WAKATOBI: KOLABORASI MULTI-PIHAK LEWAT FILM
Oleh: Masayu Yulien Vinanda
Jakarta (21/09)-Dalam rangka meraih dukungan masyarakat global untuk aktivitas konservasi di Kepulauan Wakatobi, Sulawesi Tenggara, WWF-Indonesia bersama Pemkab Wakatobi dan SET Film Workshop mengumumkan diawalinya produksi film layar lebar berjudul “The Mirror Never Lies.”
Proyek kreatif karya sutradara muda Kamila Andini itu selain berupaya untuk mempromosikan Wakatobi dan keanekaragaman hayati lautnya, juga untuk memperkenalkan kehidupan Suku Bajo yang bergantung pada kelestarian sumber daya laut di wilayah perairan tersebut.
Direktur Marketing dan Komunikasi WWF-Indonesia Devy Suradji menyampaikan inisiatif tersebut pada acara “Syukuran film The Mirror Never Lies,” Selasa (21/09), di Hongkong Café, Jakarta Pusat.  Menurutnya, Wakatobi sebagai “jantung” kawasan Segitiga Karang Dunia (Coral Triangle) memiliki keanekaragaman hayati laut yang sangat tinggi,. Bahkan, data ilmiah menyebutkan 90 % jenis terumbu karang dunia ditemukan di Kepulauan Wakatobi.
“Oleh karena itu penting bagi WWF untuk mengenalkan keanekaragaman hayati laut Wakatobi melalui film ini tidak hanya ke kalangan konservasi tetapi juga kalangan urban dengan harapan akan lebih banyak lagi pihak yang peduli terhadap Wakatobi dan masyarakat Suku Bajo yang menggantungkan hidupnya pada sumber daya alam laut Wakatobi,” imbuhnya.
Ikut hadir dalam acara tersebut, suporter kehormatan WWF-Indonesia Nadine Chandrawinata, duta wisata Wakatobi yang menjadi produser film behind the scene “The Mirror Never Lies” itu.
Sementara Bupati Wakatobi Ir. Hugua menyatakan bahwa masalah lingkungan, masalah perlindungan kawasan dan sumber daya adalah masalah global. “The Mirror Never Lies,” menurutnya, merupakan media yang efektif untuk mengedukasi publik tentang pentingnya pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana dan bertanggung jawab. Bahwa apa yang sudah diambil dari alam, ujarnya, harus dikembalikan ke alam untuk menjaga keberlanjutan ekosistem.
“Target kita fim ini akan diputar sebagai film wajib pada peringatan hari bumi pada 22 April 2011 mendatang. Film ini dibuat oleh sebuah lembaga konservasi penting yaitu WWF-Indonesia, lembaga film yang kredibel SET, dan juga Pemkab Wakatobi yang selalu ingin mengedepankan aspek konservasi. Saya percaya kolaborasi ketiga lembaga ini dapat memberikan pengaruh yang sangat kuat bagi masyarakat bumi untuk mulai peduli pada kawasan perairan laut Wakatobi dan bersedia untuk memberikan kontribusinya dalam pelestarian wilayah tersebut,” jelas Hugua.
Aspek ekologi dalam film ini, diakui sutradara “The Mirror Never Lies,” Kamila Andini,  dikemas dalam sebuah drama keluarga yang menceritakan seorang gadis Bajo bernama Pakis yang berjuang mencari ayahnya yang hilang ketika melaut.  Ia berusaha untuk  menemukan jati dirinya di tengah berbagai persoalan hidup yang dihadapi oleh keluarganya dan oleh masyarakat Suku Bajo saat ini, yang eksistensinya terancam hilang akibat pemanasan global dan kerusakan lingkungan.
Proses pengambilan gambar di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara akan dimulai pada akhir September hingga akhir Oktober 2010. Seluruh keuntungan yang didapat dari film ini akan diperuntukkan bagi aktivitas konservasi di Wakatobi.