SEKOLAH JANGKA BENAH HADIR DI JAMBI: EDUKASI AGROFORESTRI UNTUK PEMULIHAN LAHAN SAWIT
WWF-Indonesia bersama Yayasan Pundi Sumatera, Universitas Jambi, Universitas Gadjah Mada, dan Universitas Brawijaya menyelenggarakan kegiatan Sekolah Jangka Benah (SJB) di Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Kegiatan ini dihadiri oleh 19 peserta yang terdiri dari perwakilan Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, para akademisi, dan kelompok tani lokal, yaitu Kelompok Tani Bungo Pandan dan Setia Jaya Mandiri.
Sekolah Jangka Benah hadir sebagai upaya bersama dalam menangani persoalan keterlanjuran kebun sawit di kawasan hutan yang telah menimbulkan dampak ekologis dan ekonomi serius. Upaya ini bertujuan untuk membangun pemahaman teknis, sosial, dan kebijakan dalam penerapan konsep agroforestri sawit secara bertahap sebagai bagian dari solusi Jangka Benah. Kegiatan ini juga menjadi momentum awal dalam pembangunan demplot Sekolah Jangka Benah sebagai bentuk percepatan implementasi dan sarana edukasi serta penguatan kolaborasi multipihak di Provinsi Jambi.
Upaya penerapan strategi jangka benah lewat program kolaboratif WWF-Indonesia dengan berbagai elemen (Program Sekolah Jangka Benah), diawali dengan sesi pembekalan dalam bentuk workshop pematerian. Materi pertama disampaikan oleh Bambang Yulisman, S.Hut., M.Si. selaku Kepala Bidang Perhutanan Sosial Dinas Kehutanan Provinsi Jambi yang memaparkan mekanisme pengajuan izin, hak dan kewajiban pemegang izin, serta pengelolaan lahan pasca izin dalam skema Perhutanan Sosial. Dalam paparannya dijelaskan bahwa Perhutanan Sosial merupakan sistem pengelolaan hutan oleh masyarakat atau masyarakat hukum adat untuk meningkatkan kesejahteraan sekaligus menjaga keseimbangan lingkungan. Mekanisme pengajuan izin berbeda tergantung pada bentuk perhutanan sosial yang diajukan, seperti Hutan Desa, Hutan Kemasyarakatan, Hutan Tanaman Rakyat, Kemitraan Kehutanan, dan Hutan Adat. Selain menjelaskan hak dan larangan pemegang izin, Bambang juga menekankan pentingnya penataan areal, penyusunan rencana kelola, pengembangan usaha, penyelesaian konflik tenurial, pendampingan, dan kemitraan lingkungan sebagai bagian dari pengelolaan pasca izin.
Paparan selanjutnya disampaikan oleh Dr. Forst. Ir. Bambang Irawan, SP., M.Sc., IPU yang memaparkan konsep dan teknik manajemen agroforestri sawit berdasarkan pengalaman lapangan. Ia menguraikan potensi besar sistem agroforestri dalam meningkatkan nilai ekonomi lahan hutan yang selama ini masih sangat rendah. Jenis-jenis tanaman yang memiliki nilai ekonomis tinggi seperti durian, kopi, atsiri, alpukat, dan tanaman kehutanan lainnya disebutkan sebagai komoditas unggulan yang dapat dikombinasikan dengan kelapa sawit. Ia juga menjelaskan teknik penanaman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta pengaturan pencahayaan untuk mendukung pertumbuhan optimal tanaman dalam sistem hutan campur sawit.
Materi ketiga disampaikan oleh Dr. Ir. Hero Marhaento, S.Hut., M.Si., IPM., Stevie Vista Nissauqodry, S.Hut., M.Sc., dan Denni Susanto, S.Hut., M.Sc. dari Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Mereka memaparkan rancangan teknis Strategi Jangka Benah (SJB) sebagai pendekatan bertahap untuk mengembalikan struktur dan fungsi hutan di areal perkebunan sawit dalam kawasan hutan. Jangka Benah terdiri dari dua tahapan utama, yaitu tahap active planting dengan sistem sawit campur dan tahap fading out yang bertujuan mengembalikan fungsi hutan asli. Strategi ini dilandaskan pada UU No. 6 Tahun 2023 serta sejumlah regulasi teknis lain yang relevan. Para narasumber juga menyoroti tantangan yang dihadapi petani seperti pesimisme terhadap sistem tanam campur yang dianggap menurunkan produktivitas sawit dan kebingungan dalam pemasaran hasil komoditas agroforestri. Ditekankan bahwa keberhasilan strategi ini sangat bergantung pada penguatan kapasitas petani, dukungan teknis berkelanjutan, kebijakan yang berpihak, dan pengembangan demplot sebagai bukti praktik baik.
Sebagai bagian dari praktik langsung, para peserta diminta untuk mengisi formulir dan mencoba menyusun rancangan teknis Strategi Jangka Benah. Hal ini bertujuan untuk melatih petani dalam menyusun perencanaan intervensi teknis rehabilitasi hutan melalui pendekatan jangka benah. Sesi diskusi berlangsung interaktif dengan banyak pertanyaan dan pengalaman riil dari lapangan yang disampaikan oleh peserta dan dijawab secara langsung oleh para narasumber. Semangat kolaborasi dan antusiasme yang ditunjukkan peserta menjadi penutup yang positif dari kegiatan hari pertama Sekolah Jangka Benah ini. Harapannya, program ini dapat menjadi tonggak penting dalam mewujudkan pemulihan kawasan hutan yang berkelanjutan di Provinsi Jambi serta menjadi model replikasi di daerah lain dengan persoalan serupa.