OLAH SAMPAH DALAM BUNKER
TPST Ciangir Adopsi Teknologi Eropa
TEMPAT penampungan sampah terpadu (TPST) Ciangir dipastikan aman bagi lingkungan. Sampah yang diangkut dari Jakarta dan Tangerang seluruhnya dimasukkan ke dalam bungker untuk kemudian diolah. Dalam proses pengolahan, sampah melewati mesin pemilah yang memisahkan sampah organik dan anorganik. Sampah organik atau sampah basah, dicacah dengan mesin pencacah.
Kemudian setelah itu masuk tungku untuk proses pembakaran. Dari hasil pembakaran akan dihasilkan panas dan gas untuk pembangkit listrik. Praktis, dengan sistem yang telah dilaksanakan negara maju itu, pengelolaan sampah aman bagi lingkungan sekitarnya.""Seperti halnya di Shanghai, Hongkong, pengelolaan sampah juga berada di dalam tanah. Ini tidak akan mengganggu lingkungan. Hasilnya juga efektif,"" ujar Kepala Dinas Kebersihan DKI Eko Kli.Mnn..
Jika mengacu pada pengalaman Hongkong, pengelolaan sampah berada di dua lokasi. Dalam kota sena di pulau yang terpisah dari penduduk. Keduanya diolah dalam bungker. Sampah yang telah dikumpulkan dalam bungker dibakar dan diambil gasnya untuk listrik. Aktifitas warga juga tidak terganggu.Namun, untuk desain jenis ini, tipping fee yang harus dibayar sangat mahal hingga USD 40 per ton. Sementara, tipping fee yang mampu dibayar DKI hanya Rp 103 ribu per ton. Meskipun tidak mengadopsi secara persis, desain diarahkan seperti itu. Bagaimana bentuknya, nanti akan disesuaikan dengan teknologi yang digunakan. Yang pasti, seluruh proses pengolahan sampah itu aman bagi lingkungan.
Dari total sampah yang mampu ditampung di TPST Ciangir sebanyak 2.500 ton per hari, sampah akan diolah menjadi kompos, briket serta listrik dengan kemampuan daya sekitar 25 MW Kesuksesan pengelolaan sampah di China tersebut pernah disaksikan langsung oleh Presiden SBY pada 2006 lalu. Dalam lawatannya di Pudong City Heat Energy. SBY melihat langsung seluruh sampah diolah menjadi listrik. Sampah yang mampu ditampung sebanyak 1.100 ton hingga 1.200 ton per hari. Dari pengolahan tersebut, mampu menghasilkan listrik 35 ribu KWH hingga 40 ribu KWH.
Sementara di Jepang, sampah diolah menjadi semen. Seperti di Chiba. Semen dari hasil pengo-lahan sampah mampu tembus 62 ribu ton per tahun. Menurut Eko. seluruh pengalaman negara maju dalam pengelolaan sampah menjadi pelajaran berharga. Sampah yang diolah harus dipastikan ramah lingkungan dan bernilai ekonomis. Baik untuk kompos, briket maupun listrik. Teknologi disiapkan terlebihdahulu. Baru kemudian TPST dioperasikan. Sehingga, ketika TPST sudah berjalan, sampah bisa langsung diolah dan tidak menumpuk.
Menurut Eko, lahan di Ciangir seluas 98 hektare. Seluas 50 hektare telah disetujui untuk dibangun TPST. Sisanya, semen-tara untuk ruang terbuka hijau. TotaJ investasi Rp 700 miliar.Akses menuju Ciangir ada dua. Untuk wilayah barat melalui tol. Tomang. Bitung masuk ke selatan. Jaraknya sekitar 24 km. Sedangkan dan dat ju melewati tol BSD, Cisauk hingga Ciangir. Jarak sekitar 18 km. TPST Ciangir itu mendesak direalisasikan. Agar masalah sampah Jakarta bisa segera diselesaikan. Kerjasama antara DKI dan Tangerang harus lebih ditingkatkan. Agar tidak terjadi kesalahfahaman. Kedua daerah bisa diuntungkan."" tambah Wakil Ketua DPRD DKI Lulung I iiiini.i (aak)