WWF-INDONESIA KUNJUNGI LOKASI PERCONTOHAN PENGEMBANGAN ENERGI TERBARUKAN
Oleh: Masayu Yulien Vinanda
Bandung (29/07)-Dalam rangka mensosialisasikan pengembangan energi terbarukan, Program Iklim dan Energi WWF-Indonesia menyelenggarakan kunjungan lapangan selama 3 hari, sejak Senin (27/07) hingga Rabu (29/07) ke sejumlah lokasi percontohan energi terbarukan di Jawa Barat. Selain staff program iklim dan energi WWF Jakarta, studi banding tersebut juga melibatkan sejumlah Project Leader, Koordinator, maupun staf lapangan WWF di Kalimantan dan Sumatra.
Lokasi pertama yang dikunjungi adalah PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro) Cinta Mekar, Subang. PLTMH ini dibangun sendiri oleh warga atas bantuan dana dan teknologi dari Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (Ibeka), UN-ESCAP (United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific), dan PT Hidropiranti.
Dengan memanfaatkan aliran Sungai Ciasem, warga yang semula tidak dapat menikmati listrik, kini justru bisa menjual listrik kepada negara—melalui PLN. Berbekal turbin kembar berjenis cross flow , koperasi desa mampu meraup pendapatan dari hasil berjualan listrik hingga 25 juta tiap bulannya.
Dari bendungan kecil, air sungai sebagian dialirkan ke sebuah irigasi permanen. Berjarak 400 meter dari bendung itu, air ditampung dalam kolam kolam penenang sebelum dialirkan ke pipa pesat dengan ketinggian 18,6 meter , masuk ke turbin untuk kemudian diubah menjadi listrik dengan daya maksimal 120 kilowatt. Terakhir, air dialirkan kembali ke sungai Ciasem. Dari keseluruhan debit 1.500 liter per detik aliran yang dibelokkan ke saluran run-off tersebut, sebanyak 1.100 liter per detik.
Lokasi lainnya yang dikunjungi adalah usaha industri mesin turbin air, CV Cihanjuang Inti Teknik (Cintek), Lembang. Pemilik CV Cintek, Eddy Permadi memulai penelitiannya dalam laboratorium-atau lebih tepatnya disebut bengkel dan pabrik, bagaimana membuat mesin turbin air sebagai PLTMH. Eddy dan karyawannya di Cintek melakukan berbagai terobosan dalam membuat turbin air. Bahkan ia terdorong untuk menciptakan turbin air yang mudah dipasang di desa maupun rumah dan mudah dioperasikan serta dirawat oleh lulusan STM sekalipun.
Tidak hanya energi mikro hidro, peserta field trip juga berkesempatan mengunjungi desa Cikidang, Lembang yang sebagian masyarakatnya telah memanfaatkan energi biogass (energi dari kotoran sapi) sebagai bahan bakar kompor untuk memasak.
Pemanfaatan energi terbarukan geothermal atau panas bumi di PLTP Kamojang juga menjadi bagian dari agenda kunjungan. Unit Bisnis Pembangkitan Kamojang yang berada di gugusan Gunung Guntur ini merupakan pembangkit tenaga listrik yang menggunakan energi panas bumi sebagai penggerak utama. UBP Kamojang mempunyai 3 (tiga) Sub Unit Bisnis Pembangkitan dengan total kapasitas terpasang 375 MW, yaitu: Sub UBP Kamojang, Sub UBP Darajat, dan Sub UBP Gunung Salak. 3 unit tersebut dihubungkan secara paralel dengan sistem penyaluran Jawa-Bali.
Kunjungan diakhiri dengan melihat secara langsung teknologi solardryer yang dimanfaatkan untuk pengering kulit. Pengusaha kulit di Garut mengaku, pemanfaatan solar dryer dalam proses pengeringan kulit lebih menguntungkan dibandingkan dengan cara pengeringan konvensional. Dengan bantuan kayu bakar, temperatur didalam solar dryer dapat ditngkatkan hingga 40 derajat Celcius. Otomatis proses pengeringan akan lebih cepat dan kualitas kulit yang dihasilkan pun lebih baik.