UPAYA MULTIPIHAK KEMBANGKAN EKOWISATA KUTAI BARAT DI JANTUNG KALIMANTAN
Oleh Sri Jimmy Kustini
Sendawar (03/02)-Sebagai upaya menggalang masukan dan komitmen multipihak tentang pengembangan rencana ekowisata Kutai Barat, WWF Indonesia Program Kutai Barat bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Kutai Barat menyelenggarakan workshop dengan tema “Hasil Studi Ekowisata dan Rencana Strategi Pengembangannya di Kabupaten Kutai Barat,” Kamis (2/02), di ruang Diklat lantai 3 kantor Bupati Kubar.
Lokakarya ini bertujuan untuk menyampaikan hasil studi ekowisata yang telah dilakukan pada bulan Oktober 2011 oleh WWF-Indonesia bersama dengan Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kutai Barat dan Indonesia Ecotourism Network (Indecon).
Wakil Bupati Kutai Barat, Didik Effendi, S.Sos, M.Si yang hadir membuka workshop tersebut mengemukakan harapannya, agar pengembangan dan pengelolaan ekowisata dapat dilakukan secara optimal dengan melibatkan masyarakat setempat. Ia menggarisbawahi pentingnya keteribatan masyarakat dalam memaksimalkan pemanfaatan bagi kepentingan masyarakat sendiri serta membangun rasa tanggungjawab mereka dalam menjaga dan memelihara potensi ekowisata, termasuk kelestarian hutan dan alam.
Pengembangan ekowisata juga memerlukan kerjasama lintas sektor, program terpadu, dan dukungan semua pihak sebagai perwujudan komitmen bersama dan tindak lanjut dari hasil studi ekowisata yang telah dilakukan.
Hadir sebagai pembicara, Sekretaris Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Achyaruddin, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata provinsi Kalimantan Timur Achmad Adha, Perwakilan dari Indecon Arie Suhandi dan Rifki, serta Perwakilan Disbudparpora Kutai Barat Andy Abeh.
“Saya telah ke Kersik Luway lama sebelum saat ini, Anggrek Hitam yang tumbuh di sana telah terkenal bukan hanya di Indonesia namun hingga ke mancanegara. Cagar Alam ini hanyalah salah satu dari sejumlah potensi keindahan alam yang dimiliki oleh daerah ini. Belum lagi jika kita mengangkat keragaman budaya dari masyarakat Dayak yang mendiami Kutai Barat. Tanpa kerjasama yang baik dari para pihak maka semua potensi tersebut tidak mampu menjadi daya tarik yang magnetis bagi para wisatawan,” ujar Achyaruddin.
Dalam presentasinya, ia juga memaparkan rencana pengembangan river cruising dengan jalur lintasan Sungai Mahakam- Long Pahangai.
Arie Suhandi dari Indecon mengutarakan,”Inisiatif masyarakat Kampung Linggang Melapeh dalam melindungi hutan yang terdapat di wilayah mereka patut diapresiasi. Bahkan mereka pun berencana mengembangkannya menjadi sebuah hutan pendidikan yang akan mereka kelola bersama. Ini modal dasar yang luar biasa. Mereka juga memiliki Danau Aco, yang walaupun tidak luas tapi cukup indah, masih terdapat banyak pepohonan di sekitarnya dan kicauan merdu burung-burung. Letaknya yang sekitar 45 menit dari ibukota kabupaten membuat kampung ini sangat mudah dikunjungi.”
Workshop ini mendapat tanggapan yang positif dari berbagai pihak yang hadir. Secara umum diharapkan agar ada tindak lanjut dan langkah nyata dari hasil studi ekowisata yang telah dilakukan yang ke depannya dapat digunakan sebagai rujukan dalam penyempurnaan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kutai Barat. Dokumen tersebut akan menjadi acuan dalam pengembangan pariwisata khususnya ekowisata di Kutai Barat. Upaya ini penting mengingat Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur telah menetapkan Kutai Barat sebagai salah satu kabupaten tujuan ekowisata di Kalimantan Timur.
Informasi lebih lanjut:
Eri Panca Setyawan, Social Development Coordinator, WWF Indonesia Program Kutai Barat, esetyawan@wwf.or.id