FESTIVAL ALOR 2019: LANGKAH KONSERVASI UNTUK PARIWISATA
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) saat ini sedang menggenjot perekonomian daerah dengan tagline ”NTT Bangkit”. Dalam usaha tersebut, pariwisata disebut sebagai motor penggerak utama. Pengembangan pariwisata ini diejawantahkan dalam pengembangan Ring of Beauty di Provinsi NTT. Lingkungan dan jenis satwa dilindungi merupakan aset utama pariwisata, sehingga pengembangan pariwisata yang dilakukan perlu memperhatikan aspek konservasi demi terciptanya tata kelola yang baik.
Dalam kegiatan Festival Alor (Panggil Ikan), WWF-Indonesia bersama dengan pemerintah Provinsi NTT dan Kabupaten Alor mengadakan kegiatan sarasehan dengan tema ”Peranan Kawasan Konservasi Perairan Selat Pantar Alor sebagai Penunjang Program Pariwisata (Program Ring of Beauty) yang Menjadi Penggerak Utama Perkembangan Ekonomi di Provinsi NTT”. Kegiatan dibuka langsung oleh Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat, beliau menyampaikan bahwa pariwisata merupakan motor penggerak utama ekonomi NTT. Pengembangan pariwisata dilakukan dengan strategi berkelanjutan dan inklusif sehingga dampaknya dapat dirasakan oleh masyarakat NTT. Hal ini secara strategis sudah dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi NTT. Selain itu, kebersihan lingkungan merupakan hal penting yang perlu didorong untuk menjamin kenyamanan tamu dan kelestarian lingkungan.
Tujuan sarasehan adalah untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap peranan kawasan konservasi suaka alam perairan (SAP) Selat Pantar dan laut sekitarnya dalam mendukung program pariwisata. Sehingga diharapkan setiap elemen masyarakat memiliki interpretasi yang tepat terhadap nilai-nilai konservasi untuk dapat diaplikasikan. Dalam sarasehan ini dihadirkan beberapa pembicara, seperti; Kepala Dinas Kominfo Provinsi NTT Drs. Aba Maulaka, anggota DPRD Kabupaten Alor sekaligus pemerhati lingkungan dan pariwisata Deny Lalitan, CEO Qlimut Benny Leonardu dan Lembaga pengembang aplikasi Android di NTT, Mika Maharani Gynecologia, CEO Travel Mala Tour yang merupakan anggota Signing Blue, dan Onesimus Laa, Ketua Forum Komunikasi Nelayan Kabola. Sarasehan juga dihadiri oleh perangkat Dinas Kabupaten Alor dan Provinsi NTT, Unsur FORKOPIMDA (Forum Koordinasi Pimpinan Daerah) Kabupaten Alor dan Provinsi NTT, aparatur penegak hukum, masyarakat adat dan masyarakat umum Alor.
Kesimpulan yang dapat ditarik dalam sarasehan ini adalah kawasan konservasi sangat berperan penting dalam pengembangan program pariwisata. Kawasan konservasi perairan Selat Pantar Alor memberikan tempat hidup bagi Duyung dan menjamin keindahan terumbu karang tetap terjaga baik, dimana terumbu karang juga menjadi aset penting bagi Kabupaten Alor, khususnya sebagai daya tarik wisata.
Sejalan dengan itu, pengelolaan sampah merupakan prioritas penting. Saat ini pemerintah Provinsi NTT mengembangkan aplikasi Bebas Sampah berbasis Android. Aplikasi ini dikembangkan oleh Lembaga Qlimutu Upaya ini dilakukan sebagai bagian dari monitoring evaluasi kinerja pemerintah untuk dapat memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Dalam aplikasi tersebut terdapat beberapa kanal tematik antara lain kanal pengaduan sampah dan kanal informasi tentang kawasan konservasi perairan daerah NTT, Taman Nasional Perairan Laut Sawu.
Kegiatan sarasehan juga dirangkaikan dengan pameran Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dampingan WWF-Indonesia yang tergabung dalam kelompok Alor Creative. Kelompok UMKM tersebut memproduksi suvenir yang terbuat dari limbah batok kelapa, Virgin Coconut Oil (VCO). Selain itu ada pula kelompok Plastic Free Ocean Network (PFON) Alor yang dikoordinir oleh Universitas Tribuana Kalabahi memproduksi kembali eco-brick yang terbuat dari sampah plastik.
Dalam kunjungan ke stand UMKM, Gubernur NTT mengapresiasi kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan memesan produk VCO sebanyak 100 botol. Gubernur juga meminta Pemerintah Daerah Alor untuk mendukung usaha pemberdayaan masyarakat dengan memfasilitasi proses perizinan produk hasil UMKM.