PELATIHAN PENGAMANAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DI MAHAKAM ULU
Oleh: Sri Jimmy Kustini
WWF-Indonesia bekerjasama dengan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Mahakan Ulu dan PT. Ratah Timber, mengadakan pelatihan dan miniloka pengamanan Keanekaragaman Hayati (biodiversity safeguard) di PT. Ratah Timber Camp, Mamahaq Teboq, Mahakam Ulu, Kalimantan Utara, pada tanggal 3-5 Juni 2014. Selain untuk penguatan kapasitas para pihak yang terlibat (pemerintah, sektor privat dan masyarakat), pelatihan ini juga bertujuan untuk memantau pemanfaatan hutan guna memastikan keberlanjutan keanekaragaman hayati yang terkandung didalamnya.
Sejak tahun 2012, WWF-Indonesia dan Universitas Kyoto Jepang, bersama dengan PT. Ratah Timber, telah melakukan studi mengenai dampak dari kegiatan industri perkayuan (logging) terhadap hutan dan keanekaragaman hayati di areal PT. Ratah Timber. Pada tahun 2012-2014, studi dilakukan dengan menggunakan plot-plot perhitungan vegetasi dan pemasangan kamera jebak (camera trap) yang dilakukan secara acak di lokasi konsesi seluas 93.000 ha tersebut.
Project Leader WWF-Indonesia untuk Mahakan Ulu, Arif Data Kusuma, mengungkapkan, “Studi biodiversity safeguard yang telah dilakukan di PT. Ratah Timber ini bisa menjadi suatu referensi bagi Pemkab Mahakan Ulu dan pihak konsesi untuk pengelolaan hutan yang berkelanjutan.”
Kepala Bidang Kehutanan Dinas Pertanian dan Kehutanan Mahakam Ulu, Yason Liah, menyambut baik diadakannya kegiatan ini, karena akan sangat bermanfaat bagi staf pemerintah, yang mana kegiatannya bersentuhan langsung dengan pihak pemilik konsesi kayu di Mahakam Ulu. “Kegiatan ini diharapkan tidak berhenti sebatas latihan dan miniloka saja, tetapi nanti ada proses tindak lanjut dari para peserta kegiatan ini,”ujarnya.
Pelatihan ini akan dibagi menjadi tiga sesi dan dihadiri oleh perwakilan Dinas Pertanian dan Kehutanan Mahakam Ulu, staf teknis PT. Ratah Timber serta perusahaan Hak Pengelolaan Hutan (HPH) lainnya, Universitas Kyoto, WWF-Jepang dan WWF-Indonesia. Sesi pertama dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan staf dan manajer dalam pengelolaan kegiatan pengamanan keanekaragaman hayati di wilayah konsesi. Selain itu, melalui sesi pertama, diharapkan juga adanya peningkatan peserta dalam menggunakan kamera jebak dan analisa data.
Prof. Kitayama, salah satu narasumber dari Universitas Kyoto, mengatakan bahwa dalam pelaksanaan pengamanan keanekaragaman hayati di unit pengelolaan hutan, diperlukan kemauan pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) untuk mensinergikan produksi kayu dan lingkungan dalam pengelolaan hutan yang berkelanjutan serta memenuhi kriteria dan prosedur yang ada.
Miniloka berlangsung di sesi dua dan dihadiri oleh peserta dari beberapa perusahaan kayu yang memiliki wilayah konsesi di Mahakam Ulu. Miniloka ini dimaksudkan sebagai wadah berbagi antar perusahaan konsesi mengenai pengalaman, informasi dan pengetahuan tentang hasil studi pengaman keanekaragaman hayati yang sudah dijalankan. Dan di sesi akhir, para peserta mengunjungi lokasi plot penghitungan vegetasi dan kamera jebak yang sebelumnya dipasang oleh WWF-Indonesia.