PELATIHAN MENGATASI PENYU TERKENA PANCING DIBANJIRI PESERTA
Jakarta- Dalam Gelar Pelatihan Nasional Kelautan dan Perikanan (GPN-KP) yang dilangsungkan selama dua hari tanggal 13-14 November lalu, WWF-Indonesia membagi berbagai ilmu mengatasi tangkapan sampingan dan praktek perikanan terbaik lainnya. Paket pelatihan yang disediakan oleh WWF-Indonesia terdiri dari empat materi yang disampaikan pada dua hari, tiap harinya terdapat dua materi pelatihan yang diberikan kepada para peserta.
Hari Pertama, 13 November 2013
Pelatihan diberikan oleh tim mitigasi bycatch yang diwakili Dwi Ariyogagautama (Fisheries Bycatch Coordinator) dan Taufik M. Ikhsan (Fisheries onboard observer) dengan materi pertama mengenai penanganan penyu yang terkena mata pancing (bycatch – tertangkap tidak sengaja pada alat tangkap perikanan). Dilanjutkan dengan materi penanganan penyu yang pingsan atau lemas akibat tertangkap alat tangkap perikanan seperti jaring dan longline (rawai). Sejumlah 35 peserta dari berbagai perguruan tinggi seperti Sekolah Tinggi Perikanan (STP), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Universitas Diponegoro (UNDIP), Universitas Brawijaya (UB) dan penyuluh dari Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (PUSLUH-KP) memenuhi bilik pelatihan. Pelatihan dilakukan secara dua arah, yaitu simulasi, mengajak peserta untuk mempraktekan teknik melepaskan penyu yang terkena mata pancing sehingga ketika peserta mendapati kondisi tersebut memiliki pemahaman mengenai tahapan yang perlu dilakukan dalam menangani Penyu agar selamat dapat mengatasinya dan dilanjuti dengan diskusi bersamainteraktif.
Hari Kedua, 14 November 2013
Lain dengan hari pertama, hari kedua peserta membludak hingga mencapai 57 peserta dari berbagai Universitas, umum dan juga PUSLUH-KP. Ini melebihi kapasitas booth untuk WWF-Indonesia yang hanya mampu menampung sebanyak 20 peserta. Muhammad Yusuf (Fisheries Science and Training Coordinator) hadir sebagai pemateri dengan topik tragedi kepemilikan bersama sumber daya perikanan dan analisis ruang untuk pengelolaan sumber daya perairan. Pelatihan dilakukan dengan simulasi, simulasi pertama tentang pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan, peserta dibagi menjadi dua tim yaitu tim A sebagai kawasan laut yang penangkapannya dikelola dengan baik dan tim B sebagai kawasan laut yang penangkapannya tidak dikelola dengan baik. Simulasi tersebut diakhiri dengan menjelaskan prinsip pengelolaan ikan berkelanjutan kepada peserta.
Simulasi kedua menggunakan alat peraga yang memvisualisasikan tiga ekosistem kelautan, yang digabung dan menggambarkan dampak pengelolaan perikanan pada ekosistem. Diakhiri dengan menandai kawasan konservasi perairan (KKP) sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Pelatihan ini diharapkan mampu menambah pengetahuan kepada peserta mengenai perlindungan kawasan konservasi perairan dan informasi mengenai cakupan kerja Program Coral Triangle WWF-Indonesia.
(Ninish Fajrina)