“PANDA FLASH MOB” SUKSES KEJUTKAN KOTA BANDUNG
Oleh: Ciptanti Putri
Masyarakat Bandung yang terkenal kreatif dengan karya-karya yang ‘mengejutkan’ bukan berarti tak bisa dibuat terkejut. Di sela aktivitas masyarakat Kota Kembang di area car free day (CFD) Dago, Minggu pagi lalu (12/01), tiba-tiba belasan Pando—boneka Panda yang merupakan maskot Yayasan WWF-Indonesia—bergoyang zumba bersama ratusan penggiat komunitas peduli lingkungan di Bandung. Aksi ini menjadi bentuk perkenalan WWF-Indonesia dengan masyarakat Bandung. Rencananya, Yayasan konservasi alam yang identik dengan ikon Pandanya tersebut akan meresmikan sebuah rumah informasi lingkungan bernama ‘Bumi Panda’ pada akhir Januari tahun ini.
Devy Suradji, Direktur Marketing WWF-Indonesia, menjelaskan alasan pelaksanaan “Panda Flash Mob Bandung” tersebut. “12 Januari WWF-Indonesia hadir di Bandung bersama 12 Pando untuk berkenalan dengan publik Bandung,” ujarnya. Acara ini dimaksudkan sebagai pre-launch “Bumi Panda” yang terletak di Jln. Geusan Ulun No. 3, Bandung. “Bumi adalah ‘rumah’ dalam Bahasa Sunda, Panda adalah sebutan keluarga bagi orang-orang yang mendukung kerja konservasi WWF-Indonesia.” Devy menjelaskan bahwa saat ini tercatat ada sekitar 2.500 supporter aktif di Bandung. “Konsep dari Bumi Panda adalah rumah bagi para supporter dan learning center bagi publik. Kami percaya bahwa kota dan masyarakat Bandung memiliki sifat kreatif, besar, dan promising. Kami yakin akan lahir banyak pemimpin yang mumpuni dari kota ini.” Devy melanjutkan, jika calon pemimpin dari Kota Kembang sudah dibekali ilmu dan pengetahuan tentang konservasi yang lebih dari cukup sejak dini, maka di masa mendatang mereka akan menghasilkan keputusan-keputusan yang berdampak positif pada kelestarian Planet Bumi.
Mayoritas massa “Panda Flash Mob” memang muda-mudi berusia antara 17 hingga 22 tahun. Mulanya mereka berkumpul di pelataran Gedung Dukomsel di Jln. H. Juanda dan sempat tertahan karena turun hujan rintik-rintik. Namun, pada pukul 07.15 wib aksi ini tak tertahankan lagi. Mereka pun bergerak dengan iringan tabuh-tabuhan kelompok musik perkusi menuju ke empat titik di area CFD Dago, yakni pelataran Toko Kartika Sari, Bank Ekonomi, SMA 1, dan RS Boromeus. Aksi pagi itu sungguh-sungguh mewarnai suasana di area CFD Dago yang juga dipenuhi beragam kegiatan masyarakat.
“Saya kaget sekali tadi, saya pikir ada apa ini kok banyak badut Panda,” ujar Etty, ibu dari 2 putri, yang pagi itu tampak antusias mengarahkan anak-anaknya untuk berfoto berlatarkan panda-panda yang sedang menari. Etty menyatakan simpatinya terhadap pelaksanaan acara hari itu dan ingin sekali dapat datang dan menikmati fasilitas yang ada di Bumi Panda.
Fitria, siswi kelas 9 SMP 49 Bandung, juga tak kalah terkejut. “Saya sudah tahu kalau panda-panda ini maskotnya WWF-Indonesia, tapi enggak menyangka sebanyak ini. Seru banget!” ujarnya. Gadis yang rutin berolahraga di area CFD Dago bersama teman-temannya itu lalu ikut dalam kerumunan orang yang bergoyang zumba sambil sesekali menyerukan yel-yel dan bernyanyi “Halo-halo Bandung”.
Massa kian membengkak saat sesi foto bersama di depan blok huruf “DAGO”. Setelahnya, arak-arakan bergerak ke arah Taman Dewi Sartika yang berada tepat di samping Balai Kota. Di sana, mereka melakukan aksi membersihkan taman.
Christian Natalie, Koordinator Komunitas Earth Hour Bandung yang menjadi mitra kegiatan, menggambarkan antusiasme masyarakat Bandung untuk mengikuti aksi pagi itu. “Dari Komunitas kami, ada sekitar 50 orang yang terlibat. Di luar itu, kami menerima pernyataan keikutsertaan dari 300 lebih orang. Beberapa bahkan datang dari luar Bandung,” tuturnya. Pria yang akrab disapa Tian ini merasa cukup puas dengan pelaksanaan acara. “Salah satu program kami tahun ini memang menyasar isu kebersihan taman-taman kota. Selama ini orang menganggap kebersihan taman kota sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah. Padahal, masyarakat juga harus ikut menjaganya dengan aksi yang nyata,” ujarnya. Tian menambahkan bahwa kegiatan hari itu juga menjadi pemanasan bagi Komunitasnya menuju event Earth Hour 2014 pada 29 Maret mendatang.
Tepat pukul 10.00 wib, Taman Dewi Sartika pun terlihat bersih dan nyaman. Para penggiat dari berbagai komunitas yang peduli lingkungan serta masyarakat umum yang terlibat aksi tampak beristirahat dan saling berbincang, sebelum akhirnya mereka pergi satu per satu. Lili, seorang supporter WWF-Indonesia dari Jakarta yang masih berstatus mahasiswa di STIE IPWIJA Jakarta, menyatakan rasa puasnya dapat berpartisipasi. Meski baru pertama kali terlibat, Lili menyatakan dukungan penuhnya terhadap kegiatan WWF-Indonesia dan ingin terlibat secara aktif. Demikian pula dengan Rike, mahasiswa tingkat akhir di UNPAD Bandung, yang sudah lama gemas dan ingin bertindak secara nyata dalam menyelesaikan masalah sampah di taman kota Bandung. Ia berharap aksi ini dapat berdampak pada perubahan gaya hidup masyarakat menuju ke gaya hidup ramah lingkungan.