TAK SEKADAR MENANAM BANYAK POHON
Bangunan atau properti hijau masih menjadi perbincangan di berbagai seminar nasional. Bahasannya semakin kaya, bukan sekadar menanam banyak pohon di lingkungan perumahan tapi sudah merambah pada desain rumah dan infrastruktur lingkungan. Meski berbagai konsep dan desain properti hijau sudah dipaparkan, toh, masih ada banyak orang atau pengembang yang mengira bahwa membangun perumahan berkonsep hijau, cukup dilakukan dengan menanam banyak pohon.
Aroma berbagai iklan di media massa atau baliho tepi jalan juga serupa, semisal pada gambar ilustrasi yang disajikan pasti memuat sebuah rumah mewah yang dipagari pepohonan besar dan halamannya dibalut rerumputan. Sejuk sekali. Orang-orangan yang menempel dalam ilustrasi tersebut juga tampak beraktivitas dengan nyamandandam.ii
Mungkin ingin diciptakan kesan betapa hidup sungguh sempurna bila kita tinggal di rumah berfasilitas lengkap, memiliki kemudahan akses, dekat dengan pusat kota, ditambah halaman dan jalanan yang rindangoleh pepohonan. Padahal sebenarnya lingkungan yang hijau bisa pula diusahakan pada komplek perumahan sederhana.
Menteri Perumahan Rakyat Soeharso Mi moarfa memaparkan fakta itu awal April lalu di Surabaya Berbicara rileks tanpa teks, ia memaparkan kekagumannya saat berkunjung ke Makassar beberapa bulan sebelumnya. Soeharso terkesan pada sebuah komplek rumah sederhana sehat (RSH) yang sangat hijau.
Meski sederhana, kompleks RSH itu . sangat hijau dan amat bersih. Penghuninya menanam berbagai tanaman bunga yang penuh warna. Selain itu mereka merawat jalan dan rumah dengan apik. Instalasi dan jaringan listrik ditanam dalam tanah sehingga terkesan rapi. Soeharso mengaku senang melihat RSH itu dan berharap semua pengembang menjalankan misi hgau secara ikhlas.
Ia mengatakan. Indonesia harus serius menanggapi masalah pemanasan global. ""Kota-kota mesti membangun secara vertikal untuk menghemat lahan. Penggunaan ruang terbuka hijau (RTH) dihindari dan penggundulan hutan dihentikan sama sekali,"" ungkapnya.
Suatu pengembang sebenarnya sudah dapat dikatakan mengusahakan kebaikan bagi lingkungan jika ia menaati peraturan yang memihak lingkungan. Misalnya menjalankan amanah yang tertuang dalam Undang-Undang (UU) Nomor 23 Tahun 2007 tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan, Lingkungan Hidup, lalu UU No 26/2007 tentang Penataan Ruangan, dan beberapa peraturan lain.
Inti sari beberapaperaturan tersebut, antara lain bangunan permukiman harus menerapkan sistem pengelolaan sampah dan limbah minimal (zero waste) sehingga sampahyang dibuang ke tempat pembuangan akhir amat sedikit Sebab itu pengembang harus membangun tempat pengelolaan sampah mandiri sejak awal.
Selanjutnya, setiap permukiman memiliki sistem pengendalian dan pengelolaan air yang memungkinkan 30 persen air hujan diserap ke dalam tanah.
Guna mendukung langkah ini, pembangunan jaringan infrastruktur diusahakan memakai material yang menyerap air.
Pengembang juga harus memerhatikan keselamatan penghuni perumahan dan warga sekitar. Semisal menyediakan jalur bagi pejalan kaki yang teduh dan aman bagi anak-anak maupun kaum lanjut usia.
Menpera Soeharso juga menganjurkan agar dibangun taman di gedung bertingkat. Misalnya pada apartemen 20 lantai, maka di lantai empat, delapan, dan seterusnya dibuat teras khusus untuk tanaman hijau.
""Alangkah elok kalau gagasan ideal ini dikerjakan pengembang, sebab tidak sulit diaplikasikan,"" ujar Soeharso.
