MISTERI PARI SETAN
Apakah kamu pernah mendengar Pari setan atau Devil rays ? Apa yang ada di dalam benakmu saat mendeskripsikan bentuk tubuh Pari setan? Menyerupai setan? Dugaanmu tidak salah, Pari setan yang masih satu suku dengan pari manta dalam suku mobulidae ini memiliki tanduk menonjol. Tanduk tersebut terlihat jika cuping kepala digulung.
Pari setan banyak menghabiskan waktu di laut lepas, walaupun terkadang juga berkunjung ke pesisir. Mereka juga dikenal sebagai penyelam yang tangguh dan sanggup menyelam hingga kedalaman dua kilometer dan senang berenang di permukaan air hangat. Namun, informasi yang tersedia mengenai pari yang memiliki distribusi yang luas di perairan tropis dan subtropis ini minim, sehingga dinyatakan dengan kurang data di daftar IUCN (http://www.iucnredlist.org/details/60199/0)
Desember 2013 merupakan pertemuan pertama tim monitoring Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC) dengan pari setan (Mobula tarapacana). Saat itu tim sedang melakukan pemantauan pemanfaatan sumber daya di wilayah perairan Nabire, namun terhenti sejenak karena menemukan jasad pari setan di Pulau Kumbur yang termasuk dalam zona inti.
Kondisi pari setan yang ditemukan pada saat itu cukup menggenaskan, karena ‘sayapnya’ sudah habis dimakan oleh nelayan yang berteduh akibat cuaca buruk. Hanya bagian kepala dan isi perut yang disisakan di pantai. Ujung kepala sampai ujung ekor memiliki panjang sekitar 1,7 m sehingga diduga bahwa bentangan sayapnya dapat mencapai 2 m.
Keberadaannya yang misterius
Maret 2015, tim monitoring kembali berjumpa untuk kedua kalinya dengan pari setan. Kali ini berbeda, pari setan masih dalam keadaan utuh. Dua ekor pari setan dengan bentangan sayap sepanjang kira-kira 50 cm ditemukan terjebak di dalam jaring bagan di Perairan Kwatisore. Setelah dihimbau, akhirnya nelayan melepaskan kedua pari tersebut.
Dari sekitar tujuh bagan yang berada di Perairan Kwatisore, sebagian besar mengatakan bahwa pari setan yang biasa disebut ‘pasa’ oleh nelayan bagan asal Bugis, Buton, dan Makassar ini jarang terlihat. Mereka hanya sesekali melihat pari setan melintas, dan tidak berani memancing pari yang berukuran besar ini, karena hanya akan memutuskan tali pancing saja. Pari setan diduga kembali berkunjung ke perairan Nabire, terutama di depan Kampung Kwatisore, di antara Februari-Maret tahun ini.
Nelayan bagan mengatakan bahwa pari setan biasa masuk ke jaring bagan pada malam hari saat nelayan menurunkan jaring untuk menangkap ikan pelagis kecil yang merupakan target bagan. Pari terlihat mengejar ikan-ikan kecil, sama seperti hiu paus. Hal ini sesuai dengan Notarbartolo-di-Sciara (1988) yang menyatakan bahwa pari ini adalah pemakan ikan.
Mungkinkah pari setan berkunjung ke perairan Kwatisore untuk melahirkan?
Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan bagan, pari setan yang ditemui pada bulan-bulan ini kebanyakan berukuran kecil (bentangan sayap sekitar 50 cm) dengan beberapa individu yang berukuran besar.
Bentangan sayap untuk jantan dewasa sekitar 240-250 cm dan yang betina sekitar 270-280 cm. Panjang bentangan sayap maksimal pari setan adalah 370 cm (Compagno dan Last, 1999). Sementara itu, pari betina hanya dapat melahirkan satu anakan saja (Notarbartolo-di-Sciara, 1988). Belum terjawab apakah Pari setan kembali untuk melahirkan atau tidak.
Penulis : Cassandra Tania (Marine Species Officer)