OPCC 2025–2026 DORONG TRANSFORMASI IKLIM DAERAH DAN AKSES PEMBIAYAAN IKLIM ALTERNATIF
Jakarta, 29 Juli 2025 — WWF-Indonesia bersama ICLEI Indonesia, CDP, Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI), dan Global Covenant of Mayors for Climate & Energy (GCoM) secara resmi meluncurkan One Planet City Challenge (OPCC) periode 2025–2026. Acara pembukaan yang berlangsung selama tiga hari di Serpong ini dibuka oleh Wakil Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, Bima Arya, dan dihadiri lebih dari 100 peserta dari 48 kota/kabupaten di seluruh Indonesia.
Peluncuran ini menjadi awal dari rangkaian pendampingan dua tahun yang mencakup peningkatan kapasitas, proses evaluasi, serta pemberian penghargaan kepada kota/kabupaten dengan rencana dan implementasi aksi iklim terbaik.
“Saat menghadiri konferensi di Paris, saya melihat langsung bagaimana para pemimpin dunia menyamakan perspektif terkait isu perubahan iklim. Tantangannya adalah bagaimana menurunkan komitmen global menjadi komitmen nasional, lalu menyebarkannya ke tingkat daerah. Ini bukan hal yang mudah karena persoalannya kompleks. Namun, secara normatif dan hukum, kita sudah memiliki dasar yang cukup—mulai dari dokumen perencanaan hingga mekanisme pemantauan. Sekarang yang terpenting adalah memastikan bahwa dokumen perencanaan di daerah, khususnya RPJMD, benar-benar mengakomodasi target-target penurunan emisi gas rumah kaca,” ujar Bima Arya Sugiarto, Wakil Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia.
Sebagai bagian dari pendekatan ilmiah dan berbasis data, partisipasi pemerintah daerah dalam OPCC dimulai dengan pengungkapan data dan profil iklim melalui platform internasional CDP–ICLEI Track. Platform ini membantu kota menyusun baseline emisi melalui inventarisasi GRK, menetapkan target pengurangan emisi, serta merancang dan memantau implementasi aksi mitigasi dan adaptasi yang kontekstual.
Selain melakukan pendampingan untuk setiap kota, untuk mempercepat pelaksanaan aksi iklim di daerah OPCC 2025–2026 memfokuskan dukungannya pada penguatan kesiapan kota dalam mengakses sumber pembiayaan non-APBN. Salah satu upayanya adalah dengan menyediakan wadah bagi pemerintah daerah untuk menampilkan proyek-proyek unggulan yang memberikan kontribusi nyata terhadap penurunan emisi gas rumah kaca. Proyek-proyek ini akan mendapatkan visibilitas yang lebih luas, termasuk di tingkat global, guna menarik minat investor atau donor yang mencari inisiatif hijau yang layak didukung.
“Pemerintah daerah yang menaungi kawasan urban memiliki peran strategis dalam menurunkan emisi gas rumah kaca, mengingat kota-kota menyumbang sekitar 70% emisi secara global. Melalui rangkaian kegiatan OPCC selama dua tahun, diharapkan kota-kota dapat menyusun aksi mitigasi yang berbasis pada hasil IGRK, selaras dengan target 1,5 derajat, serta membuka akses terhadap pendanaan yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing daerah,” ujar Aditya Bayunanda, CEO WWF-Indonesia.
Di hari ketiga, kegiatan dilanjutkan dengan dua agenda paralel. Peserta yang aktif mengikuti OPCC dan konsisten melaporkan data ke CDP–ICLEI Track memperoleh kesempatan mengikuti lokakarya khusus tentang pembiayaan iklim, yang membahas berbagai skema pendanaan, seperti hibah (grants), pinjaman (loans), hingga fasilitas persiapan proyek (project preparation facilities). Tujuannya adalah untuk membantu daerah mengeksplorasi sumber pendanaan alternatif di luar APBD/APBN.
Sementara itu, sebagian peserta lainnya mengikuti kunjungan lapangan ke TPS3R Joe - fasilitas yang memiliki sistem pengelolaan sampah plastik dengan konsep 3R (reduce, reuse, recycle), yang menjadi contoh praktik baik dari program Plastic Smart Cities, hasil kolaborasi WWF-Indonesia dengan para mitranya. Praktik ini diharapkan bisa direplikasi secara mandiri oleh kota/kabupaten lain sebagai bagian dari strategi pengurangan emisi sektor limbah.
“Ketika banyak perwakilan kota dan kabupaten bertemu di acara ini, menjadi momentum penting untuk saling berbagi proses dan pembelajaran. Peserta bisa belajar langsung dari lokasi nyata praktik terbaik, dan saya yakin banyak kota/kabupaten lain dapat mengadopsinya serta merasakan manfaat nyata dalam upaya perbaikan lingkungan yang juga berkontribusi pada aksi iklim,” ujar Sri Mulyati, Ketua Sub Kelompok Kemitraan, Data dan Informasi, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta.
Sejak diluncurkan secara global pada 2011, OPCC telah melibatkan lebih dari 900 kota dari 70 negara. Di Indonesia, inisiatif ini mulai berjalan dari 2015 dan terus berkembang menjadi program pendampingan iklim yang komprehensif, selaras dengan berbagai inisiatif pelaporan internasional, serta memberikan panduan teknis dalam penyusunan target iklim berbasis sains (science-based target).
Melalui OPCC, WWF-Indonesia mendorong transformasi iklim di tingkat kota/kabupaten dengan pendekatan yang sistematis, partisipatif, dan berbasis bukti—sekaligus memperluas jejaring global, mendorong transparansi, serta meningkatkan kesiapan daerah dalam mengakses sumber daya untuk membiayai transisi menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.
Tentang Yayasan WWF-Indonesia
WWF-Indonesia merupakan organisasi masyarakat sipil dengan badan hukum lokal dan jaringan secara global, yang telah didukung oleh lebih dari 100.000 pendukung. Misi kami adalah untuk menghentikan degradasi lingkungan alam bumi dan membangun masa depan di mana manusia hidup selaras dengan alam, dengan cara melestarikan keanekaragaman hayati dunia, memastikan penggunaan sumber daya alam terbarukan yang berkelanjutan, dan mendorong pengurangan polusi dan konsumi yang boros.
Untuk berita terbaru, kunjungi www.wwf.id dan ikuti kami di X (Twitter) @WWF_ID | Instagram @wwf_id | Facebook: WWF-Indonesia | Youtube: WWF-Indonesia.
Kontak media:
Media Relation Officer
WWF-Indonesia
Mobile : +62 852-1816-1683
Email : Klestiarsi@wwf.id