RADIO KOMUNITAS DI HEART OF BORNEO
Akses yang sulit di sejumlah desa di Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah menyebabkan mahalnya ongkos transportasi bagi masyarakat di daerah tersebut. Buruknya infrastruktur menyebabkan terisolasinya aktivitas sosial dan komunikasi dimana akses bagi media dan berita dalam memberikan informasi menjadi terbatas. Sebagai upaya dalam menjembatani kesenjangan informasi, WWF-Indonesia Kalimantan Tengah membangun radio komunitas “Sandukui FM”, sebuah stasiun radio non-komersil di desa Tumbang Napoi, Kecamatan Mini Manasa. Siaran radio tersebut sudah mengudara sejak Januari 2012 dengan frekuensi 102 FM.
Nama “Sandukui” sendiri diambil dari nama sebuah bukit di pegunungan Muller. Dengan pemancar berkekuatan 100 watt, siaran radio komunitas tersebut awalnya hanya mampu menjangkau tiga desa di Kabupaten Gunung Mas yaitu Rangan Hiran, Mesukih dan Hawowu. Tahun 2013 ini, siaran radio komunitas tersebut telah menjangkau delapan desa dengan dua pemancar yang ditempatkan di Rangan Hiran dan Mesukih.
Setelah dua tahun mengudara, Sandukui FM masih harus berjuang untuk bertahan. Pada bulan Januari, WWF mengunjungi beberapa desa untuk mempromosikan radio komunitas tersebut kepada masyarakat lokal disana, menjelaskan berbagai macam manfaat dari radio komunitas tersebut dan bagaimana masyarakat lokal dapat mendapatkan manfaat yang besar dari radio komunitas tersebut dalam menyalurkan berbagai macam informasi di sekitar mereka.
“Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan informasi, namun kami juga memberikan konten yang berkaitan dengan kebudayaan masyarakat dan kehidupan mereka sehari-hari. Sandukui FM juga diharapkan dapat menjadi media yang efektif dalam mengedukasi masyarakat, terutama edukasi mengenai lingkungan.”, jelas Nina Nuraisyiah, Koordinator Komunikasi WWF Kalimantan Tengah.
Masyarakat Tumbang Apoi menyambut antusias radio komunitas Sandukui FM. Kaum muda disana sangat bersemangat dalam mengikuti pelatihan radio broadcast yang pertama kali diselenggarakan oleh WWF-Indonesia dan mitranya Jaringan Komunikasi Kalimantan Tengah pada berbagai keterampilan dasar mulai dari teknik siaran dan bagaimana memproduksi program atau materi yang akan disiarkan.
“Masyarakat sangat mendukung. Mereka memiliki penyiar-penyiar yang berinisiatif tinggi untuk belajar lebih banyak tentang siaran radio. Mereka berdiskusi menentukan program-program radio apa saja yang mereka inginkan dan yakin bahwa itu adalah konten yang dibutuhkan. Namun mereka masih perlu meningkatkan keterampilan yang baru,” ujar Erwan Asbun, seorang penyiar profesional lokal yang membantu pembentukan Radio FM Sandukui.
Dukungan sangat diperlukan untuk membangun kapasitas jangka panjang seperti pemberian pelatihan keterampilan dasar elektronik, bagaimana menjadi penyiar, termasuk menciptakan program yang baik, menyenangkan dan mendidik, juga bagaimana melakukan penggalangan dana untuk memenuhi kebutuhan biaya sehari-hari.
Stasiun radio komunitas ini sangat minim dalam mendapatkan dana terutama dari iklan ataupun sponsor, oleh sebab itu mereka harus kreatif dan dilengkapi dengan pengetahuan yang diperlukan untuk mendapatkan sumber pendanaan potensial dengan benar.
Radio Sandukui FM mendapat pendampingan dari staf komunikasi WWF Kalimantan Tengah dalam menyusun program dan materi. Setiap harinya, radio tersebut mengudara sejak pukul 6 hingga 9 pagi dan pukul 5 sore hingga 9 malam. Durasi siaran diatur sedemikian rupa mengingat sumber daya listrik yang digunakan sepenuhnya mengandalkan tenaga surya.
Radio Sandukui FM bukanlah radio pertama yang diinisiasi oleh WWF Kalimantan Tengah. Lebih dari dua tahun yang lalu, WWF Kalimantan Tengah telah membangun dua radio komunitas lainnya di daerah TN Sebangau yakni Mendawai FM dan Sebangau Kuala FM.
“Kami juga mendorong masyarakat lokal untuk memproduksi program radio mereka masing-masing dan tim komunikasi WWF Kalteng juga mengembangkan berbagai macam program radio baik itu PSA, sandiwara radio, dan lainnya sebagai media penyampai pesan lingkungan. Harapannya, dengan semakin diterimanya keberadaan radio komunitas ini, upaya sadar akan lingkungan pun dapat lebih efektif,” jelas Nina.