesia juga membuka booth Signing Blue yang menyediakan berbagai informasi pariwisata berkelanjutan melalui permainan menarik. Stand ini tampak menarik para pengunjung yang ingin menjadi wisatawan yang berkelanjutan. Karena, mereka merasa sedih jika melihat wisatawan seenaknya membuang sampah sembarangan. Mereka juga berkomitmen untuk menjadi wisatawan yang ramah lingkungan dengan bergabung sebagai Blue Traveler.
Menggali Lebih Dalam Program Wisata Berkelanjutan di Kepulauan Derawan
Melalui proyek Ocean Governance Project yang didukung oleh Uni Eropa, Yayasan WWF Indonesia berkolaborasi dengan Asosiasi Duta Wisata Berau melaksanakan gelar wicara Disko Asik (Diskusi Konservasi Alam Sekitar Kita) edisi Derawan pada 29 November 2022. Mengusung tema ”Mendorong Pariwisata Berkelanjutan di Kawasan Konservasi Kepulauan Derawan”, para peserta gelar wicara yang hadir diharapkan dapat menerapkan aktivitas pariwisata yang bertanggung jawab dan mengajak seluruh masyarakat, khususnya di Kabupaten Berau untuk turut andil dan peduli terhadap pariwisata yang ramah lingkungan di Bumi Batiwakkal ini.
Acara dibuka oleh Mohamad Ali Aripe, Kepala Bidang Pengelolaan Ruang Laut Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Timur, serta dihadiri oleh berbagai unsur pemerintahan kabupaten dan provinsi, akademisi, pelaku pariwisata dan usaha wisata, kelompok masyarakat, dan awak media.
Dalam sambutannya, Mohamad Ali Aripe menyampaikan apresiasinya terhadap Kabupaten Berau yang telah berhasil meraih penghargaan dalam bidang kepariwisataan. Selain itu, ia juga menyampaikan dukungannya kepada Yayasan WWF Indonesia yang telah berinisiatif dalam membangun diskusi untuk mengatasi isu lingkungan di Kabupaten Berau.
“Harapan saya kepada pengelola pariwisata pelaku usaha, pemerintah daerah maupun pihak-pihak lain, untuk dapat memberikan pola positif terhadap pengelolaan kawasan konservasi dan pariwisata bahari. Perlu diingat pula, bahwa keberlanjutan sebuah destinasi wisata adalah tanggungjawab kita bersama”, imbuhnya.
Gelar wicara ini menghadirkan para narasumber dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Berau, Maratua Pratasaba Resort, INDECON (Indonesia Ecotourism Network), dan Yayasan WWF Indonesia. Pada kesempatan ini, setiap narasumber menyampaikan peran masing-masing lembaga dalam mendorong pariwisata berkelanjutan di Kawasan Konservasi Kepulauan Derawan.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Berau, Ir. H. Illyas Natsir, MM, berkesempatan untuk memaparkan mengenai program pengembangan wisata berkelanjutan di Kabupaten Berau. Strategi yang saat ini sedang diwujudkan oleh pemerintah daerah antara lain adalah pengelolaan berkelanjutan melalui bisnis pariwisata, ekonomi berkelanjutan jangka panjang, serta keberlanjutan budaya dan lingkungan.
Ilyas Natsir menuturkan, “Saat ini, 60% APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) Kabupaten Berau berasal dari tambang. Apabila tambang habis, sektor pariwisata diharapkan akan dapat mendukung pendapatan daerah, apabila destinasi-destinasi wisata tersebut dikelola dengan baik dan berkelanjutan. Mengingat, Kabupaten Berau juga merupakan daerah yang memiliki banyak destinasi ekowisata”.
Dengan banyaknya destinasi wisata tersebut, juga menarik para pelaku usaha wisata untuk membangun bisnis pariwisata. Tentunya, sumber daya alam yang ada di destinasi-destinasi tersebut perlu dijaga keberlanjutannya.
Mewakili pelaku usaha wisata bahari di Kabupaten Berau, Bernadeta Lita Udawati dari Maratua Pratasaba Resort, menuturkan beberapa contoh kontribusi yang dilakukan oleh pihak resort dalam mendukung pariwisata berkelanjutan di Kabupaten Berau. Saat ini, Maratua Pratasaba Resort sedang fokus terhadap aktivitas perhotelan yang ramah lingkungan dan ramah biota. Selain itu, pihak resort juga memasang tanda peringatan di tempat yang rentan mengalami perusakan, melakukan pendampingan kepada masyarakat lokal, dan pendampingan pada program underwater clean up. Program-program tersebut juga bisa menjadi contoh aksi yang dapat dilakukan oleh para pelaku usaha wisata lainnya, dalam rangka mendukung pelaksanaan pariwisata berkalanjutan di Kabupaten Berau.
Selain peran penting pemerintah dan para pelaku usaha, peran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam mewujudkan pariwisata bahari berkelanjutan di Kabupaten Berau juga dirasa penting.
“Kita sebagai pemangku, pengawas, pengelola dan pelaku (dalam pariwisata) dapat menjalankan fungsi kita dalam pengembangan destinasi wisata bahari berkelanjutan dengan keterpaduan. Keterpaduan ini bisa dilaksanakan bilamana setiap pihak memiliki visi danmisi yang sama, dengan tidak mengharapkan siapa yang lebih untung dan siapa yang rugi,” ujar Rifki Sungkar, selaku perwakilan INDECON.
Ia juga menambahkan bahwa aset terbesar, segala kunci dari pengelolaan, pelaksanaan dan pemanfaatan dalam prinsip sebuah usaha wisata adalah sumber daya alam. Maka sebaiknya, paket-paket wisata yang dibuat haruslah dapat dinikmati bersama dan ramah lingkungan. Sehingga, destinasi-destinasi wisata di Kabupaten Berau ini, tidak hanya akan banyak diminati saja, tetapi juga bisa dilestarikan dan berkelanjutan.
Pada akhir acara, salah satu perwakilan Pokdarwis Sumping Nusa dan pemandu wisata di Pulau Derawan, Kelvin Efendy, juga turut membagikan pengalamanya bersama Yayasan WWF Indonesia ketika melakukan monitoring dan pendataan kemunculan hiu paus yang menjadi salah satu destinasi wisata di Pulau Derawan. Kegiatan tersebut membuatnya semakin peka untuk menjaga potensi alam yang ada di Pulau Derawan agar tetap terjaga dan lestari.
Melalui upaya-upaya untuk mewujudkan wisata berkelanjutan di Kepulauan Derawan ini diharapkan dapat mendukung masyarakat yang berada di kawasan konservasi dalam mendorong efektivitas pengelolaan kawasan. Selanjutnya, Yayasan WWF Indonesia juga akan melakukan sosialisasi kepada para pelaku industri pariwisata bahari dan para wisatawan untuk bergabung dalam program Signing Blue. Selain itu, juga akan melaksanakan penilaian kelompok untuk program pendampingan kelompok (Community Based Tourism) dalam menerapkan pariwisata bahari berkelanjutan, serta melaksanakan pelatihan pendataan sampah melalui program Plastic Free Ocean (PFON) dengan melibatkan para tokoh-tokoh panutan yang telah berkomitmen dalam menciptakan pariwisata bertanggung jawab dan ramah lingkungan.