Taman bergantung
Mungkinkah gagasan-gagasan Menpera diterapkan di Jakarta? Dengan keterlanjuran Jakarta yang sumpek, jawabannya masih mungkin.
Pengembang Springhill menjadi salah satu yang mengusahakan keramahan lingkungan di kota megapolitan. Mereka membangun kompleks landed house dan apartemen. Landed house yang bertajuk Springhill Golf Residences, contohnya, sekilas tampak ditanam di tanah tapi sebenarnya mirip vertical building.
Konsepnya terbilang orisinil, yakni meletakkan jalur kendaraan bermotor di bawah tanah yang terhubung langsung dengan garasi masing-masing unit, lalu di atasnya dibangun jalur pedestrian asri yang terhubung dengan pintu depan rumah.
Dengan desain seperti itu, jalur pedestrian menjadi tempat yang aman, terutama bagi anak-anak, untuk berjalan kaki, bermain, menikmati taman hijau, atau lari pagi. Selain itu tidak tercemar asap knalpot kendaraan.
""Pedestrian ini seperti tamanbergantung atau taman terbang. Panjangnya mencapai 3,15 kilometer,"" kata AH Marhendra, Direktur Operasional Springhilf, Jumat (21/5).
Springhill juga tengahmembangun enam menara apartemen yang dinamai The Royale Springhill Residences. Hunian vertikal ini dirancang dengan menempatkan taman di setiap unitnya.
""Di bagian puncak diberi mahkota yang akan dibuat sky garden. Setiap lantai juga dibuat taman. Tanaman-tanaman yang bisa hidup di ketinggian tengah dijajaki. Sehingga ruang terbuka menjadi lebih banyak dinikmati konsumen. Setiap unit jadi punya private court yard, fungsinya meredam panas,"" terangnya.
Pengembang juga menakar aliran dan arah angin yang berhembus di kawasan Kemayoran. Kecenderungannya bertiup dari utara ke selatan.
Hal itu lalu disepadankan dengan arah dan desain bangunan. ""Kesesuaian bangunan dengan aliran angin membuat sirkulasi di ruangan tiap unit mengalir terus. Itu tentu mengurangi panas ruangan sehingga penghuni dapat meminimalkan pemakaian AC,"" ujar Marhendra.
Guna memaksimalkan paparan cahaya sembari menekan suhu ruangan, unit di Royale banyak memanfaatkan kaca yang menjorok ke dalam sehingga balkonnya masih dinaungi atap yang cukup longgar.
""Dengan desain ini, cahaya matahari dapat masuk ke ruangan secara maksimal tapi panasnya tetap diluar. Nah, panas inibersama panas yang dihasilkan oleh mesin AC kita manfaatkan untuk energi pemanas air. Penggunaan listrik dapal dihemat. Air limbah juga kita olah lagi lalu untuk menyiram tanaman,"" paparnya.
Marhendra menambahkan, konsep ramah lingkungan juga merambah pada1 material bangunan yang digunakan. Ia buktikan hal itu dengan memakai balian bangunan yang 99 persc.i produk lokal, seperti marmer, keramik, dan lain-lain.
""Kalau kita pakai produk luar negeri, berapa banyak energi yang kita habiskan untuk mengirimkannya kemari?"" tukasnya.
Ia sepakat bahwa konsep ""green"" bukan sekadar hijau melainkan mampu menghemat energi dan air, serta bisa didaur ulang dan digunakan kembali.
""Penghuni akan dikondisikan berhemat air dan energi. Tapi mereka tetap bebas untuk menyalakan AC, semua tergantung orangnya. Namun lama-lama mungkin mereka sadar dengan tagihan listriknya jika terlalu sering menggunakan AC,"" ucap Hendra.
Ia mengatakan, apartemen ini akan dikelola oleh Swiss-Belhotel Internasional yang telah berpengalaman di berbagai negara.
Jadi, meski kejenuhan Jakarta nyaris tak tercairkan lagi, tempat tinggal nyaman dan aman tetap bisa diusahakan. (TYS)