KURANGI HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN, LED HIJAU JADI SOLUSI
Oleh Dwi Ariyoga Gautama
Melanjuti rencana uji coba penggunaan lampu LED pada Oktober lalu, perwakilan nelayan Paloh, DKP Kabupaten Sambas, Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP), dan WWF bersama-sama bersemangat untuk membuktikan efektivitas penggunaan lampu ini dalam mengurangi hasil tangkapan sampingan (bycatch) penyu pada pengoperasian alat tangkap jaring insang (gillnet) hanyut di perairan Paloh, Kabupaten Sambas.
Dimulai dengan pelatihan pengambilan data dan pembahasan rencana teknis pengoperasian penggunaan lampu LED pada tanggal 11 April 2014, sesuai rencana uji coba akan dilakukan pada jaring insang hanyut dengan bahan monofilament yang telah dirajut pada 3 ukuran mata jaring (mesh size) yaitu 5,5’, 6,5’ dan 8’ yang akan diberikan lampu LED hijau di setiap 10 m jaringnya. Data yang dikumpulkan meliputi informasi pengoperasian alat tangkap, hasil tangkapan dan harga jual yang dicatat oleh observer diatas kapal dan ketika ikan akan dijual ke toko atau pengepul dalam bahasa setempat.
LED Diuji Coba
Praktik pengoperasian dilakukan keesokan harinya selama tiga hari (12-14 April 2014) dengan membagi tim menjadi dua yang ditempatkan di 2 kapal yang dinahkodai oleh Pak Pendidan dan Pak Asmadi. Hari pertama, tim menghitung ulang panjang jaring ditiap mesh size dan memberikan tanda disetiap 10 m untuk memudahkan menempatkan lampu LED. Pelepasan jaring berkisar 1-2 km dari bibir Pantai Kemuning yang dimulai sejak pukul 17.05 WIB dan mulai ditarik kembali pada jam 20.05 WIB. Selama kurang lebih 2 jam tersebut, setidaknya terdapat bycatch tiga ekor penyu lekang (Lepidochelys olivaceae); Dua ekor terjerat pada jaring Pak Asmadi dan satu ekor pada jaring kapal Pak Pendi. Hal ini tentunya merugikan nelayan dengan adanya kerusakan pada jarring mereka.
Keesokan harinya, kedua nelayan menghabiskan waktu untuk membetulkan jaring yang rusak baik dikarenakan bycatch penyu ataupun jaring yang tersangkut kayu dan terputus oleh baling-baling kapal lainnya, sedangkan tim pengumpul data yang terdiri atas observer dan mahasiswi Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Jakarta yang sedang melakukan penelitian akhir memanfaatkan waktu untuk membahas rencana selanjutnya sembari uji coba mengisi data hasil tangkapan menggunakan aplikasi Akvo Flow pada tablet yang telah dikembangkan oleh WWF dalam beberapa bulan terakhir ini.
Telah disepakati pada hari kedua lampu LED hijau digunakan pada jaring Pak Pendi, sedangkan jaring Pak Asmadi digunakan sebagai pembanding (kontrol) untuk melihat efektivitas penggunaan lampu ini, sekaligus memberikan praktik langsung pemasangan dan pelepasan lampu LED diatas kapal. Percobaan awal pemasangan setidaknya memakan waktu 1,5 jam lebih lama dibandingkan pemasangan tanpa lampu LED, tapi hal ini masih dimaklumi oleh nelayan dan bisa dipercepat jika sudah terbiasa. Ketika jaring mulai ditarik, jaring Pak Asmadi kembali mendapatkan penyu lekang sebanyak satu ekor, sedangkan jaring Pak Pendi dengan lampu LED hijau tidak mendapatkan penyu. Percobaan awal ini cukup menggembirakan nelayan, namun dikarenakan kondisi perairan yang kurang baik hasil tangkapan dari kedua kapal ini pun dirasa tidak terlalu banyak.
Pada hari terakhir kami kembali ke pelabuhan Liku, Paloh, untuk menjual hasil tangkapan. Observer turut mencatat hasil tangkapan nelayan untuk membandingkan antara komposisi hasil tangkapan dan nilai jual antara kapal yang tidak menggunakan dan menggunakan lampu LED hijau. Hasil uji coba tidak bisa disimpulkan hanya dengan dua hari pelaksanaan uji coba. Oleh karena itu WWF, NOAA dan KKP berkomitmen untuk melakukan pendataan selama 10 bulan musim penangkapan nelayan untuk membuktikan secara ilmiah juga kepada nelayan bahwa penggunaan lampu LED hijau efesien dalam mengurangi tertangkapnya bycatch berupa penyu dan meningkatkan nilai jual hasil tangkapan nelayan.